Baca Peluang, Mahasiswa Banyuwangi Tekuni Bonsai Bambu dan Tanaman dalam Botol
Tanaman dalam botol milik Ridho, bisa dikatakan menjadi inovasi yang kreatif. Dia memanfaatkan botol-botol kaca bekas yang biasa digunakan untuk menjual bahan bakar minyak eceran di jalanan sebagai media tanam.
Masa pandemi corona (Covid-19) membuat sebagian orang tampil kreatif untuk mengisi waktu senggang selama di rumah. Tidak sedikit, muncul ide-ide kreatif dan inspiratif yang membuat aktivitas di rumah justru menghasilkan peluang ekonomi baru.
Kegiatan kreatif coba dilakukan Mahasiswa Universitas 17 Agustus 45 (Untag) Banyuwangi, Ridho Alayka Nashrulloh (21). Selama mengisi waktu senggang di rumah, Ridho coba menekuni tanaman hias dalam botol dan bonsai bambu.
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Apa penghargaan yang diraih Banyuwangi? Diserahkan Presiden RI Joko Widodo kepada Bupati Ipuk Fiestiandani di Istana Negara, Kamis (31/8/2023), Banyuwangi berhasil mempertahankan predikat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Terbaik 2022 se-Jawa dan Bali.
"Tidak disangka, banyak peminat yang ingin memiliki tanaman bonsai dalam botol, ada juga yang bonsai bambu karena masih jarang ada di Banyuwangi. Awalnya hanya untuk menghilangkan penat selama di rumah," kata Ridho saat ditemui di rumahnya, Kamis (29/10).
©2020 Merdeka.com
Saat ini, sudah ada ratusan tanaman dalam botol yang laku terjual dengan harga rata-rata Rp 50.000, sementara bonsai bambu memiliki harga yang tidak kalah menarik.
"Kalau bonsai bambu tergantung nilai seninya yang sudah alami, kemarin ada yang laku sampai Rp 500.000," kata mahasiswa semester 5 ini.
Ridho bahkan terbantu dengan aktivitas barunya ini. Selain menghilangkan penat, dia juga bisa terbantu secara keuangan untuk tetap melanjutkan kuliahnya.
"Awalnya sudah sempat ingin cuti. Tapi karena tanaman bonsai ternyata diminati, ya saya tidak jadi cuti kuliah," ujarnya.
Bila bermain ke rumah Ridho yang berada di Dusun Krajan, Desa Kabat, Kecamatan Kabat, Banyuwangi pengunjung akan menemukan beragam tanaman hias. Di rumahnya, Rihdo hanya memanfaatkan pelataran rumahnya yang sempit sekitar 3x6 meter.
©2020 Merdeka.com
"Karena tempatnya terbatas sebagian saya taruh di belakang rumah," jelasnya.
Tanaman dalam botol milik Ridho, bisa dikatakan menjadi inovasi yang kreatif. Dia memanfaatkan botol-botol kaca bekas yang biasa digunakan untuk menjual bahan bakar minyak eceran di jalanan sebagai media tanam.
"Ini saya adaptasi dari metode terarium, yang biasanya di media kaca yang berbentuk aquarium (aquascape). Tapi kalau saya menggunakan botol kaca sebagai tempat menanam bonsai," ujarnya.
Menanam di dalam botol, kata Ridho memang butuh kesabaran. Mulanya dia harus mengisi botol menggunakan batu-batuan putih, lalu menanam bibit sirih gading ke dalam menggunakan penjepit semacam pinset.
"Setelah proses karantina, tanaman akan tumbuh menyesuaikan ruang. Karena ruang dalam botol sempit ya otomatis dia juga akan kerdil," katanya.
©2020 Merdeka.com
Tidak butuh modal besar, Ridho cukup mengumpulkan botol bekas ataupun beli ke pedagang dengan harga terjangkau, Rp 3000- Rp 5000. Bibit sirih gading sendiri, Ridho telah memperbanyak jumlahnya dalam polybag-polybag kecil. Tidak hanya sirih gading, Ridho juga menggunakan bibit pohon beringin untuk menjadi bonsai dalam botol.
Khusus untuk bonsai dalam botol, dia mengaku tidak meniru siapapun. Ide tersebut murni darinya yang sudah dia kerjakan sejak 2018. Ridho sendiri menamai produknya sebagai "Terebo", atau Terarium Reuse Bottle.
"Bisa dikatakan saya yang pertama memulai. Tapi tidak tahu juga kalau ada sebelum saya. Ini hanya adaptasi metode terarium," katanya.
Bonsai Bambu
Tidak kalah unik, bambu yang biasanya berada di bantaran sungai maupun hutan, ternyata juga memiliki nilai seni bonsai. Untuk yang satu ini, Ridho sering mengamati tanaman bambu saat jalan-jalan di kawasan sungai dekat rumahnya. Bila menemukan bambu yang kerdil secara alami atau memiliki bentuk cabang atau akar unik, dia akan mengambilnya.
"Cari bambu yang cacat, ada juga akar gantung, junjung drajat (ruas berhimpitan). Nah ini biasanya tidak diambil oleh pemilik, jadi pasti boleh diminta," jelasnya.
Khusus bambu bonsai, Ridho akhirnya juga belajar ragam tanaman bambu yang ada di Banyuwangi. Sejauh ini dia masih memanfaatkan dua jenis bambu, yakni bambu ampel dan bambu kuning.
©2020 Merdeka.com
"Sudah dua bulan, saya fokus ke bambu. Harapannya bisa mengenal ragam bambu, fungsi dan menguatkan peluang ekonomi tanaman bambu," ujarnya.
Menurut Ridho, budaya menanam bambu selama ini juga masih minim di masyarakat, padahal banyak kegunaan untuk kerajinan, furniture maupun arsitektur. Dia berharap, ke depan bisa mempelajari teknik budidaya bambu hingga mengenalkan bonsai bambu.
"Karena bambu ini ternyata juga baik untuk menjaga keberlangsungan sumber mata air. Dan setelah saya pelajari, banyak sekali ragam bambu di Banyuwangi," jelasnya.
Kontributor: Mohammad Ulil Albab
(mdk/hhw)