Cara Dokter di Pelosok Cegah Pernikahan Usia Dini dan Risiko Melahirkan Muda
Dokter Puskesmas di Subang, dr. Faizal Akbar Farid Musliem punya cara tersendiri untuk menekan pernikahan dini. Demi, mencegah risiko kematian pada kehamilan usia muda yang tinggi di Indonesia.
Tingginya konsekuensi akibat kehamilan dan persalinan pada remaja yang menikah usia dini menjadi salah satu masalah kesehatan di Tanah Air.
Dokter Puskesmas di Subang, dr. Faizal Akbar Farid Musliem punya cara tersendiri untuk menekan pernikahan dini. Demi, mencegah risiko kematian pada kehamilan usia muda yang tinggi di Indonesia.
-
Kapan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) resmi terbentuk? Tepat pada 24 Oktober 1950, IDI secara resmi mendapatkan legalitas hukum di depan notaris.
-
Dimana konsentrasi dokter spesialis di Indonesia? Dia mengatakan 59 persen dokter spesialis terkonsentrasi di Pulau Jawa. "Rata-rata semuanya dokter spesialis pada di Jawa dan di kota. 59 persen dokter spesialis itu terkonsentrasi di Pulau Jawa, 59 persen," ujarnya.
-
Bagaimana cara dokter menjaga kesehatan? "Saya seorang dokter dan berikut adalah lima hal yang tidak saya lakukan, atau tidak lagi saya lakukan, demi kesehatan saya. Yang pertama adalah mengonsumsi alkohol. Tidak ada jumlah alkohol yang aman untuk kesehatan kita," katanya dalam unggahan video.
-
Apa tujuan utama dibentuknya Ikatan Dokter Indonesia (IDI)? Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat profesi dokter.
-
Kapan dokter Soebandi gugur? Mengutip situs Begandring, dokter tentara sekaligus wakil komandan Divisi Damarwulan ini gugur ditembak tentara Belanda dalam sebuah penyergapan di Desa Karang Kedawung, Jember pada 8 Februari 1949.
-
Di mana Dokter Lo dirawat? Ia membenarkan jika dokter Lo Siauw Ging MARS saat ini sedang mendapat perawatan di Rumah Sakit Kasih Ibu (RSKI) Solo.
Menurut Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012, 21% populasi penduduk Indonesia terdiri dari remaja berusia 10-19 tahun, dan separuh dari jumlah itu adalah remaja putri dan banyak dari mereka yang harus mengalami resiko kehamilan di usia muda, baik yang diinginkan maupun tidak.
Di Indonesia remaja putri usia 10-14 tahun telah menikah sebanyak 0,2 persen atau sekitar 22.000 orang. Semua pihak dituntut untuk berperan mencegah kasus pernikahan dini yang masih tinggi termasuk, pihak pemerintah dan tenaga Kesehatan.
Dia mengatakan, peran bidang yang bertugas di pelosok desa sangat menentukan. Sosok bidan sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko yang terjadi pada kehamilan usia remaja. Karena bidan dikenal sebagai petugas kesehatan yang lebih dekat dengan masyarakat.
"Dalam melaksanakan salah satu peran Bidan yaitu Edukator, bidan dapat melaksanakan bimbingan atau penyuluhan, pendidikan pada remaja, keluarga, dan masyarakat, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi termasuk mengenai pernikahan usia dini dan kehamilan usia remaja," ujar dr Faizal, Senin (3/7).
Faizal menjelaskan, pernikahan dini atau menikah di usia kurang dari 20 tahun adalah realita masalah kesehatan, terutama negara berkembang. Idealnya, pernikahan dilakukan oleh seorang laki-laki dengan usia minimal 25 tahun dan usia minimal wanita 20 tahun.
"Karena secara biologis alat-alat reproduksi pada usia kurang dari 20 tahun masih dalam proses menuju kematangan sehingga belum siap melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya, jika terjadi kehamilan kemudian melahirkan dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan," jelas Faizal.
Selain itu, pada bayi juga dapat terjadi berat badan lahir rendah atau berat badan bayi lahir besar. Ada pula risiko pada ibu yaitu dapat meninggal yang salah satunya dapat disebabkan oleh perdarahan pada saat proses persalinan.
Apabila calon pengantin perempuan usia di bawah 20 tahun namun tetap ingin menikah akan disarankan untuk menunda kehamilan terlebih dahulu. Orang tua, guru, Bidan dan tenaga Kesehatan lainnya harus aktif memberikan edukasi dan melakukan pemantauan terhadap pasangan usia dini.
"Sebagai seorang dokter, saya tentunya akan berusaha terus mengedukasi masyarakat dan terus bekerja sama salah satunya dengan Bidan-bidan desa untuk terus berperan aktif melakukan pendekatan dan promosi kesehatan kepada masyarakat. Sehingga besar harapan akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang resiko pernikahan usia dini dan dapat melakukan pemeriksaan pra nikah secara menyeluruh," tutur Faizal.