Banjir di Kutai Timur, 1.000 Warga Mengungsi
Kecamatan Muara Wahau menjadi kecamatan paling banyak terdampak yakni terdapat tujuh desa terdampak yakni Desa Diak Lay, Benhes, Dabeq, Muara Wahau, Jak Luay, Long Wehea dan Nehas Liah bing.
Enam kecamatan di wilayah Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur dilanda banjir. Banjir dipicu oleh hujan dengan intensitas yang sangat tinggi pada Jumat (18/3) pukul 14.30 WITA.
Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari melaporkan sebanyak 2.477 rumah terdampak banjir dengan Tinggi Muka Air (TMA) 50 sentimeter hingga 2 meter.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Siapa yang menangani banjir di Jakarta? Dia menjelaskan, BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah dan mengkoordinasikan unsur Dinas SDA, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat untuk melakukan penyedotan genangan dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik bersama dengan para lurah dan camat setempat. "Genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat," ujar dia.
-
Kapan banjir pertama kali terjadi di Jakarta? Pada masa VOC sendiri telah dilakukan berbagai cara untuk menanggulangi banjir di Batavia (kini Jakarta). Gubernur Jenderal silih berganti mencoba berbagai upaya.
-
Di mana banjir di Cirebon timur terjadi? Banjir di wilayah Cirebon timur ini kemudian viral di media sosial pada Rabu (6/3). Dalam video yang beredar terlihat sejumlah karyawan kesulitan mengevakuasi kendaraan roda dua miliknya yang terparkir di area pabrik.
-
Di mana banjir terjadi di Semarang? Banjir terjadi di daerah Kaligawe dan sebagian Genuk.
-
Bagaimana banjir terjadi di Kota Padang? Hujan tidak berhenti dari Kamis (13/7) malam hingga Jumat (14/7) dini hari. Saat ini air di dalam rumah sudah setinggi 7 centimeter,” tuturnya.
"Akibatnya sebanyak 5.245 Kepala Keluarga (KK) atau 16.896 jiwa terdampak, 1.000 jiwa diantaranya mengungsi di pos pengungsi Masjid Agung Center," jelasnya melalui keterangan tertulis, Senin (21/3).
Sementara enam kecamatan terdampak antara lain Kecamatan Sangatta Selatan tepatnya di Kelurahan Singa Geweh Desa Sangatta Selatan. Kemudian Kecamatan Sangatta Utara tepatnya Kelurahan Teluk Lingga di Desa Sangatta Utara dan Swarga Bara.
Selanjutnya di Kecamatan Bengalon, terdapat tiga desa terdampak yakni Desa Spaso, Spaso Selatan dan SpasoTimur. Di Kecamatan Rantau Pulung terdapat dua desa terdampak yakni Desa Rantau Makmur dan Margo Mulyo. Kemudian Kecamatan Muara Bengkal terdapat 1 desa terdampak yakni Desa Batu Timbau Ulu.
Kecamatan Muara Wahau menjadi kecamatan paling banyak terdampak yakni terdapat tujuh desa terdampak yakni Desa Diak Lay, Benhes, Dabeq, Muara Wahau, Jak Luay, Long Wehea dan Nehas Liah bing.
Abdul mengatakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutai Timur telah melakukan kaji cepat dan berkoordinasi dengan instansi terkait. Sementara pemerintah daerah setempat telah membuka dapur umum di dua titik yakni di Kantor Desa dan Kelurahan Singa Geweh.
Petugas terus melakukan evakuasi warga hingga Minggu (20/3) pukul 22.00 WITA. Selain itu, bantuan logistik seperti makanan dan obat-obatan terus didistribusikan kepada 10 titik pengungsian yang telah disiapkan. 10 Titik posko tersebut terbagi di Kecamatan Sangatta Utara sebanyak tiga titik dan tujuh titik di Kecamatan Sangatta Selatan.
Laporan terkini yang diterima Pusdalops BNPB pada Senin (21/3) pukul 04.30 WIB, banjir semakin meluas. Bahkan di beberapa titik, tinggi muka air bertambah 20 cm. Akses jalan menuju Kota Sangatta dari arah Bontang kini terhambat dikarenakan titik banjir yang berada di KM 3. Arus banjir yang cukup deras juga menyebabkan proses evakuasi warga terganggu.
BNPB mengimbau kepada seluruh komponen pemangku kebijakan di daerah dan masyarakat agar dapat mengantisipasi adanya potensi bahaya ikutan (collateral) akibat eskalasi wilayah terdampak yang masih berlanjut hingga hari ini.
Upaya yang bisa dilakukan seperti pemantauan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), pembersihan sampah maupun material lain yang dapat menyumbat aliran air, monitoring kondisi tanggul, jalan dan jembatan. Kemudian pemantauan debit air saat terjadi hujan lebat perlu dilakukan secara berkala baik di daerah yang saat ini terdampak, maupun daerah-daerah sekitarnya yang berpotensi terdampak seiring eskalasi banjir.
Untuk kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana susulan, masyarakat di sekitar lereng tebing dan sepanjang aliran sungai bisa melakukan evakuasi sementara jika terjadi hujan terus menerus dengan intesitas tinggi selama lebih dari satu jam.
"Perhatikan juga kondisi debit sungai dan hindari lereng curam yang minim vegetasi," tandasnya.
Baca juga:
Banjir Melanda Cilacap, 14.417 Warga Terdampak
Banjir Dua Meter di Kutai Timur, Warga Khawatirkan Buaya Berkeliaran
Diguyur Hujan 12 Jam, 243 Rumah di Musi Rawas Terendam Banjir
Banjir di Sigi Sulteng, Ratusan Orang Terpaksa Mengungsi
Hujan dan Angin Kencang Picu Banjir di 18 Titik Kota Malang