4 Siswa SD Pangkalan Kerinci akui curi makanan dan ayam warga
Polisi mendapatkan barang bukti berupa makanan & sejumlah uang serta keterangan siswa yang mengaku melakukan pencurian.
Empat siswa Sekolah dasar SDN 012 yang ditangkap anggota Polsek Pangkalan Kerinci, sebelumnya mencuri di 2 rumah dan 1 kedai yang menjual makanan ringan sekaligus warung kopi di kecamatan Pangkalan Kerinci.
Polisi mendapatkan barang bukti berupa makanan dan sejumlah uang serta keterangan siswa yang mengaku melakukan pencurian tersebut.
Salah seorang korban pencurian yang dilakukan para siswa SD tersebut bernama Mardianto, pemilik kedai kopi yang sekaligus menjual makanan ringan untuk anak-anak. Menurut Mardianto, para siswa tersebut mencuri di warung sudah 3 kali.
"Saat aksi pencurian mereka yang ketiga itu tertangkap tangan. Lalu kami tanyai bersama warga lainnya, mereka mengaku telah 3 kali mencuri makanan dan blender di tempat saya," ujar Mardianto, saat dihubungi merdeka.com Rabu (25/3).
Awalnya Mardianto tidak mau memperpanjang masalah karena barang dagangan yang dicuri para siswa tidak seberapa harganya. Dia mengaku ikhlas karena yang mencurinya masih anak-anak.
"Mereka juga mengaku telah mencuri tabung gas LPG 3 Kg. Ternyata warga lainnya ada juga yang mengaku menjadi korban pencurian dan melapor ke polisi, dan para siswa itu mengakui perbuatannya mencuri di tempat warga lainnya," kata Mardianto.
Mardianto juga mengaku kehilangan ayam dan burung peliharaannya beberapa waktu lalu, dan tidak mengetahui siapa pencurinya namun tidak dilaporkan ke polisi.
"Setelah anak-anak itu tertangkap tangan saat aksi ketiga kalinya di warung saya, mereka ngaku mencuri burung dan ayam saya," jelasnya.
Karena banyak korban atas perbuatan para siswa SD tersebut dan sudah meresahkan masyarakat, akhirnya Mardianto dan warga lainnya menghubungi pihak kepolisian guna membina anak-anak tersebut agar tidak mencuri lagi. Namun Mardianto tidak berkoordinasi dengan aparat desa seperti ketua RT, RW dan kepala desa.
"Tujuan kita melapor supaya anak-anak ini tobat, kasian juga melihat anak-anak ini, tapi perbuatan mereka keterlaluan dan meresahkan warga lainnya, makanya diserahkan ke polisi, tidak ke perangkat desa," jelas dia.
Kapolres Pelalawan AKBP Ade Johan Sinaga saat dihubungi merdeka.com membenarkan pengakuan Mardianto, menurutnya, tidak hanya Mardianto, warga lainnya yang membuat laporan tindak pidana pencurian.
"Korban lainnya atas nama Siti Komala Dewi, dan seorang lainnya anggota polisi Brigadir Roger, dan Mardianto itu," kata Ade Johan.
Ade Johan menambahkan, dari tangan para siswa SD itu. Polsek Pangkalan Kerinci mendapatkan barang bukti berupa makanan dan sejumlah uang hasil pencurian mereka.
"Selain barang bukti, ada juga keterangan para siswa yang mengaku mencuri, dan ini tidak ada dipaksa disuruh mengaku, saat tertangkap tangan oleh warga, mereka mengaku sebelum polisi datang," kata Ade Johan.
Terkait beberapa siswa SD yang dijemput di sekolah saat sedang belajar, itu merupakan pengembangan dari bocah yang tertangkap tangan tersebut.
"Ternyata ada teman mereka lainnya yang juga mencuri di rumah warga lainnya," kata Ade Johan.
-
Bagaimana anak-anak dari sekolah pencuri menjalankan aksinya? Setelah satu tahun bersekolah, para remaja itu bisa 'lulus', mencuri perhiasan di pesta pernikahan orang kaya.
-
Siapa saja yang terlibat dalam sekolah pencuri? Pengajar dari tempat ini yaitu anggota geng, dan pelaku kriminal yang pernah dihukum.
-
Bagaimana sekolah tersebut mendukung bakat anak-anak? Hilman mengatakan jika semua anak yang sekolah di sana selalu mendapatkan support untuk mengembangkan bakatnya. “Kan nggak dibatasi ya? Punya bakat apa itu bakal disupport ya?” tanya Hilman. “Iya,” jawab Boy.
-
Siapa yang tampil di panggung acara sekolah? Kedua putri mereka, Megu dan Mishka, tampil memukau di panggung acara sekolah.
-
Siapa yang pindah sekolah? Melansir dari akun fristymayangdewi, seorang siswa bernama Ucok terpaksa pindah sekolah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dunia.
-
Siapa yang diduga melakukan pelecehan di sekolah? Korban diduga telah melakukan pelecehan terhadap para siswi di sekolah.