Aksi Tim DVI, ujung tombak identifikasi korban AirAsia
Tim Disaster Victim Identification (DVI) gabungan dari sejumlah Polda berjuang keras untuk mengidentifikasi jenazah.
Hal yang tak kalah penting usai proses evakuasi jenazah korban AirAsia QZ8501 yang jatuh di Teluk Karimata, Pangkalanbun, Kalimantan Tengah adalah proses identifikasi jenazah.
Tim Disaster Victim Identification (DVI) gabungan dari sejumlah Polda berjuang keras untuk mengidentifikasi jenazah, berbagai upaya dilakukan termasuk menelaah aspek ante mortem (informasi sebelum meninggal) atau post mortem si jenazah.
Tim DVI Polda Jawa Tengah yang diperbantukan untuk Tim DVI Polda Kalimantan Tengah di RSUD Sultan Imanuddin, Kalimantan Tengah, Kasubid Dokpol Biddokes Polda Jateng AKBP Dokter Spesialis Forensik Summy Hastry Purwanti mengatakan, butuh waktu 30 menit hingga satu jam untuk bisa mengidentifikasi para jenazah.
"Untuk satu jenazah dibutuhkan sekitar 30 menit sampai satu jam dibersihkan dan dicek," kata Summy Hastry Purwanti di RSUD Sultan Imanuddin, Kalimantan Tengah, Kamis (1/1).
Berikut aksi Tim DVI mengidentifikasi korban pesawat AirAsia:
-
Kapan AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura.
-
Apa yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501? Selain kesalahan dalam manajemen penerbangan, kurangnya pemahaman awak pesawat terhadap sistem kontrol penerbangan juga menjadi penyebab jatuhnya pesawat.
-
Bagaimana kondisi cuaca saat AirAsia QZ8501 jatuh? Kondisi cuaca yang buruk, termasuk awan tebal dan hujan deras, menjadi faktor yang sangat memengaruhi kejadian tersebut.
-
Kenapa AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Dimana pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 30 Desember 2014, badan pesawat dan puing-puing lainnya ditemukan di dasar laut Selat Karimata.
-
Apa saja yang rusak di Air Panas Citando? Saat ini, sejumlah fasilitas di sana sudah banyak yang rusak. Bahkan, tempat selfie atau swafoto yang dibangun sudah dalam kondisi rubuh.
Mempertahankan jenazah tidak membusuk
Kasubid Dokpol Biddokes Polda Jateng AKBP Dokter Spesialis Forensic Summy Hastry Purwanti mengatakan, pihaknya hanya mengidentifikasi para jenazah sebelum dilanjutkan oleh Tim DVI Polda Jawa Timur.
"Tugas saya dokter forensik mengurus jenazah, untuk identifikasi awal di sini sebelum proses identifikasi lebih lanjut di Jawa Timur," kata Summy Hastry Purwanti di RSUD Sultan Imanuddin, Kalimantan Tengah, Kamis (1/1).
Dia menjelaskan tugasnya adalah membersihkan dan mengidentifikasi para jenazah Pesawat AirAsia QZ8501 yang sudah dievakuasi oleh Tim SAR gabungan dari Basarnas, TNI AL dan TNI AU di Lanud Iskandar, Pangkalanbun.
"Saya memang harus mempertahankan jenazah supaya tidak membusuk. Langkah-langkahnya, jenazah datang kita buka, kita foto, posisi awalnya apa, dia mengenakan apa, apakah masih utuh organnya, apakah masih bisa dikenali," jelasnya.
8 Petugas tangani 1 jenazah
AKBP Dokter Spesialis Forensik Summy Hastry Purwanti menjelaskan, Tim DVI Kepolisian yang menangani jenazah pesawat AirAsia QZ8501 di RSUD Sultan Imanuddin berjumlah 2 Tim
DVI, dan satu jenazah diidentifikasi 8 orang yang terdiri dari Dokter Forensik dan Teknisi Forensik.
"Satu jenazah dikerjakan oleh 8 orang dengan dua dokter forensik. Di sini ada dua tim. Jadi satu dokter forensik dengan teknisi forensik," lanjutnya.
Saat ditanya datangnya jenazah pesawat tersebut yang secara mendadak. Menurut dia, pihaknya membagi shift untuk setiap kali datangnya jenazah.
"Tim ada shift-shift kalau dokter forensik tidak ada shift. Kalau saya siang malam, sudah biasa, kalau perlu tidur di sini," pungkasnya.
Air laut mempercepat proses pembusukan korban
Masih menurut Summy Hastry, para jenazah yang dibawa ke RSUD Sultan Imanuddin sudah tak bisa dikenali lantaran sudah membusuk. Karena air laut yang mempercepat proses pembusukan.
"Dari kemarin wajah memang tidak bisa dikenali karena sudah dalam pembusukan karena proses air laut mempercepat pembusukan, kalau orang normal membusuk itu 4-5 hari," katanya.
Kumpulkan informasi dari ciri korban
Tim DVI Polda Jatim masih menyelidiki salah satu korban penumpang AirAsia QZ8501 yang hingga kini belum diketahui identitasnya. Kabid Dokkes Polda Jatim Kombes Pol Budiono mengatakan tim belum cukup bukti memastikan korban yang diberi kode B002 tersebut.
"Tim akan menggali, mencari, mengumpulkan data bukti tambahan ante mortem (data korban sebelum meninggal)," kata Budiono saat gelar konferensi pers di Surabaya, Kamis (1/1).
Ciri-ciri korban adalah berjenis kelamin laki-laki, tinggi badan berkisar antara 145 hingga 150 centimeter. Kisaran ini mengingat kondisi jenazah yang berubah dari bentuk normal.
"Pakai range karena pengaruh tenggelam, ada pembengkakan," lanjutnya.
Budiono menjelaskan, ciri lainnya korban merupakan ras mongoloid, berambut hitam sepanjang 6 sentimeter, terdapat tahi lalat di bagian kiri atas pundak.
Gali informasi dari benda yang dipakai korban
Kapus dokkes Mabes Polri Brigjen Pol Arthur Tampi menyatakan jenazah ketujuh penumpang AirAsia yang dibawa helikopter Dolphin berjenis kelamin perempuan. Baju yang dikenakannya dalam kondisi terlepas.
"Ciri-ciri jenazah yang datang yaitu perempuan dewasa dengan tinggi sekitar 165 cm. Menggunakan celana jeans dan baju kebetulan dalam kondisi terlepas," kata Arthur di Lanud Iskandar Kalimantan Selatan, Kamis (1/1).
Lanjut dia, perempuan berambut panjang hitam itu mengenakan sepatu kets warna hitam. Di tangan sebelah kiri ada jam tangan dan gelang plastik.
"Pakai sepatu kets warna hitam, rambut hitam lurus panjang, menggunakan jam tangan G-shock warna krem dan gelang plastik di sebelah kiri," terang dia.