Bagaimana Proses Mutasi Covid-19 dan Cara Menekan Penyebarannya?
Guru Besar Virologi dan Molekuler Universitas Udayana I Gusti Ngurah Kade Mahardika mengatakan cara mengatasi mutasi virus Covid-19, yakni dengan menekan jumlah infeksi. Mengingat mutasi virus terjadi seiring dengan meningkatnya penularan.
Guru Besar Virologi dan Molekuler Universitas Udayana I Gusti Ngurah Kade Mahardika mengatakan cara mengatasi mutasi virus Covid-19, yakni dengan menekan jumlah infeksi. Mengingat mutasi virus terjadi seiring dengan meningkatnya penularan.
"Mutasi virus setiap saat terjadi. Prosesnya acak dan semakin banyak orang tertular, semakin tinggi virus itu berpeluang mengalami mutasi. Untuk menekan mutasi ya kurangi jumlah infeksi," ujar Mahardika kepada merdeka.com, Rabu (14/7).
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Bagaimana mutasi virus Corona pada pria tersebut terjadi? Selama masa infeksi, dokter berulang kali mengambil sampel dari pria tersebut untuk menganalisis materi genetik virus corona. Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Di mana virus dapat menyebar? Virus juga dapat menyebar melalui udara, air, makanan, dan kontak langsung dengan individu yang terinfeksi.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
Virus, tegas dia, pasti akan mengalami mutasi. Terkait mutasi virus sendiri bisa punya dua arah. Yakni menjadi lebih mematikan atau kurang mematikan.
"Mutasi punya dua mata. Satu menjadi lebih ganas. Satu menjadi kurang ganas. Kita harap virus ini bermutasi menjadi kurang ganas," ujar dia.
Dia pun berharap, ke depan mutasi virus Covid-19 menghasilkan varian yang lebih jinak. Dengan demikian upaya penanganan menjadi lebih mudah.
Terkait hal tersebut, dia mengambil contoh wabah Flu Spanyol. Wabah tersebut, lanjut dia, akhirnya berhasil diatasi karena virus penyebab penyakit bermutasi menjadi kurang berbahaya.
"100 tahun yang lalu pandemi flu Spanyol berakhir karena herd imunity atau kekebalan komunal alami, tidak ada vaksin dan kedua virusnya bermutasi menjadi virus yang avirulen atau tidak ganas," terang dia.
"Sekali lagi mutasi itu bukan hal yang harus ditakuti. Saya justru berharap virus mengalami mutasi menjadi kurang ganas. Nggak apa-apa mutasi," tandas dia.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan kembali merilis hasil pemeriksaan dan analisis terhadap sekuens genom virus SARS-CoV-2 di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis tersebut, ditemukan 553 kasus varian baru Covid-19.
Dari 553 kasus varian baru Covid-19, 436 di antaranya merupakan varian Delta atau B16172 asal India.
"Total sudah ada 436 varian Delta," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi kepada merdeka.com, Selasa (6/7).
Berdasarkan peta sebaran varian SARS-CoV-2 Badan Litbangkes Kemenkes RI, ada enam varian Covid-19 di Indonesia. Yakni, varian Alpha, Beta, Delta, Lota, Eta dan Kappa.
Berikut sebaran 553 kasus varian baru Covid-19 di 14 provinsi di Indonesia per 6 Juli 2021:
DKI Jakarta
Kasus Alpha: 33
Kasus Beta: 38
Kasus Delta: 195
Kasus Eta: 4
Kasus Kappa: 1
Jawa Barat
Kasus Alpha: 9
Kasus Beta: 9
Kasus Delta: 134
Jawa Tengah
Kasus Alpha: 1
Kasus Beta: 1
Kasus Delta: 80
Jawa Timur
Kasus Alpha: 2
Kasus Beta: 3
Kasus Delta: 13
Bali
Kasus Alpha: 1
Kasus Beta: 2
Kasus Lota: 2
Banten
Kasus Delta: 4
Sumatera Selatan
Kasus Alpha: 1
Kasus Delta: 3
Kasus Kappa: 1
Kalimantan Selatan
Kasus Alpha: 1
Kasus Beta: 1
Kalimantan Tengah
Kasus Delta: 3
Kalimantan Timur
Kasus Delta: 3
Gorontalo
Kasus Delta: 1
Kepulauan Riau
Kasus Alpha: 1
Kasus Delta: 1
Kasus Eta: 1
Riau
Kasus Alpha: 1
Kasus Delta: 1
Sumatera Utara
Kasus Alpha: 1
Kasus Delta: 1
Baca juga:
DPR Ingatkan Jokowi Pastikan Kesiapan Faskes jika PPKM Darurat Diperpanjang
Positivity Rate di Sumsel 37,66 Persen, Sampel Sempat Menumpuk di BBLK Palembang
Singapura Kembali Kirim Bantuan Gas Oksigen untuk Indonesia
BOR Isolasi di 140 Rumah Sakit Rujukan di Jakarta Sudah Menyentuh 92 Persen
Epidemiolog Sindir Luhut Sebut Penanganan Pandemi Terkendali: Dia Sudah Sangat Panik
270 Tenaga Kesehatan di Surabaya Positif Covid-19