Apa penyebab anggota TNI sampai jadi pecandu narkoba?
Padahal kalau terlibat narkoba sanksinya bisa dipecat, kok masih ada yang nekat? Ini jawabannya.
Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmatyo telah mengungkapkan komitmennya untuk memberantas peredaran narkoba di lingkungannya. Hasilnya, tujuh orang anggota Kostrad tertangkap diduga menggunakan narkoba, tak hanya itu delapan warga sipil dan lima polisi ikut digelandang dalam penggerebekan yang berlangsung Selasa (23/2) dini hari.
Gatot juga mengungkapkan tak akan merehabilitasi prajurit yang pernah tersandung narkoba, bahkan dia memerintahkan bawahannya untuk memberikan hukuman berat, pemecatan.
Kok bisa seorang prajurit TNI bisa tersandung kasus narkoba?
Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin meyakini keterlibatan seorang prajurit hingga mengonsumsi narkoba tidak mungkin terjadi dari dalam asrama. Penggunaan barang haram tersebut bisa jadi akibat pengaruh eksternal, misalnya pergaulan.
Kondisi itulah bisa menyasar pada siapa saja, baik polisi, wartawan mahasiswa bahkan warga miskin atau pejabat-pejabat tinggi.
"Ya karena pengaruh teman-teman yang bukan tentara, tapi teman di luar yang bukan tentara. Bukan cuma prajuritnya, tapi ada sipil, polisi," tegas Hasanuddin saat berbincang dengan merdeka.com, Selasa (23/2) malam.
Dalam pandangannya, pengaruh narkoba tersebut bukan disebabkan oleh sikap emosional seorang prajurit dalam menjalani hidupnya di lingkungan TNI. Dia meyakini, pengaruh itu berlangsung akibat mental prajurit yang lemah.
"Bukan pengaruh apa-apa, memang mentalnya jelek. Apa sih nikmatnya narkoba, manfaatnya tidak ada," kecam pensiunan jenderal bintang dua ini.
Serupa dengan Hasanuddin, pengamat militer Wawan Heri Purwanto juga meyakini peredaran narkoba terjadi akibat salah pergaulan. Sebab, tidak mungkin seorang prajurit dapat menyelundupkan barang haram tersebut ke markas, apalagi asrama prajurit.
"Kalau mereka kan kalau sudah masa waktu pendidikan tak mungkin, tapi saat tidak dalam pendidikan sudah menjadi rakyat biasa tidak kayak dulu waktu masih pendidikan, mereka bisa bergaul layaknya orang sipil. Tapi kalau misal ada pendidikan lanjutan biasanya ketahuan," paparnya.
Hanya saja, Wawan menduga masuknya narkoba tak lepas dari faktor kedinasan yang minim. Apalagi, TNI sudah lama tak terlibat dalam operasi-operasi militer dalam skala besar maupun kecil seperti di masa lalu.
"Pasukan itu ya, kalau bukan pasukan tempur ya kayak olahraga biasa aja. Tugas operasi juga enggak banyak. Operasi udah jarang, kita tidak dalam tugas tempur. Biasanya tugas rutinitas biasa seperti internal, jaga markas dan lain-lain. Kalaupun ada paling operasi ke Timur Tengah, atau penjagaan, pertempuran sudah hampir nihil," jelas dia.
Apapun namanya, narkoba memang sangat berbahaya bagi manusia. Tak hanya merusak otak, tapi juga bisa menyebabkan kematian.