Amukan Bonek tewaskan 2 pendekar silat
Kedua korban tewas Hari Minggu (1/10) sekira pukul 01.30 WIB. Saat itu keduanya sedang mengendarai sepeda motor Honda CB S 4353 DT dari arah Gresik masuk ke Surabaya.
Eko (25) dan Aris (20) meregang nyawa dikeroyok suporter Persebaya, Bonek. Kedua pendekar silat dari perguruan Pencak Silat Setia Hati (PSHT) Terate itu tewas di Jalan Raya Balongsari, Kecamatan Tandes, Kota Surabaya, Jawa Timur. Belum diketahui penyebab pasti yang membuat massa Bonek mengeroyok kedua warga Bojonegoro tersebut. Namun dugaan awal dikarenakan salah paham.
Kedua korban tewas Hari Minggu (1/10) sekira pukul 01.30 WIB. Saat itu keduanya sedang mengendarai sepeda motor Honda CB S 4353 DT dari arah Gresik masuk ke Surabaya.
Saat tiba di Jalan Balongsari, keduanya berpapasan dengan para Bonek yang baru saja menyaksikan pertandingan Liga 2 di Gelora Bung Tomo Surabaya, antara Persebaya Surabaya melawan Persigo Semeru FC.
Kemudian terjadi perkelahian antara dua pendekar PSHT dengan massa Bonek. Perkelahian itu tidak seimbang, kedua korban akhirnya kalah dikeroyok.
Keduanya kemudian dibawah ke Rumah Sakit Muji Rahayu. Namun nyawa kedua korban tak tertolong.
"Kejadian itu secara spontanitas, karena berpapasan. Melihat ada dua orang menggunakan pakaian dengan label dari perguruan pencak silat, akhirnya terjadi perkelahian," kata Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Iqbal, Minggu kemarin.
Menurut Iqbal, dua kelompok tersebut pada awalnya bersinggungan saat berpapasan di Jalan Tambak Osowilangon Surabaya, sekitar pukul 23.00 WIB, Sabtu (30/9) malam.
"Saat itu sejumlah anggota PSHT dalam perjalanan pulang setelah menghadiri kegiatan di Gresik. Sedangkan massa Bonek dalam perjalanan pulang setelah menyaksikan pertandingan Persebaya melawan Persigo Semeru FC Lumajang di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya," katanya.
Polisi berhasil membubarkan bentrok saat massa Bonek dan sejumlah anggota perguruan silat ini bersinggungan di Jalan Tambak Osowilangon Surabaya.
Namun, ternyata massa Bonek kemudian melakukan pengadangan terhadap iring-iringan anggota perguruan silat saat melintas di Jalan Raya Balongsari Surabaya.
"Saat itu sudah pukul 00.30, Minggu dini hari. Massa Bonek membakar satu unit sepeda motor yang menyebabkan dua orang anggota perguruan silat meninggal dunia," katanya.
Untuk meredam agar konflik tidak meluas, Polrestabes Surabaya memediasi kedua kelompok di Mapolresta Surabaya.
"Kami pertemukan kedua kelompok agar mempercayakan proses hukum perkara ini kepada Polrestabes Surabaya," ujar Iqbal.
Dalam kesempatan itu Iqbal mengaku bersyukur karena kedua kelompok telah menyatakan saling memaafkan.
"Kami sepakat bahwa kejadian semalam itu adalah musibah yang tidak dikehendaki bersama," ujar Ketua Cabang PSHT Surabaya Maksum Rusakin.
Dia memastikan selanjutnya akan meredam pergerakan dari segenap anggotanya untuk tidak melakukan tindakan pembalasan dengan alasan apapun.
"Saya tekankan kepada segenap anggota untuk menghormati proses hukum yang berlaku di negara ini," katanya.
Senada, Koordinator Bonek Andi Peci berharap peristiwa kekerasan ini menjadi yang terakhir bagi bonek dan menyerahkan sepenuhnya proses hukum kepada aparat Polrestabes Surabaya.
"Kami mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya dua sahabat dari Persaudaraan Setia Hati Terate. Semoga ini menjadi pengalaman bagi kami untuk berbuat lebih baik," katanya.
Andi mengaku berada di tempat kejadian perkara dan sempat mengantar korban ke rumah sakit terdekat sebelum akhirnya meninggal dunia.
Namun kepada wartawan Andi tidak bersedia membeberkan bagaimana awal mula massa bonek melakukan penghadangan yang menyebabkan dua anggota perguruan silat PSHT ini meninggal dunia.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini juga menyayangkan terjadinya bentrokan tersebut. Dia menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya kedua korban.
"Saya atas nama Pemerintah Kota Surabaya dan warga Kota Surabaya mengucapkan permintaan maaf kepada keluarga korban meninggal kemarin (30/90) malam," kata Risma melalui siaran persnya di Surabaya, Minggu.
Untuk selanjutnya, Wali Kota Surabaya akan mengirimkan perwakilan ke rumah korban tawuran tersebut sebagai permintaan maaf. Wali Kota Surabaya juga mengimbau kepada semua pihak untuk tidak saling membalas.
"Saya sudah berkoordinasi dengan Kapolrestabes Surabaya agar masalah ini diusut. Yang salah tetap salah agar tidak ada yang saling balas dendam," ujarnya.