Dibatasi, Kuota Jemaah Haji Indonesia Ikut Murur saat Mabit di Muzdalifah Sudah Terisi 60 Persen
Pemerintah Saudi hanya memberika kuota sebanyak 55.000 jemaah haji Indonesia
Pemerintah Saudi hanya memberika kuota sebanyak 55.000 jemaah haji Indonesia
Dibatasi, Kuota Jemaah Haji Indonesia Ikut Murur Saat Mabit di Muzdalifah Sudah Terisi 60 Persen
Potensi kepadatan kawasan Muzdalifah membuat Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi memutuskan menggunakan skema murur atau hanya melintas kepada 55.000 jemaah haji Indonesia.
Data sementara sudah lebih dari 32 ribu jemaah yang mendaftarkan diri untuk mengikuti skema murur saat mabit (bermalam) di Muzdalifah.
Nantinya mereka hanya melintas di Muzdalifah dengan naik bus. Kemudian langsung berangkat ke Mina untuk melontar jumrah.
"Sudah ada 32.554 yang daftar, 60 persen dari kuota," ujar Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Subhan Cholid di Kantor Daker Mekkah, Minggu (9/6).
Tidak semua jamaah haji bisa mengikuti murur. Ada empat kriteria yang sudah ditetapkan oleh PPIH.
Pertama, jemaah yang memiliki risiko tinggi (risti) secara medis. Kedua, jemaah lansia. Ketiga, jemaah disabilitas. Keempat, pendamping tiga kriteria jemaah di atas.
Meski begitu Subhan bilang jika kuotanya masih ada, jemaah yang tidak termasuk kriteria tersebut bisa mendaftar.
"Jemaah biasa juga bisa mendaftar, daftarnya bisa melalui ke ketua kloter. Ketua kloter nantinya akan menyampaikan ke ketua sektor,” kata Subhan.
Kebijakan murur ini baru pertama kali diterapkan. Apalagi tahun ini suhu udara saat puncak haji diperkirakan mencapai 50 derajat celsius.
"Hari ini saja kita sudah mencapai 44 bahkan 45 derajat," jelas Subhan.
Selain itu, pemerintah Arab Saudi tidak menyiapkan sarana dan prasarana di untuk jemaah menetap lebih lama di Muzdalifah.
Jemaah hanya akan mabit pada tengah malam dan harus sudah berada di Mina pagi harinya.
Area Muzdalifah juga sangat sempit. Tahun lalu sebagian jamaah Indonesia ditaruh di kawasan Mina Jadid.
Tahun ini, area Mina Jadid tidak dipergunakan lagi. Semua akan ke Muzdalifah. Ada 27 ribu jamaah haji yang tahun lalu berada di Mina Jadid.
Padahal tahun ini jumlah jamaah haji reguler bertambah 10 ribu orang. Belum lagi di Muzdalifah telah didirikan ratusan toilet baru yang memakan area sampai 2 hektare.
Murur ini diperlukan untuk mengurangi kepadatan di Muzdalifah. Murur, kata Subhan, untuk menjaga keamanan dan keselamatan jamaah Indonesia.
"Beberapa kali kita sudah berdiskusi dengan berbagai pihak di Arab Saudi untuk melakukan simulasi skema murur yang paling tepat untuk mengantisipasi situasi itu," kata Subhan.
Seluruh jamaah yang berangkat dari Makkah ke Arafah, kata Subhan, akan mengikuti skema normal. Pada 9 Dzulhijjah (15 Juni 2024), setelah wukuf, ketika terbenam matahari di Arafah, jamaah mulai digerakkan menuju Muzdalifah dan juga ke Mina.
Jemaah akan bergerak dari Arafah ke Muzdalifah pada pukul 19.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Mereka sudah harus berada di Mina paling lambat pukul 08.30 WAS.
"Kemarin kita sampai pada kesepakatan bahwa pergerakannya akan dilakukan secara bersamaan mulai pukul 19.00 malam. Jadi terbenam matahari, baik yang murur maupun yang normal itu akan diberangkatkan secara bersama-sama," jelas Subhan.