Cagub Kepri Seorya dapat teror pembunuhan dari orang tak dikenal
Teror lewat SMS itu diduga berisi ancaman pembunuhan sebelum tanggal 9 Desember.
Pemilihan Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) berjalan panas. Calon gubernur Soerya Respationo yang berpasangan dengan Ansar Ahmad (SAH) pernah mendapat teror pembunuhan dari orang yang tak dikenal melalui SMS.
"Ya memang benar, itu karena SMS masuk ke nomor beliau. Kalau (ancaman) menghabisi baru sekali," kata ketua tim sukses pasangan SAH, Saproni kepada merdeka.com, Jumat (4/12).
Tetapi Saproni belum mengetahui lengkap ancaman pembunuhan tersebut. Meski pasangan SAH sudah sering mendapat serangan kampanye hitam.
Kubu SAH telah melaporkan ancaman pembunuhan beserta barang bukti kepada polisi.
Selain ancaman pembunuhan, Saproni juga menceritakan bahwa posko kemenangan pasangan SAH sempat geger gara-gara benda mencurigakan bom molotov.
"Udah Senin malam itu. Itu baru sekali. Iya aku yang buka. Kalau pemicunya enggak mati, meledak betul," cerita Saproni.
Pelaku diduga menaruh bom molotov dari belakang baliho di posko. Meski ada CCTV di sekitar lokasi, tetapi wajah pelaku tidak tertangkap kamera.
"Ada CCTV, tapi dari belakang kan ada backdrop, larinya dari belakang panggung hanya nampak tangan. Pelaku pakai motor. Saat ini sedang dilacak polisi," terangnya.
Terkait rangkaian teror yang dialami Soerya, Saproni tidak menampik jika hal ini diduga berkaitan dengan permasalahan pengamanan BBM ilegal di penghujung tahun 2014.
Kala itu kontak senjara antara anggota TNI dengan polisi tak terhindarkan. Bahkan Soerya yang saat itu menjabat sebagai wakil gubernur dan hendak mendamaikan kedua pihak, terjebak di tengah bentrok.
Mabes Polri memastikan bentrokan dipicu gesekan antar sesama personel, bukan karena bisnis tertentu. Tetapi pendapat berbeda diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan saat itu, Tedjo Edhy Purdjiatno.
"Itu soal perut ajalah dan bisa jadi konflik. Orang jaga dan dapat duit kan itu," ungkapnya.
Kubu SAH menduga teror pembunuhan dilakukan oleh orang-orang yang merasa dirugikan oleh Soerya.
"Itu kan bahasa masih kita rangkai. Tapi polisi yang akan ngelacak. Ada laporan," pungkas Saproni.