Bule-bule ini punya prestasi mengagumkan di dunia Islam
Islam terus berkembang hingga diterima luas di negara-negara yang sebelumnya dikenal mayoritas penduduknya non muslim.
Bukan hal yang tabu lagi jika Islam merupakan agama dengan penganut paling banyak. Baik masyarakat Indonesia maupun luar Indonesia menyerukan Allah sebagai tuhan mereka.
Penganut Islam terus berkembang hingga diterima luas di negara-negara yang sebelumnya dikenal mayoritas penduduknya non muslim. Misalnya Australia, Jepang, hingga Amerika yang notabene dari mereka non muslim.
Banyak di negara tersebut, berbondong-bondong pemeluk Islam memperlihatkan kesetiaan dan keyakinan akan agama yang mereka peluk tersebut. Tak heran jika sebagian dari mereka mengorbankan dirinya untuk mengharumkan ajaran nabi Muhammad SAW ini.
Berikut catatan merdeka.com, beberapa prestasi mengagumkan orang barat atau bule yang memeluk Islam :
-
Kenapa Syahadatain penting dalam Islam? Syahadatain adalah pintu gerbang masuk ke dalam Islam. Dengan mengucapkan syahadatain, seseorang menunjukkan bahwa ia telah membebaskan diri dari segala bentuk syirik, kemusyrikan, dan api neraka. Ia juga menunjukkan bahwa ia telah mengikuti ajaran yang benar dan sesuai dengan sifat Allah yang Maha Esa.
-
Siapa Imam Syafi'i? Imam Syafi’i adalah salah satu mazhab dalam agama Islam yang sekaligus merupakan kontributor pertama dari prinsip-prinsip yurisprudensi Islam.
-
Apa yang dilarang dalam syariat Islam terkait konsumsi makanan dan minuman? Dari Ibnu Abbas r.a., bahwa Nabi Muhammad saw. melarang pengembusan napas dan peniupan (makanan atau minuman) pada bejana.
-
Di mana Syekh Nurjati menyebarkan agama Islam? Ia bergerak mengenalkan Islam ke wilayah barat pulau Jawa melalui semenanjung Malaka hingga ke pelabuhan Nagari Singapura yang saat ini merupakan wilayah Cirebon, Jawa Barat.
-
Apa tanda-tanda kematian menurut Islam yang sering disebutkan? Tanda-tanda kematian yang pertama adalah saat 100 hari sebelum kematian seseorang. Biasanya tanda-tanda ini lazimnya setelah masuk waktu Asar. Diceritakan bahwa orang yang sedang dalam masa ini akan merasakan seluruh tubuh menggigil dari ujung rambut sampai ujung kaki.
-
Apa yang menjadi landasan dasar Bacaan Sholat Muhammadiyah? Kebijakan bacaan sholat Muhammadiyah sendiri didasarkan pada sumber-sumber yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis, serta berpedoman pada Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah.
Bilal Philips, Bule yang mampu Islamkan 3.000 tentara Amerika
Sebelum menjadi muslim, Dennis Bradley Philips, pria kelahiran Kanada ini menganut musik dan cinta sebagai agamanya. Dibesarkan dalam kultur musik Jamaika kental membuat dia memilih menjadi gitaris.
Bermain musik memberikan kesempatan pria kelahiran Jamaika, 6 Januari 1946, ini menjelajah ke berbagai negara, termasuk Malaysia dan Indonesia pada 1960-an. Di dua negara berpenduduk mayoritas Islam ini, Philips mulai tertarik mempelajari agama Nabi Muhammad.
Balik ke negaranya pada 1972, lelaki berjanggut ini memutuskan mempelajari Islam secara intensif. Kelar bersekolah jurusan studi Islam di Universitas Madinah, Arab Saudi, Philips terus belajar. Kali ini dia mendaftar program master di Universitas Riyadh.
Selain berkuliah, dia juga nyambi menjadi pembawa acara Why Islam di Channel Two, stasiun televisi milik pemerintah Saudi. Dengan membawa acara itu, Philips mengaku imannya semakin kuat. Tak cuma menjadi presenter, dia juga menulis buku, antara lain Poligami dalam Islam dan Prinsip Dasar Iman dalam Islam.
Kelar kuliah S2 pada 1990-an, Philips bekerja di departemen agama markas besar Angkatan Udara Arab Saudi di Ibu Kota Riyadh. Ketika tentara Amerika bermarkas di Negeri Petro Dollar itu, Philips kebagian memberikan materi tentang Islam kepada mereka. Ini penting untuk mengajarkan pengetahuan benar Islam bukanlah agama menyukai kekerasan. Hasilnya, sekitar tiga ribu serdadu Amerika masuk Islam.
Selepas Perang Teluk, Philips dikirim ke Amerika untuk mendampingi para tentara muallaf itu. Dia mendapat bantuan dari anggota tentara beragama Islam untuk membuat konferensi dan kegiatan. Usahanya ini membuahkan hasil dan militer Amerika akhirnya membangun musala di seluruh pangkalan militer mereka.
Kelar proyek itu, Philips hijrah ke Filipina dan mendirikan pusat informasi di Mindanao serta universitas berbasis Islam di Cotobato City. Pada 1994, Philips mendapat undangan bergabung dengan lembaga amal Dar Al Ber di Dubai, Uni Emirat Arab. Di sana ia membentuk pusat informasi Discover Islam di Kota Karama. Proyeknya kali ini mengundang ulama dari pelbagai negara. Dalam lima tahun, pusat informasi itu telah membuat 15 ribu orang dari seluruh penjuru dunia mengucapkan dua kalimat syahadat.
Bule ganteng asal AS ini juara lomba baca Alquran
Tampan dan cerdas melengkapi Hamzah Al Habashy (14). Pada usianya yang terbilang masih sangat muda, pria asal Amerika Serikat ini mampu menduduki juara 2 pada ajang Dubai International Holy Quran Award (DIHQA) 2015.
Dalam unggahan youtube yang berjudul 'HAMZA ELHABASHY - USA', pria berambut sebahu ini menampilkan kemerduannya melantunkan ayat-ayat Alquran. Dirinya fasih betul meracik dari satu ayat Alquran ke ayat yang lain. Tak heran jika dia menjadi salah satu juara pada kompetensi tersebut.
Hamzah bersama 75 peserta lainnya mengikuti Dubai International Holy Quran Award di Dubai, Persatuan Emirat Arab (PEA) pada Juli 2015 lalu. Ajang ini diselenggarakan atas prakarsa Wakil Presiden PEA atau Penguasa Dubai Syeikh Mohammad ibn Rashid Al-Maktoum sejak tahun 1997 (1418 H).
Kegiatan Dubai International Holy Quran Award ini pun rutin dilangsungkan setiap tahun selama bulan suci Ramadhan yang bertujuan untuk mendorong generasi muda Islam menjadi penghafal Al-Quran.
Selain video berdurasi 16.52 menit tersebut, pria yang saat ini tinggal di Maryland, Amerika Serikat, ternyata juga pernah mengikuti lomba hafal Al- Quran. Pada 12 Mei 2007 lalu, Hamzah mengikuti Quran Recitation and Memorization Competition at Muslim Community Center (MCC) yang diadakan oleh The Glorious Quran Memorization Association (GQMA) dan meraih peringkat kedua.
Kembangkan Islam, bule asal Belgia jadikan rumahnya tempat belajar Islam
Seorang wanita asal Belgia merelakan rumahnya digunakan sebagai pusat Islam bagi muslim yang ingin memperdalam ajaran ilmu Islam. Wanita itu memberikan rumahnya setelah menjadi muallaf.
Veronique Cools mengaku, menjadi seorang muallaf setelah mendapat pelajaran agama Islam dari temannya. Sejak itulah dia tertarik mempelajari Islam lebih dalam dengan merelakan rumahnya menjadi pusat kajian Islam bagi komunitas muslim di Belgia. "Sebagai Muslim kita perlu menjelaskan diri kepada masyarakat jauh lebih baik," kata Veronique kepada World Bulletin melaporkan, dikutip OnIslam.net, Sabtu (12/7).
Veronique mengatakan, selain tempat untuk mempelajari Islam, pusat kajian ini didirikan untuk menepis anggapan miring tentang Islam di Eropa termasuk Belgia. "Prasangka buruk berasal karena tidak diperkenalkan kepada Islam yang sesungguhnya benar," katanya.
Dia mengungkapkan, setelah delapan tahun berdiri, pusat kajian Islam dirumahnya telah memiliki lebih dari 1.000 anggota dan sebagian besar dari mereka wanita Belgia. Atas reaksi yang baik dari muslim di Belgia, dia pun mengundang terbuka untuk semua muslim Belgia yang tertarik untuk belajar lebih banyak tentang agama Islam ditempatnya.
Saat ini dari populasi 10 juta muslim Belgia diperkirakan mencapai 450.000 jiwa. Setengahnya merupakan muslim imigrasi asal Maroko dan 120.000 berasal dari Turki. Sementara sarana ibadah di Belgia cukup banyak, tercatat ada 77 masjid atau musala di Brussels dan lebih dari 300 di seluruh Belgia.
"Lebih dari 20 persen dari populasi Brussels adalah Muslim asal berasal dari Maroko, Turki, Pakistan, Bangladesh dan negara-negara Afrika lainnya," tulis OnIslam.
Ingrid Mattson, wanita mualaf pemimpin ormas Islam di Amerika
Islamic Society of North America (ISNA) tepat sekali memilih Ingrid Mattson sebagai orang nomor satu. Banyak orang sepakat bahwa sosok Ingrid sangat tepat untuk memimpin Komunitas Islam Amerika Utara, yang merupakan salah satu pemimpin agama yang kini cukup berpengaruh di Amerika Serikat.
"Saya punya kesalehan kanak-kanak yang polos dan sederhana," ujar Ingrid dalam buku 'Seeking Truth Finding Islam (Kisah Empat Mualaf yang Menjadi Duta Islam di Barat) halaman 44, seperti dikutip merdeka.com.
Meski tumbuh dan besar dalam lingkungan Kristen di Kitchener, Ontario, Kanada, di usianya yang ke 16 tahun, Ingrid justru memutuskan berhenti pergi ke gereja. Saat itu Ingrid sempat menjadi atheis alias tidak memercayai Tuhan. Ingrid memilih fokus untuk menimba ilmu di Universitas Waterloo dan memilih jurusan Seni dan filsafat. Dan dari situ lah dirinya mengenal cahaya Islam.
Di Departemen Seni Rupa Universitas Waterloo, dia berkelana ke berbagai museum sejarah dan seni. Secara kebetulan, di Museum Louvre yang berada di tengah Kota Paris, dia berkenalan dengan beberapa Muslimah dari Senegal.
Mattson terpesona dengan ketulusan dan martabat yang dia lihat dari diri teman-teman Muslimnya itu. Bahkan di saat para muslim tersebut menghadapi prasangka buruk di sekelilingnya. Hal itulah yang kemudian membawanya untuk mempelajari Alquran. "Mereka punya kebijaksanaan yang seimbang," ujarnya.
Di tahun 1986, dia lalu memutuskan bersyahadat dan menjadi muslimah. Dia pun menukar pakaiannya dengan busana muslimah lengkap dengan jilbab. Saat itu usianya 23 tahun. Saat pertama kali salat, Mattson sangat terkejut oleh perasaan kedekatan dengan Tuhan yang telah hilang sejak remaja dari dalam dirinya. "Tuhan tidak lagi ada di gereja, tetapi ada di mana-mana. Dia ada di alam, seni dan wajah-wajah muslimah yang ikhlas," ujar Mattson.
Mattson mendapatkan gelar Ph.D. di studi Islam dari Universitas Chicago pada tahun 1999. Dia terus menjadi sangat aktif dalam mendidik Muslim Kanada untuk menjadi partisipan aktif dalam masyarakat Kanada pada umumnya.
Pada tahun 2001 Mattson terpilih menjadi Wakil Presiden ISNA. Selama menjadi wakil, Mattson dinyatakan memiliki reputasi dan nilai yang sempurna. Hal itulah yang kemudian pada tahun 2006 menghantarkannya terpilih sebagai presiden wanita pertama dalam organisasi itu.
Kenang perkembangan Islam, satu keluarga bangun museum di Afsel
Sebuah museum di Cape Town, Afrika Selatan, didirikan khusus mengenang perkembangan kelam umat Islam yang dibawa ke negara tersebut. Museum itu dibangun fokus menyoroti tentang perbudakan muslim di Afrika Selatan, seperti peninggalan muslim yakni foto, pakaian, dan barang antik yang mengingatkan umat Islam pertama masuk Afrika Selatan.
Pada awalnya museum itu merupakan bangunan rumah tua biasa yang dibangun pada abad ke 18 di Simons tower, 40 km dari Cape Town. rumah itu dibangun oleh dua misionaris Sik. Karena rezim Apartheid, keluarga muslim dipaksa harus meninggalkan rumah termasuk keluarga Sik. Lalu rumah itu dijual kepada keluarga Davidson di abad ke-19.
Oleh keluarga Davidson, rumah tua ini sengaja dirancang untuk mencerminkan karakteristik budaya keluarga Muslim dua abad yang lalu. Salah satunya ada gaun pengantin dari abad ke 18, 19 dan 20. Foto-foto pemimpin Muslim yang merintis komunitas muslim di Afrika Selatan dan ulama Islam yang belajar pada pendidikan dan hukum juga ditemukan di antara hiasan foto di dinding museum tersebut.
"Dokumen-dokumen yang ditulis tangan tidak termasuk kami pajang, tetapi berbagai keluarga muslim di Cape Town, bisa meminjam dalam kondisi tertentu. Selama tahun-tahun ketika umat Islam dipaksa untuk berimigrasi, tingkat pendidikan cepat jatuh dan keaksaraan menurun di kalangan umat Islam. Sebagian besar dokumen yang ditulis tangan dalam tulisan Malaysia dan Indonesia. orang-orang yang mendapat buku-buku sejarah tidak mengakui nilai mereka dan karena buku-buku dalam bahasa asing, mereka menghancurkan buku. Hari ini, umat Islam di Cape Town menyadari nilai naskah dan melindungi mereka secara tepat," kata pemilik museum Zeynep Davidson, seperti dilansir laman worldbulletin.
Sementara itu,di salah satu bagian museum khusus menggambarkan ziarah Muslim. Foto-foto peziarah Muslim Afrika Selatan dan hadiah yang mereka bawa dari Makkah dan Madinah disajikan di salah satu ruang museum.
Foto bernama fez, menjadi salah satu perhatian pengunjung, foto itu semacam topi yang terkait Ottoman, yang diyakini dibawa oleh Ebu Bekir Efendi, seorang pejabat Ottoman ditugaskan ke Afrika Selatan pada tahun 1862. Mantel Ottoman dan senjata juga dipercaya Ebu Bekir Efendi dibuat bersama dengan dokumen tulisan tangan dalam bahasa Arab, Malaysia dan Afrika adalah potongan penting yang ada dalam museum tersebut.
Seorang sejarawan yang fokus meneliti museum, Joelene Wambery menjelaskan muslim yang dijadikan budak pertama dibawa ke negara itu pada 1743. Sebagian besar dari muslim Melayu. Para budak Muslim memiliki efek menentukan sejarah negara itu dengan peran mereka untuk membawa Islam ke negeri ini.
"Mereka membawa kerajinan kerja. Perempuan Muslim penjahit sebagai pria pengrajin. The showcase pertama di Afrika Selatan adalah produk dari seorang Muslim. Namun, hal yang paling efektif tentu saja agama, Islam. Perluasan Islam antara budak memiliki dampak terobosan. dengan Islam mereka memperoleh karakter dan menjadi seorang individu. Jika mereka tidak masuk Islam, mereka tidak akan memiliki dukungan psikologis," kata Wambery.
Keith Ellison, muslim pertama yang jadi anggota Kongres AS
Keith Ellison mencatatkan dirinya dalam sejarah demokrasi di Amerika Serikat (AS). Dia adalah muslim pertama yang terpilih jadi anggota kongres AS mewakili negara bagian Minnoseta. Selain muslim pertama, Ellison juga Afro-Amerika pertama dari Minnoseta yang terpilih jadi anggota Kongres.
Pria bernama lengkap Keith Maurice Ellison lahir pada 4 Agustus 1963 di Detroit, Michigan. Dia lulusan University of Detroit Jesuit High School and Academy pada 1981. Kemudian dia melanjutkan studinya di Wayne State University, Detroit. Selama kuliah, Ellison aktif di dunia olahraga dan senat mahasiswa.
Saat menempuh pendidikan di universitas inilah, Ellison mengenal Islam. Pada usia 19 tahun, dia memantapkan hati, memutuskan jadi mualaf. Setalah masuk Islam, Ellison sempat beberapa kali ganti nama untuk membela ormas Islam garis keras Nation of Islam (NoI), pada setiap tulisan kolomnya di koran.
Setelah meraih gelar Bachelor of Arts di bidang Ekonomi, Ellison menikahi Kim (pacarnya sewaktu SMU) dan pindah ke Minneapolis untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Minneasota jurusan hukum. Ellison pertama kali muncul sebagai kandidat untuk jabatan publik pada 1998, sewaktu mencalonkan diri untuk mendapat nominasi dari DFL agar jadi anggota dewan legislatif negara bagian Minnesota. Dia mendaftar dengan nama Keith Ellison -Muhammad. Namun nama Ellison kandas, kalah dengan kandidat lain.
Tak ingin patah semangat, Ellison kembali maju jadi anggota dewan legislatif Minnesota pada pileg 2002. Hasilnya memuaskan, dia terpilih sebagai legislator untuk distrik 58D Minnesota. Pada dua tahun berikutnya, dia terpilih lagi jadi anggota legislatif Minnesota.
Karir Ellison terus menanjak, pada 2006 dia berhasil menang pada pemilihan anggota Kongres AS. "Saya mencalonkan diri untuk Kongres, karena yakin bahwa kita harus berani dan tegas menyatakan bahwa kita bakal lebih baik bila bersatu daripada terpecah belah," kata Ellison seperti dikutip dari buku 'Seeking Truth Finding Islam' karangan Anwar Holid.
Selama menjabat sebagai anggota Kongres, Ellison lugas menyuarakan nasib-nasib golongan minoritas dan muslim AS. Bahkan saat pelantikan, dia hanya mau sumpah janji di bawah Alquran. Menjabat sebagai anggota Kongres, tak membuat Ellison lepas dari kontroversi. Seperti pada pejabat AS umumnya, Ellison juga memiliki hubungan dengan kaum Yahudi. Bahkan kemenangannya sebagai anggota Kongres, juga sedikit banyak adalah sumbangan suara orang Yahudi setempat.
"Ada perhatian terhadap hukum dalam komunitas Yahudi. Jadi saya senang menjawab (kerjasama) mereka. Meski saya juga berfikir, pasti ada orang di luar sana yang ketakutan, berusaha mengancam masyarakat Yahudi dalam memanipulasi isu ini," kata Ellison.
Selama menjabat sebagai anggota Kongres, Ellison juga tercatat beberapa kali ke Timur Tengah, termasuk Israel. Pada 2007, terkait status hubungan antara Israel dengan Palestina yang terus memanas, Ellison ikut kunjungan kerja memantau langsung kondisi di lapangan. Di sana, dia mengunjungi Tembok Ratapan, Masjid Al-Aqsha, juga bertemu dengan para petinggi lintas negara, seperti PM Israel Ehud Olmert dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Taki Takazawa, mantan tukang tato Yakuza jadi imam masjid di Jepang
Nama aslinya Taki Takazawa. Rambutnya gondrong dan tubuhnya dipenuhi tato. Secara penampilan, dia nampak mirip dengan anggota kelompok mafia Jepang, biasa disebut Yakuza. Dia memang mantan tukang tato para anggota geng paling ditakuti di Negeri Matahari Terbit itu. Selama 20 tahun profesi itu digelutinya.
Tapi pandangan negatif pada penampilan fisiknya itu berubah saat dia mengumandangkan Azan. Takazawa kini menjadi Imam sebuah masjid di Ibu Kota Tokyo. Setelah mengucapkan dua kalimat Syahadat, Takazawa mencantumkan nama muslim Abdullah, berarti Hamba Allah SWT.
Perkenalannya dengan Islam secara tidak sengaja terjadi di Wilayah Shibuya. Takazawa melihat seseorang dengan kulit dan janggut putih. Orang itu juga mengenakan baju dan turban warna suci. "Orang itu memberikan sebuah kertas dan menyuruh saya membaca kalimat tertera bersama dia," ujarnya.
Kalimat itu ternyata Syahadat, pengakuan pada ke-esaan Allah SWT dan Muhammad SAW sebagai utusannya. Meski tak paham secara keseluruhan, Takazawa pernah mendengar sepintas Allah dan Muhammad. Seperti kebanyakan penduduk Jepang, Takazawa menganut aliran kepercayaan Shinto.
Pertemuan dengan orang serba putih itu membekas di ingatan Takazawa. Dua tahun setelah memeluk Islam, dia bertemu lagi dengan sosok inspiratifnya itu. "Ternyata dia pernah menjadi Imam di Masjid Nabawi, Kota Madinah, Arab Saudi. Saya bersyukur bisa bertemu dengannya," katanya.
Imam Masjid Nabawi itu meminta Takazawa untuk menjadi Imam di masjid di wilayah Shinjuku. Sebelumnya, dia melaksanakan ibadah haji dan menimba ilmu beberapa bulan di Kota Makkah. Nama Takazawa terkenal lantaran dia menjadi satu di antara lima imam Masjid besar di Jepang, dari 13 juta populasi manusia di Tokyo.