BNPT Minta Tokoh Agama Edukasi Masyarakat Tak Mudah Terprovokasi Radikalisme
"Dengan ketokohan dari para pemuka agama ini karena tentu kita sepakat terorisme bukan agama dan terorisme adalah kejahatan yang harus kita tanggulangi bersama-sama," ungkapnya.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar meminta kepada tokoh agama untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Hal tersebut seiring dengan para jaringan terorisme yang saat ini lebih membangun narasi keagamaan.
"Kami harap dapat memberikan suatu pemahaman jernih kepada umat sehingga tidak mudah terprovokasi," kata di DPR, Senin (22/3).
-
Bagaimana cara BNPT membantu para penyintas terorisme agar tetap berdaya? Selain itu, BNPT juga sering mengadakan agenda gathering yang ditujukan untuk menumbuhkan semangat hidup dan mengembalikan kepercayaan diri bagi para korban terorisme agar tetap berdaya.
-
Dimana BNPT menemukan landasan hukum untuk memberikan kompensasi kepada korban terorisme? Ibnu menjelaskan, landasan pemerintah melakukan pembayaran kompensasi atau ganti rugi tertuang dalam PP No. 35 Tahun 2020 tentang pemberian kompensasi, restitusi, dan bantuan kepada saksi dan korban.
-
Bagaimana Bintara TNI mendidik anaknya hingga lulus Akpol? Dia diajarkan kedisiplinan hingga kini sukses menjadi calon abdi negara. "Bagaimana didikan anaknya?" tanya sang perekam video. "Disiplin dengan aturan yang sudah ditentukan, berlatih," ujarnya.
-
Siapa yang menyatakan bahwa narkoba lebih berbahaya dari terorisme? Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI Komjen Pol Marthinus Hukom menyatakan narkotika lebih dahsyat dan berbahaya dari terorisme.
-
Apa yang diusulkan BNPT terkait tempat ibadah? Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengusulkan dilakukan pengawasan atau kontrol terhadap tempat-tempat ibadah yang ada di Indonesia.
-
Kenapa Komjen Pol Marthinus Hukom menilai narkoba lebih berbahaya dari terorisme? “Teroris berapa orang mungkin, tapi narkotik siapa pun juga, sama dengan teroris tapi narkotik dia menyerang sampai ke saraf-saraf, merusak manusia dan ini berbahaya dan bisa terancam generasi muda, bahkan mengancam keberlanjutan negara,” ucapnya.
Dia mengatakan hal tersebut sangat penting agar bisa memberikan pencerahan kepada seluruh masyarakat. Sehingga segala bentuk penyampaian, propaganda ,narasi yang disampaikan kelompok teroris baik global atau domestik dapat dilakukan counter bersama.
"Dengan ketokohan dari para pemuka agama ini karena tentu kita sepakat terorisme bukan agama dan terorisme adalah kejahatan yang harus kita tanggulangi bersama-sama," ungkapnya.
Sebelumnya Boy mengatakan tren radikalisme menurun. Hal tersebut terlihat dari 2017 hingga pandemi Covid-19 hadir di Indonesia.
Dia membeberkan dari hasil survei Alvara reserach dan Nazaruddin Umar Foundation pada 2017 tren radikalisme di Indonesia 55,2 persen. Kemudian pada 2019 menurun 38,4 persen dan pada 2020 menjadi 14 persen.
"Pada tahun 2020 kategori sangat rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa selama masa pandemi Covid-19, tren potensi radikalisme cenderung mengalami penurunan," kata Boy di DPR, Senin (22/3).
Baca juga:
BNPT: Tren Radikalisme Menurun Selama Pandemi Covid-19
Kapolri Sigit Gandeng Pemuda Masjid Lawan Radikalisme dan Intoleransi
Menag Yaqut: Banyak Orang Terpapar Radikalisme Dari Media Sosial
Survei Indikator: 49,4% Anak Muda Desak Persoalan Radikalisme Segera Ditangani
'Kedepankan Prinsip Persaudaraan dan Jaga Kepentingan Bersama'
Mengingatkan Generasi Muda Tak Mudah Termakan Hoaks, Jaga Persaudaraan