Trauma Berat, Siswi SD Korban Penculikan dan Pencabulan di Tangsel Sudah 1 bulan Tak Sekolah
SH sampai saat ini juga masih kerap kali diminta hadir memberikan keterangan dalam pemeriksaan di Kepolisian.
Rasa takut dan trauma mendalam masih dialami SH (9), siswi SD korban penculikan dan rudapaksa orang tidak dikenal di kawasan Tangerang Selatan pada awal Agustus 2024 lalu. Setelah satu bulan lebih pasca kejadian SH belum mau juga bersekolah dan memilih lebih banyak berada di rumah bersama keluarganya.
"Sejak kejadian tanggal 5 Agustus lalu sampai hari ini anak saya masih merasa takut, kadang-kadang dia masih teringat kejadian lalu," ujar RR, ayah SH ditemui di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan, Jumat (6/9).
Selain harus terus berobat dan konseling psikologis untuk kesembuhan traumanya, SH sampai saat ini juga masih kerap kali diminta hadir memberikan keterangan dalam pemeriksaan di Kepolisian.
"Kita harapkan agar kasus ini diselidiki secara tuntas, karena kita tak ingin ada jatuh korban-korban lain selanjutnya," ungkap RR cemas.
SH menuturkan peristiwa penculikan dan perbuatan asusila yang diterimanya terjadi usai dirinya ditemui seorang pria yang mengaku sebagai saudaranya yang diutus orang tua korban untuk menjemput korban saat jam pulang sekolah sekitar pukul 15.30 WIB. Saat itu, dia sempat menolak diajak pelaku yang sama sekali tidak pernah dia kenali.
"Anak saya mengatakan dijemput pelaku tak dikenal itu dengan mengaku sebagai saudara dari saya atau istri saya, lalu beralasan, Bapak dan ibu kamu nggak bisa jemput karena ada keluarga/saudara yang sakit yang sedang dirawat di rumah sakit. Kalau mau ketemu Bapak dan Ibu kamu ikut Om, nanti om anterin ke rumah sakit," terang RR menirukan cerita putrinya.
Sebetulnya menurut pengakuan SH sempat menghindari dan menolak ajakan orang tidak dikenal itu, tapi mungkin karena terus dipaksa akhirnya SH terpaksa ikut dan dibawa menggunakan sepeda motor oleh pelaku.
"Jadi anak saya terpaksa ikut karena mendengar kabar ada keluarga/saudara yang sedang dirawat di rumah sakit. Mungkin anak saya berpikir. Jangan-jangan ayah dan ibu yang sedang dirawat di rumah sakit itu, makanya nggak bisa jemput aku pulang," jelas sang Ayah.
Selanjutnya SH mengaku diajak pelaku berkeliling dengan sepeda motor hingga malam hari. Dia hanya mengingat sepeda yang ditumpanginya itu mengisi bensin eceran di dua warung Madura di lokasi yang korban tidak ketahui persis.
"Anak saya bilang dia tidak makan atau minum dan tak diberikan apa-apa selama dibawa oleh pelaku sampai malam hari. Setelah diculik dan dibawa oleh pelaku itu anak saya mengaku dibawa berkeliling jauh sampai malam hari Anak saya bilang pelaku sempat dua kali berhenti di warung Madura untuk mengisi bensin kendaraan baru pada sekitar pukul 19.30 mereka berhenti di suatu tempat dan pelaku tersebut melakukan kekerasan seksual terhadap anak saya," ujarnya.
SH juga mengaku dibawa pelaku melewati wilayah pekuburan atau makam. Hal itu digunakan pelaku sebagai ancaman untuk menakuti jika korban tidak mau mengikuti keinginannya, maka SH akan ditinggalkan di tempat tersebut.
"Dan bukan hanya satu kali, perbuatan tersebut dilakukan pelaku sampai dua kali. Kejadian kedua terjadi pada sekitar pukul 21.30 dengan lokasi yang berbeda dengan lokasi pertama. Anak saya mengaku dibawa berkeliling lagi lalu pelaku berhenti di suatu tempat seperti perkebunan kosong Ancaman dan kekerasan yang dialami anak saya pada saat pelaku melakukan kekerasan seksual terhadap anak," ungkap RR.
Kepala UPTD PPA Kota Tangsel, Tri Purwanto menegaskan korban tidak diiming-imingi apapun hingga akhirnya mau dijemput pelaku dengan sepeda motor pelaku.
"Bukan iming-iming. Jadi tuh pemberitahuan bahwa orangtuanya engga bisa jemput karena sakit, makanya dia (pelaku) diutus buat jemput," terang Kepala P2TP2A Kota Tangsel, Tri Purwanto.
Namun sebenarnya kata Tri, ucapan pelaku kepada korban siswi SD yang mengaku diutus orangtua menjemput korban adalah bohong. Karena keluguan dan kepolosan korban akhirnya mengikuti permintaan pelaku karena mengaku diutus orangtua.
"Anaknya enggak kenal. Pelaku pakai masker, pakai topi. Dibawa motor Mio. Dua duanya sama modusnya, kalau keterangan korban motornya kaya Mio," ujar Tri Purwanto.
Kepada UPTD PPA Tangsel satu korban mengaku tidak tahu dibawa ke mana, sementara satu korban lain mengaku mengetahui kalau dirinya diajak ke kawasan Pamulang.
"Dibawa kemana korban enggak tahu, tapi satu korban ingetnya ke arah Pamulang. Korban sadar. Cuma pas di lokasi ada yang sadar ada yang enggak. Ada yang bilang setelah sadar dia dalam keadaan telanjang," ujarnya.
Selain itu, korban juga mendapat ancaman dari pelaku. Sebab korban diminta pelaku untuk tidak berteriak dan menuruti perbuatan pelaku. Namun Tri memastikan kedua siswi SD yang menjadi korban tidak diimingi-imingi apapun oleh pelaku.
"Ancaman ada. Kalau iming-iming enggak ada. Tapi korban Dikasih uang jajan, kasarnya. Besarnya ada yang Rp10 ribu," jelas Tri.