Begini Kriteria Jemaah Haji yang Mabit di Muzdalifah dengan Skema Murur
PPIH akan meminta petugas kloter untuk mendata jemaah haji Indonesia.
Pergerakan dengan skema murur akan menyasar sekitar 25 persen dari jumlah jemaah dan petugas.
Begini Kriteria Jemaah Haji yang Mabit di Muzdalifah dengan Skema Murur
Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi akan menerapkan mabit di Muzdalifah dengan skema murur pada pelaksanaan puncak ibadah haji tahun ini. Skema murur diterapkan dengan mempertimbangkan potensi kepadatan di kawasan Muzdalifah karena sedang ada pembangunan toilet.
“Kebijakan ini kita terapkan setelah menimbang kondisi spesifik terkait potensi kepadatan di tengah terbatasnya area Muzdalifah,” kata Direktur Layanan Haji Luar Negeri Subhan Cholid di Mekkah, Kamis(6/6).
- Kemenag: 81.129 Jemaah Haji Tiba di Tanah Air
- Dibatasi, Kuota Jemaah Haji Indonesia Ikut Murur saat Mabit di Muzdalifah Sudah Terisi 60 Persen
- Hindari Kepadatan, Jemaah Haji Indonesia Bakal Mabit Tanpa Bermalam di Muzdalifah
- Kemenag: Kuota Jemaah Haji Reguler 2024 Terpenuhi, Kloter I Berangkat 12 Mei
Sebagai informasi mabit (bermalam) di Muzdalifah dengan cara murur merupakan mabit yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah, setelah menjalani wukuf di Arafah. Jemaah saat melewati kawasan Muzdalifah tetap berada di atas bus atau tidak turun dari kendaraan, lalu bus langsung membawa mereka menuju tenda Mina.
Subhan menjelaskan pergerakan jemaah haji Indonesia dari Arafah akan dibagi dalam dua skema, yaitu: murur dan normal.
Pergerakan dengan skema murur akan menyasar sekitar 25 persen dari jumlah jemaah dan petugas haji. Totalnya diperkirakan mencapai 55.000 orang.
“Kami akan prioritaskan skema murur ini untuk jemaah dengan risiko tinggi (risti), lanjut usia (lansia), disabilitas, serta para pendamping lansia,” kata Subhan.
Subhan mengatakan angka 55.000 ini sepadan dengan 27.000 jemaah yang tahun sebelumnya menempati Mina Jadid. Lalu ditambah kuota 10.000, serta sekitar 18.000 yang terdampak pembangunan toilet di Muzdalifah.
Sebagai langkah persiapan, PPIH akan meminta petugas kloter untuk mendata jemaah haji yang akan diikutkan dalam skema murur, sesuai dengan kriteria dan jumlah yang telah ditentukan. Laporan itu dibuat berbasis kloter dan selanjutnya diserahkan kepada petugas Sektor. Data dari sektor akan dihimpun oleh petugas Daerah Kerja Mekkah.
Nantinya skema murur ini berlaku di setiap kloter yang terdapat jemaah dengan resiko tinggi, lansia dan disabilitas. Skema murur akan berlangsung pada 9 Dzulhijjah atau 16 Juni dari pukul 19.00-22.00 waktu Arab Saudi.
"Jadi jemaah akan bergerak dari Arafah, melewati Muzdalifah, tidak turun, lalu langsung menuju Mina,” papar Subhan.
Sementara itu, petugas haji yang berjaga di Mina akan mulai diberangkatkan pada pukul 13.30 WAS untuk menyambut jemaah yang datang dari Arafah.
Pergerakan jemaah dengan skema murur dari Arafah ini, kata Subhan, akan dilakukan berbasis daftar nama jemaah yang sudah diusulkan. Mereka terdiri atas jemaah risti, lansia, disabilitas dan para pendampingnya.
“Jemaah berkumpul di pintu keberangkatan maktab di Arafah setelah Magrib untuk diberangkatkan melintas Muzdalifah dan langsung ke Mina,” sebut Subhan.
Sementara untuk pergerakan jemaah dengan skema normal, sistem taraddudi dari Arafah ke Muzdalifah, akan dimulai pukul 22.00 WAS. Artinya, pergerakan jemaah dengan skema normal menunggu skema murur selesai dilakukan.