Anggota DPR Cerita Pengalaman Pakai Telemedisin: Ada Dokter Kurang Kooperatif
Dia meminta dokter-dokter dalam layanan telemedisin diberikan pengarahan untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.
Anggota Komisi VI DPR RI Rudi Hartono Bangun menyoroti kualitas pelayanan dokter-dokter di aplikasi telemedisin. Dia mengaku pernah mendapat dokter yang kurang kooperatif saat menggunakan telemedisin. Dia meminta dokter-dokter itu diberikan pengarahan untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.
Hal tersebut disampaikan dalam rapat dengar pendapat umum Komisi VI DPR RI dengan Direktur PT Alodokter Teknologi Solusi, Managing Director PT Good Dokter Teknologi Indonesia, Chief Executive Officer PT Media Dokter Invastama, Chief Executive Officer PT Media Komunika Teknologi dan Direktur PT Sehat Harsana Emedika yang membahas mengenai kesiapan layanan telemedis menghadapi ancaman kenaikan Covid-19 varian Omicron di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (7/2).
-
Siapa yang memimpin aksi demo petani Kendeng saat pandemi COVID-19? Aksi demo petani Kendeng kembali dilakukan saat pandemi COVID-19. Kala itu mereka menolak aktivitas penambangan yang dianggap berpotensi merusak lingkungan.
-
Siapa yang dilibatkan dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam disertasi Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung? Analisis ini menawarkan wawasan berharga tentang pentingnya kerjasama antar-sektor dan koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana Pilkada 2020 diselenggarakan di tengah pandemi? Pemilihan ini dilakukan di tengah situasi pandemi COVID-19, sehingga dilaksanakan dengan berbagai protokol kesehatan untuk meminimalkan risiko penularan.
"Jadi saya pernah mengalami sendiri hanya (sakit) ringan, saya pakai jasa Halodoc. Jadi melalui aplikasi saya harus bayar (jasa) dokternya Rp50 ribu, Rp100 ribu tergantung lah itu. Lalu melalui WA (WhatsApp), tersambunglah kepada dokter tersebut, tapi dokter ini ada yang kurang kooperatif. Harusnya dididik lagi, jangan pakai dokter yang kualitas (pelayanannya) seperti itu. Ini kan pelayanan kepada masyarakat, minimal diarahkan," ujarnya.
Selain itu, dia meminta agar aplikasi telemedisin di Indonesia dapat meluaskan pelayanannya hingga ke desa-desa. Serta meningkatkan pelayanan dengan memberikan pelayanan konsultasi dokter yang tersedia selama 24 jam.
"Bagaimana dengan pelayanan masyarakat yang di desa? Yang memakai aplikasi ini, bagaimana nanti mereka meminta obatnya? Siapa yang mengirim? Kalau di kota kan banyak, yang di kota pasti ada kurir Gojek dan Grab, kalau yang masuk ke kecamatan atau desa yang jauh siapa yang mengirim? Jangkauan pelayanan ini harus dipanjangkan tangannya, karena ini bisa jadi pahlawan tanpa tanda jasa yang banyak bantu fasilitas pengobatan orang," tuturnya.
Di sisi lain, ia mengapresiasi aplikasi telemedisin yang ada di Indonesia. Rudi menilai, aplikasi telemedisin yang hadir di tengah pandemi Covid-19 ini banyak memberikan manfaat dan edukasi kepada masyarakat.
"Telemedisin yang menggunakan teknologi digital ini saya apresiasi banyak memberikan edukasi tentang berbagai penyakit dan apa saja obatnya. Jadi saya lihat, (dan) saya browsing di Google, yang (aplikasi) Sehatq itu bagus pak, dijelaskan kalau ada yang nanya obat ini dijelaskan penyakit ini, (aplikasi) Alodok dijelaskan begitu detail,” ungkapnya.
Menurut politisi NasDem tersebut, keberadaan telemedisin membuat masyarakat memiliki referensi bacaan mengenai penyakit dan obatnya. Sehingga, masyarakat memiliki pemahaman yang baik terhadap pengobatan suatu penyakit dengan dibantu dokter-dokter secara virtual.
"Ini memang bagus sekali pak, program seperti ini tidak bisa masyarakat yang 200 juta ini, kalau 10 persennya sakit, serbu ke rumah sakit, enggak mungkin menyerbu ke dokter, waduh kacau pak. Jadi dengan adanya dokter digital ini terbantu, saya juga terbantu ketika saya bilang saya sakit begini, diresepkan antibiotiknya ini, kirim obatnya melalui jasa kurir, melalui apotik mitra telemedisin," tutupnya.
Baca juga:
Crowd Free Night Diberlakukan Antisipasi Penularan Covid-19 dari Anak Muda Nongkrong
Sebaran Kasus Covid-19 di Indonesia 7 Februari 2022
PPKM DKI Jakarta Level 3, Crowd Free Night Mulai Berlaku Kembali di 10 Jalan Ini
Ada 98 Kasus Covid-19, China Lockdown Kota Berpenduduk 3,6 Juta Jiwa
Pemkot Tangerang Kesulitan Ajak Warga Vaksin Booster