Bocah 12 Tahun di TTS NTT Tewas Akibat Digigit Anjing Rabies
Bocah laki-laki itu digigit anjing pada Selasa, 6 Februari sekitar pukul 15.00 WITA.
Korban digigit anjing rabies saat sedang berada di rumah kebun bersama kakak, ayah serta ibunya, di Desa Kualeu, Kecamatan Mollo Tengah.
Bocah 12 Tahun di TTS NTT Tewas Akibat Digigit Anjing Rabies
Korban tewas akibat gigitan anjing rabies di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT) bertambah.
Seorang anak di Desa Taiftob, Kecamatan Mollo Utara berusia 12 tahun berinisial IS meninggal dunia usai digigit anjing.
Bocah laki-laki itu digigit anjing pada Selasa, 6 Februari sekitar pukul 15.00 WITA. Saat itu korban sedang berada di rumah kebun bersama kakak, ayah serta ibunya, di Desa Kualeu, Kecamatan Mollo Tengah.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten TTS, Ria Tahun menjelaskan, korban baru pulang menjenguk pamannya yang sedang sakit di Desa Kualeu. Saat tiba di halaman rumah kebun, korban melihat seekor anjing liar sedang menerkam leher anak anjing peliharaan mereka.
Korban berusaha melerai agar anak anjing yang mereka pelihara tidak tewas. Namun tiba-tiba anjing liar itu menggigit korban tepat di pipi kiri yang menyebabkan tiga luka dalam.
Korban yang terluka menghampiri sang ibu sambil menangis. Ibunya mengambil minyak gosok, lalu mengoleskan pada luka bekas gigitan anjing liar tersebut.
"Ibu korban menghapus darah pada pipi korban dan mengolesi luka dengan minyak nona mas, tanpa melakukan tata laksana cuci luka," ungkap Ria Tahun, Sabtu (2/3).
Menurutnya, sering dioles minyak gosok, luka bekas gigitan kemudian sembuh dalam jangka waktu satu minggu. Sejak tanggal 6 hingga 18 Februari, korban tidak merasakan gejala apa pun dan beraktifitas seperti biasa.
Namun pada Senin 19 Februari, korban mengeluh sakit kepala, demam dan muntah, namun tetap mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah.
Pada hari Selasa 20 Februari, korban masih merasakan gejala yang sama dan memilih untuk tidak mengikuti kegiatan KBM di sekolah.
Pada hari Rabu 21 hingga 24 Februari, korban masih merasakan gejala yang sama tapi kembali beraktivitas seperti biasa, namun napsu makan korban mulai berkurang.
Minggu 25 Februari, korban mulai mengalami gejala khas rabies yaitu gelisah, takut angin, takut api, takut cahaya, takut asap, takut air serta tidak lagi mau makan dan minum.
"Keluarga merawat korban di rumah kebun. Pada hari Senin 26 Februari, korban masih merasakan gejala yang sama, kemudian keluarga melakukan pengobatan tradisional dengan cara di sumbur," jelas Ria Tahun.
Keluarga kemudian membawa korban ke rumah tinggal pada Selasa Desa Taiftob. Pada malam hari korban mulai mengalami peningkatan kecemasan, sehingga korban mencakar dan menggigit ibunya.
"Pada Rabu 28 Februari, sekitar pukul 11.00 WITA, korban dikatakan meninggal dunia oleh keluarga,"
ujar Ria Tahun.
merdeka.com
Sehingga dia menambahkan, jika dilihat dari gejala yang muncul dan masa inkubasi yang ada maka diduga korban IS mengalami gejala khas rabies mulai muncul awal pada hari Ke-13 pasca-gigitan dan meninggal setelah empat hari mengalami gejala khas rabies.
"Masa inkubasinya pendek karena lokasi luka gigitan merupakan risiko tinggi, tidak dilakukan tata laksana pencucian luka, dan pemberian SAR dan VAR," tutup Ria Tahun.
Untuk diketahui, korban tewas akibat gigitan anjing rabies di Kabupaten TTS berjumlah 16 orang, yang didominasi oleh anak-anak. Sedangkan korban korban gigitan telah mencapai 3.551 orang.