BRI Sukseskan Misi Sekeluarga di Muntilan Memasyarakatkan Anggrek, Mudah Ditanam di Rumah
Sekeluarga di Muntilan ini kompak memasyarakatkan bunga anggrek dan menyembuhkan trauma para peminatnya.
Sekeluarga di Muntilan ini kompak memasyarakatkan bunga anggrek dan menyembuhkan trauma para peminatnya.
BRI Sukseskan Misi Sekeluarga di Muntilan Memasyarakatkan Anggrek, Mudah Ditanam di Rumah
Kekompakan terlihat jelas dari sebuah keluarga yang tinggal di bilangan Kawetan, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Mereka bersama-sama membesarkan usaha budidaya anggrek yang dikembangkan di samping rumah.
Tak sekedar sebagai mata pencaharian, keluarga ini juga memiliki misi khusus untuk mengenalkan anggrek ke masyarakat.
Pasalnya, selama ini masih banyak yang belum kenal dengan keindahannya dan cara budidayanya. Ini mengakibatkan kerugian dari para pehobi bunga anggrek karena gagal mekar sempurna.
-
Kenapa AKM Garden fokus di pasar bunga anggrek Muntilan? Seiring waktu berjalan, peluang anggrek di Jawa Tengah khususnya Muntilan terlihat besar. Prospek ini berangkat dari masih banyaknya bunga anggrek yang didatangkan dari wilayah Jawa Barat. Padahal, bunga ini bisa dibudidayakan secara mandiri. Dari sana kemudian mengilhami Fathoni untuk lebih getol menyemai hingga membudidayakan anggrek secara lokal.'Jadi kalau pengusaha anggrek masih ambil dari luar, padahal di sini bisa. Jadi kami ada peluang untuk mengambil pasar itu, dengan harga yang terjangkau,' katanya.
-
Bagaimana Bank BRI membantu petani jambu kristal Desa Munggangsari? Petani jambu kristal di Desa Munggangsari terus memanfaatkan program layanan KUR yang ditawarkan Bank BRI untuk permodalan usaha. 'Rata-rata para petani menggunakan program layanan KUR (Kredit Usaha Rakyat) dari Bank BRI. Dengan pinjaman yang beragam mulai dari Rp25 – Rp50 juta sesuai kebutuhan. Sistem yang ditawarkan BRI juga bagus, bunga ringan, cepat dan tidak bertele-tele serta hal ini dirasa sangat membantu petani,' kata Ketua Klaster Jambu Kristal Tanwiedjie Desa Munggangsari, Suyanto.
-
Kapan AKM Garden mulai menjual anggrek? Di awal, greenhouse sederhana menjadi tempatnya memajang anggrek. Fathoni membudidayakannya secara mandiri setelah mendapat berbagai pendampingan. Kemampuan untuk membudidayakan anggrek lambat laun kian terasah, Fathoni kemudian resmi memulai budidaya anggreknya pada 2017 lalu sampai saat ini.
-
Apa tujuan program BRI Menanam? 'Program BRI Menanam-Grow & Green tersebut tujuannya sangat bagus dan sesuai dengan rencana pengembangan kelompok. Tentunya selain menjadikan penghijauan di kawasan hutan kami, kami juga dapat memanfaatkan hasil dari tanaman yang kami tanam kedepannya yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan kelompok tani kami tentunya,' tegasnya.
-
Gimana BRI bantu Desa Tunjungan buat Kampung Durian? “Dari bantuan CSR tersebut, kami kembangkan Kampung Durian. Kami kelola kebun warga dan kami jadikan tempat wisata. UMKM lokal jalan semua karena menjadi pelengkap kuliner durian,“ jelas Andi.
-
Mengapa Rusli memilih budidaya anggrek? 'Awalnya saya kan di bunga biasa, anggrek ini punya pengetahuan khusus dalam memeliharanya. Tapi saya berpikir tidak ada ilmu yang tidak bisa dipelajari (budi daya tanaman anggrek),' ucap Rusli.
Padahal bunga anggrek jadi salah satu tanaman penghias rumah yang tak begitu sulit dibudidayakan.
Bermula dari hobi sang kepala keluarga, Khabib Fathoni. Berbagai jenis bunga anggrek yang indah kini siap dikenalkan ke masyarakat, terutama bagi pehobi pemula yang ingin mengoleksinya.
Saat ini, AKM Garden turut dikelola oleh istri Nurhandayani Ningsih dan sang putra, Rakhi Pradana. Simak kisah keluarga anggrek asal Muntilan yang inspiratif berikut ini.
Foto: AKM Garden Muntilan
Bermula dari Hobi Fathoni
Bagi Fathoni, anggrek sudah bukan sekedar tanaman hias yang bisa mempercantik rumah para peminat. Namun, ia memiliki kedekatan khusus sehingga mempelajari betul bagaimana merawat dari kecil hingga menghasilkan warna indah.
Pria 59 tahun itu sebelumnya mengoleksi bunga bernama latin Orchidaceae ini sejak awal tahun 2000. Hobinya dalam mengoleksi bunga anggrek semakin besar saat bekerja di dinas kesehatan, empat tahun kemudian.
“Waktu 2004 kan saya masih bekerja di dinas kesehatan, dan saat itu sudah banyak anggreknya. Saya tidak mengira, setelah teman berkunjung, terus beli-beli, ternyata menjadi rezeki. Ya, jadi getok tular saja mulai dikenalnya kalau saya pehobi,” kata Fathoni, kepada Merdeka (9/3) lalu.
Sembuhkan “Trauma” Peminat Anggrek yang Kesulitan Budidaya
Kala itu, Fathoni masih bergerak sendiri. Dia mendampingi pelatihan budidaya anggrek yang dianggap potensial untuk diterima masyarakat. Animo warga di sekitar Muntilan ini rupanya tinggi, hingga ia mengajar masyarakat yang ia damping untuk bersama-sama budidaya anggrek.
Fathoni pun sempat datangi rumah demi rumah warga untuk mengenalkan varietas anggrek yang saat itu dikembangkan, yakni Dendrobium atau Epifit dan Phalaenopsis amabilis atau nama lain dari anggrek bulan.
Permasalahan dalam budidaya anggrek yang kebanyakan mati atau tidak berbunga coba dijawab Fathoni semaksimalnya. Namun, langkah ini kemudian berhasil pada 2017.
Sebanyak 17 anggota dari satu Kecamatan Muntilan sudah tergabung ke dalam komunitas anggrek yang digerakan oleh Fathoni.
“Dulu awalnya setelah pelatihan dan pendampingan itu saya bentuk grup bernama Orchid MU atau Orchid Muhammadiyah. Saat itu banyak yang ikut juga. Harapan saya kan dulu yang belum kenal jadi kenal anggrek, yang kenal kemudian menjadi hobi, yang hobi lantas jadi kerja sampingan dan yang sampingan jadi kerja pokok,” terang Fathoni.
Edukasi Masyarakat
Menurut Fathoni, setelah melakukan berbagai percobaan didapatkan kesimpulan bahwa Phalaenopsis amabilis atau anggrek bulan tidak bisa dibudidayakan di dataran rendah.
Ia kemudian menjelaskan kepada para pehobi, bahwa untuk anggrek bulan bisa berkembang dengan baik saat dihidupkan dataran tinggi, mulai ketinggian 800 Mdpl.
“Kalau di dataran rendah seperti Muntilan ini yang hanya 350 Mdpl itu untuk pembesaran bisa, tetapi untuk pembungaan tidak bisa maksimal. Karena anggrek bulan hanya bagus tumbuh di dataran tinggi mulai dari 800 sampai 1000 Mdpl. Sehingga jumlah kuntumnya tidak banyak, dan ukurannya mengecil,” kata Fathoni.
Maka ia menyarahkan agar pehobi yang tinggal di dataran rendah bisa melakukan budidaya anggrek jenis Dendrobium.
“Jadi ini memang mudah budidayanya, jadi para pemula akan bisa secara mandiri. Kalau anggrek bulan kan cukup rewel ya, kadang ada busuk daun dan sebagainya. Ini butuh kelembapan tinggi, tapi tidak boleh terlalu basah, nanti berjamur. Sedangkan Dendrobium tidak seperti itu,” katanya.
Lalu ia juga menyarankan agar memperhatikan jumlah sinar matahari yang masuk, angin dan air. Untuk penyiraman, tanaman anggrek cukup disiram saat pagi hari agar mempermudah penyerapan nutrisi melalui stomata bunganya.
Rakhi (32), putra pertama Fathoni saat ini memegang manajerial budidaya sekaligus penjualn anggrek. Ia juga turut dibantu oleh sang ibu untuk pengelolaannya. Keluarga ini kompak memasyarakatkan anggrek, agar keindahannya bisa turut dinikmati semua kalangan.
“Kalau saya fokus dijejaringnya juga, jadi ketika banyak permintaan saya ambil di tempat lain. Terus kalau ada teman yan kesulitan, saya juga bantu jual,” kata Rakhi.
Dalam mengenalkan anggrek, termasuk memasarkan produknya, AKM Garden juga menggunakan media sosial seperti TikTok, Instagram, Facebook dan Youtube. Rakhi kemudian akan mengenalkan melalui fitur live video di greenhouse.
Dalam mengembangkan usaha dan edukasinya, AKM Garden juga dibantu oleh pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR). Modal KUR ini turut memfasilitasi tempat belajar di greenhouse, termasuk bibit, pupuk sampai soft potnya.
“Kalau BRI kemarin sangat membantu dalam usaha budidaya anggrek kami, kan greenhouse itu tidak murah ya, nah itu dibantu oleh BRI. Lalu kan butuh soft potnya, butuh bibit juga, terus butuh perawatan, pupuk dan obat-obatan nah itu kami kredit KUR dari BRI di tahun 2021, lalu lanjut di 2022 dan di 2023 ” katanya
BRI Membantu Misi Keluarga Anggrek Muntilan
Selain itu, melalui BRI AKM Garden sudah mengikuti pameran di banyak tempat, seperti Semarang, Yogyakarta. Bahkan bisa dikenal sampai Papua.
“Kalau pameran dari BRI sudah beberapa kali, Semarang, Malang terakhir Yogyakarta yang Brilian Preneur itu,” tambah Ralkhi.
Setelah ada bantuan dari BRI untuk greenhouse, keluarga Fathoni semakin mudah mengenalkan jenis-jenis anggrek.
“Kalau ada yang mau beli anggrek itu, kita tanyakan dulu. Apakah sudah pernah budidaya atau belum. Kalau belum, wajib kita ajarkan. Jadi silahkan, mau perkelompok atau individu bisa langsung datang ke sini,” tamba Fathoni
Ditambahkan sang istri, Nurhandayani Ningsih, mengenalkan anggrek menjadi salah satu ibadah bagi mereka. Karena ketika ilmu ditularkan kepada masyarakat, maka kekuatannya tidak akan hilang dan justru akan membantu bagi yang membutuhkan.
“Karena kami punya prinsip kan, kalau ilmu ditularkan tidak akan hilang tapi akan terus berkembang. Jadi harapannya yang ikut pelatihan itu bisa ikut budidaya dan turut menghasilkan,” kata istri Fathoni, Nurhandayani Ningsih
Semantara, Pimpinan Cabang BRI Muntilan, Dani, akan siap membantu UMKM-UMKM yang mengangkat potensi di wilayah Muntilan. Karena kawasan ini berada di lereng Gunung Merapi, maka UMKM potensial tersebut adalah berjenis pertanian.
“Karena anggrek ini potensial untuk diangkat ya, dan punya pangsa pasar yang kompetitif juga, sehingga kami angkat untuk jadi UMKM unggulan,” kata Dani