Berat di Perantauan, tapi Takut Mudik Bawa Corona
Tidak hanya itu, lanjut Umam, kampusnya juga terpaksa menunda momentum wisuda bagi mahasiswa lulusan 2020 yang seharusnya digelar pada akhir Maret lalu.
Umam (23) salah satu lulusan dari perguruan tinggi swasta di Jakarta, harus mengurungkan niatnya untuk mudik ke Jambi. Alasannya karena takut menjadi carrier (pembawa virus) bagi keluarga di kampung halaman.
Walaupun keputusannya tetap tinggal di perantauan sangatlah berat. Umam mengakui rasa rindunya kepada kedua orang tua tak sebanding dibandingkan kesehatan mereka. Walaupun baru lulus dari jenjang pendidikan S1, dia ingin sekali memperlihatkan ijazah hasil belajarnya selama empat tahun.
-
Bagaimana Pilkada 2020 diselenggarakan di tengah pandemi? Pemilihan ini dilakukan di tengah situasi pandemi COVID-19, sehingga dilaksanakan dengan berbagai protokol kesehatan untuk meminimalkan risiko penularan.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Apa saja yang dipilih rakyat Indonesia pada Pilkada 2020? Pada Pilkada ini, rakyat Indonesia memilih:Gubernur di 9 provinsiBupati di 224 kabupatenWali kota di 37 kota
Tidak hanya itu, lanjut Umam, kampusnya juga terpaksa menunda momentum wisuda bagi mahasiswa lulusan 2020 yang seharusnya digelar pada akhir Maret lalu.
"Karena pandemi Covid-19 ini, saya terpaksa diundur wisuda sampai waktu yang tidak ditentukan oleh pihak kampus. Terancam lebaran sendiri di asrama kost, dan tentunya keterbatasan ruang gerak dan pelemahan pegangan uang," ungkap Umam saat dihubungi merdeka.com, Selasa (14/4).
"Jaga kesehatan, rajin cuci tangan, pakai masker, ikuti anjuran pemerintah. Mohon maaf sepertinya lebaran kali ini tidak bisa bersama, semoga momen lain kita bisa bersama," tambahnya sebagai pesan bagi kedua orang tuanya di Jambi.
Pemerintah Bikin Bingung
Kondisi batal mudik ke kampung halaman juga dialami Mustajib (25) mahasiswa S2 salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta ini juga terpaksa batal mudik ke kampungnya di Sulawesi.
Tidak bisa berkumpul bersama keluarga, terlebih sudah ingin memasuki Ramadhan menjadi bayaran yang mahal bagi nya.
"Pandemi ini bikin kita resah, khawatir bingung tidak bisa kemana-mana apalagi mudik. Maka saya putuskan untuk tidak balik, tidak bisa kumpul bersama keluarga," ujarnya.
Ditambah kondisi ketidakjelasan para pemangku kebijakan yang menurut Musjatib lebih kejam dibandingkan virus Corona itu sendiri.
"Ya mau apa lagi, sabar aja lah. cuma satu sesalnya saya. Kenapa si para elit politisi itu, kok malah mereka yang buat bingung aturan di negara makin aneh. Jujur saya lebih takut dengan mereka para elit politisi dibanding corona," ungkapnya.
Ia juga berpesan kepada keluarga terkhususnya orang tuanya, untuk selalu menjaga kesehatan, kebersihan dan selalu memberikan kabar setiap hari kepada keluarga.
"Jaga kesehatan, kebersihan untuk yang di kampung halaman. Saya cuman bisa ngasih kamar dari sini," tutur Mustajib kepada kedua orang tuanya.
Gagal Lulus Tepat Waktu
Kondisi yang dialami Umam dan Mustajib juga dirasakan oleh Putra (21) salah satu mahasiswa yang tidak bisa pulang kampung ditambah terganggunya tahapan kuliah kerja lapangan (KKL) sebagai syarat penelitian ilmiah (skripsi).
Sebagai mahasiswa, KKL maupun magang menjadi suatu hal yang wajib sebagai persyaratan menuju penelitian ilmiah skripsi. Karena pandemi ini, ia merasa target kelulusan yang telah disiapkannya dipastikan berubah.
"Pandemi ini sangat menghambat produktivitas kuliah, terlebih mahasiswa tingkat akhir yang harus kelapangan untuk melakukan penelitian sudah pasti terganggu. Akibatnya timeline menuju wisuda ke lulusan saya terpaksa berubah," ungkap Putra.
Atas terganggunya kelulusan studinya, Putra hanya bisa meminta maaf kepada ke dua orang tuanya dan memberikan pengertian untuk keputusan memperpanjang kuliahnya satu atau dua semester ke depan.
Akan tetapi ia tetap tidak mau putus asa dan meratapi kondisi saat ini, dengan melakukan kegiatan produktif di kostan seperti belajar tutor via online menjadi pilihannya untuk tetap saat tidak boleh berkegiatan di luar kostan.
"Banyak hal memang yang bisa dilakukan agar kita tidak bosan di kostan. Seperti mengikuti pelatihan online, melihat tutor dengan video dan lainnya selain menuntaskan perkuliah via online," jelasnya.
Dia pun mengharapkan kondisi pandemi ini segera berakhir dan tetap menguatkan orang tuanya yang ada di Sumatera untuk tetap menjaga kesehatan dan selalu cuci tangan.
"Ibu bapak jaga kesehatan jangan lupa cuci tangan, saya di sini aja nanti ketemu setelah corona ini berlalu," pesan Putra kepada orang tuanya.
(mdk/fik)