Berantas prostitusi, MUI Jawa Timur sebar dai muda
Mereka ditugaskan berdakwah di area prostitusi.
Tempat prostitusi di Jawa Timur saat ini masih marak. Untuk menekan berkembangnya tempat-tempat lokalisasi, MUI Jawa Timur membentuk Ikatan Dai Area Lokalisasi (IDIAL). Mereka ditugaskan berdakwah di area prostitusi.
"Untuk bisa mengentaskan para WTS dan mucikari menuju profesi dan alih fungsi, IDIAL melakukan pendekatan religiusitas keagamaan, yaitu dengan dakwah persuasif, integratif dan solutif," kata Ketua IDIAL Jawa Timur, Sunarto dalam bedah buku: "Kiai Prostitusi dan Pelatihan Da'i Relawan Mandiri" di Auditorium Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Kamis (19/12).
Sunarto mengatakan, pelatihan ini sudah merambah ke seluruh pelosok kabupaten dan kota di Jawa Timur. "Ini kali ketiga, pelatihan sebelumnya hanya lingkup Surabaya, tapi sekarang IDIAL merekrut relawan di seluruh daerah se-Jawa Timur," katanya.
Untuk Surabaya sendiri, kata Sunarto, relawan dan dai yang disebar di enam lokalisasi sudah berhasil menutup empat lokalisasi, bekerjasama dengan Pemkot Surabaya dan Pemprov Jawa Timur. "Sekarang, di Surabaya yang sudah ditutup di antaranya, Dupak Bangunsari, Tambak Asri, dan Klakah Rejo. Sememi sebentar lagi yang dilanjutkan Dolly dan Jarak," ujarnya.
Sejauh ini sudah ada 300 dai. Mereka sudah dibekali pelatihan khusus. "Mereka (peserta pelatihan) diharapkan bisa menjadi juru dakwah dan relawan mandiri yang betul-betul memahami karakteristik, situasi dan kondisi di lokalisasi daerah mereka masing-masing," harap Sunarto.
Sunarto menulis buku ini karena terinspirasi dari perjuangan Khoiron Syu'aeb. Menurutnya, Khoirun sebagai sosok dai yang telah malang melintang di dunia pembinaan prostitusi.
"Buku ini, semoga bisa juga menjadi inspirasi bagi dai-dai baru yang siap diterjunkan di daerahnya masing-masing, khususnya di wilayah prostitusi," harapnya.
Kiai Khoiron sendiri, masih menurut Sunarto, tidak pernah merasa keberatan dijuluki sebagai Kiai Prostitusi. Dengan begitu, ia lebih mudah berdakwah di tempat prostitusi.
"Kiprah dakwahnya terbukti lebih ampuh dan efektif dan bisa dijadikan contoh menangani prostitusi. Sudah ada bukti, seperti Hj Narti misalnya, yang memulai karirnya sebagai WTS, kemudian mucikari yang kemudian berhasil dientaskan oleh Kiai Khoiron, bahkan sudah berhaji dan membuka bisnis ekspedisi sekarang," ungkapnya.
Kini, Narti juga berperan aktif menjadi relawan dan mengajak eks WTS terlibat dalam pengajian rutin di daerah Dupak Bangunsari. "Diharapkan, ada banyak lagi Hj Narti-Hj Narti lain. Meski nantinya usaha yang mereka dirikan pasca penutupan lokalisasi tidak besar, dengan modal yang disediakan Kementerian Sosial dan pemerintah serta pembinaan rutin, mereka bisa mengembangkan usaha yang mulanya kecil menjadi besar," harap Sunarto.