Ayah pelaku teror Gereja St Yosep: Anak saya korban!
Sang ayah menduga ada orang yang memengaruhi anaknya hingga melakukan perbuatan itu.
Keluarga IAH (17), pelaku teror di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Jalan Dr Mansyur, Medan yakin remaja itu merupakan korban pencucian otak. Mereka menduga ada orang yang memengaruhinya hingga melakukan perbuatan itu.
"Karena anak saya ini masih di bawah umur, lalu ada orang-orang tertentu mempengaruhi, mengajari, begini-begono. Kebutuhanmu kupenuhi asal kau lakukan begini, dilakukan yang begitu, apa itu enggak korban? Jadi saya ini sekarang korban, bukan pelaku kejahatan, enggak, anak saya ini korban," kata Makmur Hasugian, ayah dari IAH (17), saat dihubungi wartawan via telepon, Selasa (30/8).
Dia menyatakan mengutuk pelaku pencucian otak yang telah memberi harapan-harapan, janji-janji, sehingga memengaruhi IAH. "Itu yang harus dikipas," ucapnya.
Ditanya soal komunikasi IAH dengan orang luar, Makmur tidak melihat ada orang yang asing datang ke rumahnya. "Tidak ada, tidak pernah ada orang bertamu ke rumah ini," sebutnya.
Dia menyatakan, keluarganya berharap para pelaku pencucian otak itu bisa segera ditangkap dan dihukum. Pengawasan harus ditingkatkan aparat negara agar orang-orang yang memengaruhi anak-anak orang tidak lagi berkeliaran dan merajalela. Sebab, jika dibiarkan berkeliaran, akan ada anak lain yang menjadi korban.
Seperti diberitakan, IAH diamankan di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Jalan Dr Mansyur Medan, Minggu (28/8) pagi. Dia diduga ingin meledakkan bom. Pemuda ini diringkus jemaat saat menyerang pastur dengan pisau.