Alasan Nadiem Buka Sekolah Karena Anak-anak Bukan Usia Rentan Covid-19
Nadiem mengatakan, kelompok rentan justru dari pendidik dan tenaga didik. Syarat sekolah boleh dibuka itu apabila seluruh pendidik dan tenaga didik telah divaksinasi tahap dua.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menuturkan, anak-anak bukan usia rentan terpapar Covid-19. Sehingga, pemerintah berani membuka kembali sekolah.
Nadiem mengatakan, kelompok rentan justru dari pendidik dan tenaga didik. Syarat sekolah boleh dibuka itu apabila seluruh pendidik dan tenaga didik telah divaksinasi tahap dua.
-
Bagaimana sekolah tersebut mendukung bakat anak-anak? Hilman mengatakan jika semua anak yang sekolah di sana selalu mendapatkan support untuk mengembangkan bakatnya. “Kan nggak dibatasi ya? Punya bakat apa itu bakal disupport ya?” tanya Hilman. “Iya,” jawab Boy.
-
Apa yang Nia Ramadhani lakukan saat menemani anak-anaknya belajar? Nia menemani anak pertamanya, Mikhayla, mengerjakan PR, meskipun Nia sendiri bingung dengan aplikasi yang berbeda. Meskipun begitu, interaksi mereka selama Mikhayla belajar dianggap menggemaskan.
-
Kenapa Nia Ramadhani menemani anak-anaknya belajar? Meskipun menantang kesabaran, Nia yakin bahwa ini adalah salah satu tugasnya sebagai seorang ibu, dan ia dengan ikhlas menemani anaknya.
-
Kapan Adilla memeluk anaknya? Adilla juga ngepost foto ultah anaknya, dapet pelukan papa yang hangat kayak Wulan.
-
Apa makna dibalik Hari Memeluk Anak? Momen ini digunakan untuk menunjukkan betapa pentingnya memberikan kasih sayang kepada anak.
-
Kapan kaki seribu sering terlambat sekolah? Soalnya kakinya banyak, jadinya kalau pakai sepatu kelamaan.
"Riset sudah membuktikan, kita ketahui ini data di seluruh dunia, bahwa pendidik dan tenaga kependidikan, karena umur mereka memiliki kerentanan yang tertinggi terhadap Covid, bukan murid-murid," kata Nadiem dalam konferensi pers, Selasa (30/3).
"Jadi kelompok usia 3 sampai 18 tahun ini memiliki tingkat mortalitas yang sangat rendah, dibandingkan kelompok usia yang lainnya," jelasnya.
Selain itu, anak di bawah umur 18 tahun juga secara umum hanya mengalami gejala ringan bila terinfeksi. Tingkat infeksinya pun rendah.
"Itupun, secara data, anak memiliki kerentanan jauh lebih rendah terhadap infeksi Covid dibandingkan dengan orang dewasa," kata Nadiem.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, tingkat penularan dari anak-anak kecil. Dibandingkan dengan orang dewasa. Nadiem bilang, hal ini merupakan data UNICEF dan WHO. Banyak negara berani membuka sekolah kembali karena data tersebut.
"Anak semakin kecil, juga menularkan infeksinya juga semakin kecil, semakin muda semakin kecil dibandingkan dengan orang dewasa," katanya.
14 Persen Kasus Covid-19 Disumbang Anak-anak
Sementara itu, Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito mengatakan, pembukaan sekolah harus memperhatikan tahapan pra kondisi, timing, prioritas, koordinasi pusat dan daerah serta monitoring dan evaluasi.
"Jadi bapak ibu sekalian terutama pemerintah daerah yang memberikan izin pembukaan aktivitas sekolah terbatas itu betul-betul melakukan simulasi. Pastikan semua kondisinya siap, disimulasi mulai dari anak-anak sekolah itu berangkat dari rumah menuju sekolah, aktivitas di sekolah, sampai selesai kembali lagi ke rumah," kata Wiku, Selasa (30/3).
Dia mengingatkan sekolah tatap muka terbatas harus melindungi siswa dan guru dari penularan Covid-19. Dia juga berharap, siswa yang mengikuti sekolah tatap muka terbatas tidak menjadi sumber penularan bagi keluarganya.
"Maka dari itu, pembukaan sekolah terbatas itu juga harus dijaga jangan sampai anak-anak sekolah mungkin bisa tertular saat dalam perjalanan menuju ke sekolah atau kembali atau waktu dalam sekolah yang menulari orang tuanya. Mungkin orang tuanya ini adalah orang-orang yang memiliki komorbid satu, dua atau lebih dan usianya rentan," ujarnya.
Ketua Dewan Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia ini menyebut, tingkat fatalitas akibat Covid-19 pada anak usia sekolah memang sangat rendah. Namun, anak usia sekolah masih sangat berisiko terinfeksi Covid-19.
Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, sebesar 14 persen dari total 1.496.085 kasus positif di Indonesia merupakan anak usia sekolah. Data ini per 28 Maret 2021.
"Kalau kita lihat dari seluruh kasus (positif Covid-19) anak sekolah ini yang banyak memang pada usia 7 sampai 12 tahun, ada 49.962 kasus. Kemudian usia 16 sampai 18 tahun atau usia SMA sebanyak 45.888," jelasnya.
Tak hanya itu, tercatat ada 23.934 kasus positif Covid-19 dialami anak usia 0 sampai 2 tahun atau seusia PAUD. Sementara ada 25.219 kasus positif Covid-19 dialami anak usia 3 sampai 6 tahun atau seusia TK.
Kemudian sebanyak 36.634 kasus positif Covid-19 menimpa anak usia 13 sampai 15 tahun atau setingkat SMP.
"Jadi ini yang perlu kita perhatikan. Memang totalnya 14 persen dari seluruh kasus yang ada di Indonesia. Jadi kita harus menjaga agar mereka tetap sehat dan tetap produktif untuk belajar," tandasnya.
Baca juga:
Wajibkan PTM, Nadiem Paparkan Dampak Buruk Pembelajaran Jarak Jauh
Sekolah Tatap Muka, Satgas Covid-19 Ingatkan 14 Persen Kasus Positif Merupakan Anak
Menag Minta Pembelajaran Tatap Muka Prioritaskan Aspek Kesehatan & Keselamatan Siswa
Mendikbud Soal Pembelajaran Tatap Muka: Kami Memberikan Kebebasan Sekolah Menentukan
Pembukaan Sekolah Tatap Muka Diprioritaskan untuk PAUD, SD dan SLB
SKB 4 Menteri, Pembelajaran Tatap Muka Terbatas akan Dimulai Juli 2021