BPIP Minta Pemegang Kekuasaan Harus Jadi Role Model Nilai Pancasila
Benny pun menyatakan pendidikan akan aplikasi nilai Pancasila harus kuat di lini pendidikan dasar masyarakat Indonesia.
Pancasila itu harus menjadi habituasi bangsa dan negara
BPIP Minta Pemegang Kekuasaan Harus Jadi Role Model Nilai Pancasila
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, menyatakan bahwa pemegang kekuasaan dan pemangku kebijakan seharusnya menjadi role model aplikasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, termasuk berbangsa dan bernegara.
Benny, sapaan akrabnya, menyatakan bahwa banyaknya pertanyaan mengenai aplikasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan satu kecenderungan.
"Pancasila, yang kita sepakati sebagai dasar dan norma kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, malah tidak dijadikan penuntun dan pedoman perilaku, terutama oleh pihak yang seharusnya mnejadi role model, para pemegang kekuasaan dan pemangku kebijakan," tegasnya.
Dia menyoroti bahwa seharusnya, sebagai pihak yang selalu disorot dan memiliki kekuasaan penuh untuk mengesahkan peraturan perundang-undangan, para pemegang kekuasaan dan pemangku kebijakan ini, menunjukkan perilaku dan sikap yang terus menerus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
"Pancasila itu harus menjadi habituasi bangsa dan negara, untuk berpikir dan berperilaku. Oleh karena itu, masyarakat butuh ditunjukkan bagaimana melaksanakan Pancasila sebagai habituasi bangsa dan negara. Sayangnya, ini yang kurang dan seringkali tidak ditunjukkan," tandasnya lagi.
"Dahulu, masyarakat punya role model. Para Founding Fathers kita. Bung Hatta, contohnya, bagaimana dia tidak membeli sepatu bermerek sampai akhir hayatnya, padahal bisa dengan mudahnya, dengan kekuatan dan kekuasaan yang dia miliki, dia memiliki sepatu tersebut," katanya
Agus Salim, misalnya juga, tidak arogan meminta tempat duduk di kereta karena menyadari betul bahwa semua orang punya hak untuk duduk di kursi-kursi dalam kereta tersebut.
"Tapi, sekarang (role model) itu hilang. Arogansi dipertontonkan, hukum dikoyak karena kekuasaan menang, alhasil, masyarakat pun jadi merasa mereka juga bisa arogan, oportunis, dan tidak taat aturan. Itulah yang merusak aplikasi nilai Pancasila."
Benny pun menyatakan pendidikan akan aplikasi nilai Pancasila harus kuat di lini pendidikan dasar masyarakat Indonesia.
"Para guru-guru harus mengajarkan juga nilai-nilai kepada kesadaran rasa berbangsa, rasa ketuhanan, rasa kemanusiaan, rasa persatuan, rasa kerakyatan dan rasa keadilan sosial, rasa-rasa Pancasila. Kejujuran, serta etika dan moral dalam berpikir. Saya pikir, dengan pendidikan, kita mampu membentuk generasi-generasi yang kembali beretika dan melaksanakan nilai Pancasila," ujarnya.