Aksi brutal siswa SD aniaya temannya juga terjadi di Temanggung
Meski selama pengeroyokan menimpa, korban Choirul menangis namun beberapa temannya tidak berhenti memukulinya.
Selain kasus kekerasan oleh anak-anak Sekolah Dasar (SD) yang dilakukan di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, aksi serupa juga terjadi di salah satu SD Negeri Pringsurat 1 di Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Aksi brutal yang dilakukan oleh beberapa siswa itu menimpa Joan Choirulli Syandy (10) yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Wasiyanto (35) dan Rondiyah (34) warga Desa Krajan, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Aksi kekerasan anak SD itu terjadi pada Maret lalu.
Berdasarkan video yang diperoleh merdeka.com, dalam video yang berdurasi 2 menit 29 detik yang direkam oleh handphone teman korban itu korban Choirul awalnya berada di dalam kelas dipukuli menggunakan sapu pada bagian kepala dan lengan korban yang berupaya menghalau pukulan sapu. Meski dalam kondisi sudah menangis keras sambil memegangi tangan kanannya yang sakit, beberapa rekan-rekan korban yang saat kejadian menggunakan seragam pramuka itu tetap berupaya melakukan pemukulan dengan sapu bertubi-tubi sambil diteriaki oleh teman-temanya.
"Gebuki meneh-gebuki meneh!" teriak salah satu temanya.
Tidak hanya berhenti sampai di situ, korban Choirul bahkan diseret sekitar 4-5 temannya keluar dari ruangan kelas. Sampai di depan kelas, korban dikeroyok kembali, dijambak bahkan ditendang oleh beberapa teman-temanya secara bergantian. Korban kemudian ditarik kedua tangan kanan kirinya sambil dijambak atau ditarik-tarik rambutnya.
"Uwis he, uwis he, uwis he...," teriak salah seorang temanya lain.
Meski ada beberapa temannya berupaya melerai namun aksi brutal beberapa siswa itu tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Korban Choirul malah semakin mendapatkan penyiksaan semakin sadis. Begitu jatuh, korban diseret masuk ke kelas dalam keadaan terlentang di bawah tanah. Korban diseret masuk hingga terbentur pintu sampai pintu dalam kondisi setengah tertutup.
Meski selama pengeroyokan menimpa, korban Choirul menangis namun beberapa temannya tidak berhenti memukuli, menarik, menjambak rambut korban dan menyeret dengan menarik kaki korban ke dalam kelas. Aksi itupun akhirnya berakhir dengan korban setelah masuk kelas dengan diseret ditutup pintunya oleh teman-temannya dari luar kelas dan ditinggal pergi.