Banyak Anak-Anak Cuci Darah, KPAI Ingatkan Program Makan Bergizi Gratis Perhatikan Kandungan Gizi
Wakil Ketua KPAI Jasra Putra mengatakan, Peringatan Hari Anak Nasional diwarnai kabar dari IDAI soal maraknya kasus cuci darah anak-anak.
Wakil Ketua KPAI Jasra Putra mengatakan, Peringatan Hari Anak Nasional diwarnai kabar dari IDAI soal maraknya kasus cuci darah anak-anak. Berdasarkan laporan IDAI, 1 dari 5 anak Indonesia yang berusia 12 tahun ke atas melakukan cuci darah.
- Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran Habiskan Anggaran Rp800 M Per Hari
- Badan Gizi Nasional Tegaskan Pemberian 'Makan Bergizi Gratis' 1 Kali Sehari, Ini Jadwal dari PAUD hingga SMA
- Menteri Anas dan Badan Gizi Siapkan Skema Program Makan Bergizi Gratis
- Muncul Wacana Dana BOS Digunakan untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran, Kemenkeu Respons Begini
"Kita punya persoalan, di tengah kemajuan industri makanan, dan mudahnya mendapatkan makanan yang mengandung gula, lemak dan garam. Banyaknya anak-anak yang datang ke fasilitas cuci darah karena mengkonsumsi gula, garam, dan lemak tanpa kontrol. Ini peringatan keras buat kita semua," kata Jasra melalui keterangan tertulis, Minggu (28/7).
Jasra menyebut, lonceng keras IDAI juga menjadi tantangan besar untuk lembaga pengawasan obat dan makanan dalam menghadirkan uji lab makanan di tengah masyarakat. Tujuannya agar ada pengawasan ketat terhadap kesehatan anak-anak.
Sementara itu, Jasra menyoroti program makan siang gratis Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo-Gibran. Menurut dia, jangan sampai program yang bertujuan baik tersebut hanya bicara soal makanan yang dimakan tanpa memperhatikan soal kandungannya.
"Kita juga berharap program makan gratis, tidak hanya bicara makanan, bagaimana ada mekanisme sistem yang bisa melindungi, mengendalikan industri makanan kita, melalui program makan gratis ke depan, sosialisasi gejala ginjal pada anak, bagaimana pengawasan makanan dan uji lab makanan bisa hadir di tengah masyarakat," ujar dia.
Sebagai deteksi dini, Jasra mengingatkan pentingnya segera sosialisasi kepada orang tua soal gejala gagal ginjal anak sebelum diharuskan cuci darah. Dia mencatat, konsumsi banyak air putih menjadi hal yang perlu diperhatikan, termasuk konsumsi zat pembuat manis, garam dan lemak.
"Kita juga perlu membudayakan olahraga di keluarga, sekolah dan masyarakat, ditengah kurang bergeraknya anak karena gawai perlu menggiatkan lagi olahraga dan budaya," imbuh Jasra.
Jasra meminta, pemerintah harus hadir untuk mengatur, mengendalikan dan memberi sanksi terhadap segala hal yang membahayakan kesehatan anak. Sebab, tanpa hadirnya kebijakan dari negara maka akan kegagalan melindungi anak Indonesia.
"Karena mereka tidak tahu bagaimana proses makanan sehat. Yang mereka tahu makanan itu viral, jajanan itu viral, makanan kekinian, dimakan oleh figur yang ia suka. Sehingga ketegasan pemerintah dalam pemgawasan obat dan makaman perlu terus ditingkatkan," tutup Jasra.