Bayi Naila meninggal di antrean, Menkes harus copot kepala RS
Pemerintah juga diminta mencabut izin operasional rumah sakit yang kedapatan menelantarkan pasien.
Bayi Naila mengembuskan napas terakhir di ruang tunggu Rumah Sakit Umum (RSU) Lasinrang, Pinrang, Sulawesi Selatan, pada hari Rabu (30/10). Bayi berumur dua bulan 10 hari itu diminta mengantre dan ribetnya proses administrasi padahal kondisinya sudah sangat memprihatinkan.
Naila mengidap sesak napas sejak Selasa sebelumnya. Dia ke RSU Lasinrang atas rujukan Puskesmas Lampa, yang ada di sekitar tempat tinggalnya di Desa Kaliang, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.
Kasus seperti bukan pertama kali terjadi di dunia pelayanan kesehatan di Indonesia. Khusus untuk kasus ini, Komisi IX DPR (membidangi kesehatan) meminta Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, mencopot kepala rumah sakit RSU Lasinrang.
"Saya mendesak Menkes mengusut kasus ini, jika terbukti terjadi pelanggaran, maka kepala RSU Lasinrang harus dicopot. Bahkan apabila ada kelalaian atau kesengajaan, harus ada pertanggungjawaban pidana," tegas anggota Komisi IX DPR, Indra, saat ditemui di sela-sela acara diskusi di kafe Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (2/110.
Tak hanya itu, dia juga meminta kasus yang menimpa bayi Naila jadi pelajar buat pemerintah juga pihak rumah sakit. Paling tidak, pemerintah harus memberi sanksi tegas pada rumah sakit yang kedapatan telah menelantarkan pasien, apalagi sampai meninggal dunia.
"Bila ada rumah sakit yang menolak atau menelantarkan pasien karena alasan administrasi atau biaya, maka rumah sakit tersebut harus dicabut izin operasionalnya atau ditutup," jelas Indra.
"Selain itu, kasus ini harus jadi potret untuk mengevaluasi pelayanan rumah sakit di seluruh Indonesia," tambahnya.
Sebagai mitra kerja Komisi IX, Indra juga meminta Kementerian Kesehatan melakukan sidak pada semua rumah sakit khususnya di daerah-daerah.
"Harus memastikan tidak boleh ada rumah sakit di seluruh Indonesia yang menolak pasien hanya karena persoalan administrasi atau biaya," tandas politikus PKS ini.
Sebelumnya, bayi Naila yang dipangku ibunya mengembuskan napas terakhir karena tak segera mendapat pertolongan dari pihak rumah sakit. Mustari, ayah Naila, malah diminta mengambil nomor antrean meskipun sudah bercerita kondisi anaknya yang kritis.
Saat itu, Naila mendapat antrean nomor 115 sedangkan pasien yang dipanggil baru nomor 95.
Mustari coba kembali mendatangi loket untuk mendapatkan prioritas tapi malah ditanya berbagai surat miskin. Hingga akhirnya tepat pukul 10 lebih, Naila tak lagi bernyawa.
"Ya kan mau apa lagi, dia sudah meninggal," ucap Mustari, lirih.