Bripka Triono diduga tertekan karena rumah tangganya tak harmonis
Triono kabarnya kerap dihina saat cekcok dengan istrinya.
Cerita soal kemelut rumah tangga anggota Pam Obvit Polresta Depok, Bripka Triono, yang berujung peristiwa pembunuhan istrinya, Ratnita Handriani (37), terus bermunculan dari para tetangga. Kabarnya, ada ketimpangan dalam biduk rumah tangga Triono dan Ratnita.
Kabarnya, walaupun sudah bekerja di Polresta Depok, Triono tidak melepas tanggung jawab ketika sampai di rumah. Dia selalu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti mencuci dan mengurus anak.
"Bapaknya yang nyuci baju, nanti yang setrikain itu bude yang bantuin di rumahnya," kata tetangga korban, Rosana (60), Rabu (30/3).
Rosana menilai, Triono adalah orang yang sabar. Karena walaupun menjadi kepala rumah tangga dan bekerja, tetapi masih mau mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
"Pulang kerja bapaknya ngurus anak. Kalau ibunya enggak," ujar Rosana.
Rosana mengira Triono tertekan dalam kehidupan rumah tangganya. Sebab, lanjut dia, Trioni kerap dihina oleh istrinya.
"Gaji istrinya lebih besar, sudah enak sih kerjaan istrinya. Pendidikannya juga lebih tinggi. Kayaknya sih iya (tertekan)," ucap Rosana.
Sejak tinggal di wilayah itu, Rosana kerap mendengar Triono dan Ratnita bertengkar. Bahkan saat cekcok, sampai terdengar barang-barang dilempar.
"Sering kedengaran barang pecah kalau berantem," tutup Rosana.
Ratnita ditemukan tak bernyawa di rumahnya di Jalan Perjuangan RT 002/RW 008, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Depok. Wanita dua anak itu ditemukan bersimbah darah di kamarnya. Dia ternyata dibunuh suaminya dan seorang kenalan, R.
Baca juga:
Psikolog duga Bripka Triono bunuh istri bukan karena kesal dimarahi
Sebelum bunuh istri, Bripka Triono minta dicarikan sampingan
Bunuh istri sendiri, kejiwaan Bripka Triono masih normal
Sebelum tewas, tetangga kerap mendengar Ratnita dan suami bertengkar
Tetangga dengar cibiran saat Bripka Triono dan istrinya bertengkar
Polisi periksa lima saksi kasus polisi bunuh istri di Depok
-
Kenapa polisi menduga keluarga itu bunuh diri? Mereka tidak ditemukan unsur kekerasan di lokasi kejadian. "Kalau melihat kondisi rumah, rumah hanya satu pintu ke depan. Di belakang ada jendela, tetapi tidak ada kerusakan sama sekali. Pintu juga tidak rusak, barang-barang dalam kamar masih tersusun rapi," jelas AKP Gandha Syah Hidayat di lokasi kejadian, Selasa (12/12).
-
Mengapa polisi mengancam akan menjerat keluarga para pelaku? Polisi mengancam keluarga dapat dijerat Pasal 221 KUHP karena dianggap menyembunyikan atau penghalang pelaku kejahatan.
-
Apa yang dilakukan polisi kepada pemuda itu? Saat mereka berdua keluar tol, pemuda tersebut langsung diajak makan oleh anggota Polri yang tidak diketahui namanya itu. Pasalnya, pemuda tersebut belum makan dan masih harus melakukan perjalanan yang cukup panjang.“Ayo nanti keluar tol kita makan dulu, ya. Kita sarapan dulu, ya,” kata Polisi. Sesampainya di tempat makan, pemuda tersebut pun manghabiskan makanannya dengan lahap. Ia mengaku sudah kehabisan energi untuk berjalan kaki. Setelah makan, Polisi tersebut memberikan sejumlah uang dan sembako kepada pemuda itu untuk ongkos naik kendaraan umum dan bekal selama di rumah.“Buat bekal, buat ongkos ini, ya, cukup ya. Ini sembako buat bawa balik. Hati-hati di jalan, ya
-
Mengapa pria tersebut ditangkap polisi? Namun, polisi belum menjelaskan lebih jauh soal penangkapan pria yang mengaku sebagai nabi tersebut. Menurut Agus, pihaknya masih melakukan penyelidikan atas apa yang telah dilakukan Jannes.
-
Bagaimana polisi membantu pemuda tersebut? Saat mereka berdua keluar tol, pemuda tersebut langsung diajak makan oleh anggota Polri yang tidak diketahui namanya itu. Pasalnya, pemuda tersebut belum makan dan masih harus melakukan perjalanan yang cukup panjang.“Ayo nanti keluar tol kita makan dulu, ya. Kita sarapan dulu, ya,” kata Polisi. Sesampainya di tempat makan, pemuda tersebut pun manghabiskan makanannya dengan lahap. Ia mengaku sudah kehabisan energi untuk berjalan kaki. Setelah makan, Polisi tersebut memberikan sejumlah uang dan sembako kepada pemuda itu untuk ongkos naik kendaraan umum dan bekal selama di rumah.“Buat bekal, buat ongkos ini, ya, cukup ya. Ini sembako buat bawa balik. Hati-hati di jalan, ya
-
Bagaimana polisi berusaha menangkap para buronan? Polisi mendatangi rumah empat buronan penyekap dan pemerkosa secara bergilir siswi SMP selama tiga hari di Lampung Utara, Lampung, inisial NA.