Cara Kementan Adaptasi Perubahan Iklim Ekstrem
Perubahan iklim global yang terjadi saat ini menjadi tantangan tersendiri bagi sektor pertanian
Perubahan iklim global yang terjadi saat ini menjadi tantangan tersendiri bagi sektor pertanian
- Tingkatkan Kinerja, Mendagri Tekankan Pentingnya Iklim Kompetitif Antar-Kepala Daerah
- Peran Krusial Penyuluh Pertanian, Tapi Kurang Perhatian Pemerintah
- Menteri ESDM Ajak Semua Pihak Atasi Dampak Perubahan Iklim: Ini Tantangan yang Kompleks
- Perubahan Iklim Jadi Tantangan Generasi Muda Capai Indonesia Emas 2045
Cara Kementan Adaptasi Perubahan Iklim Ekstrem
Perubahan iklim global yang terjadi saat ini menjadi tantangan tersendiri bagi sektor pertanian dalam mencapai ketahanan pangan.
Sektor ini diharapkan dapat ikut berkontribusi dalam menghadapi perubahan iklim, khususnya dalam upaya menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
Mentan Andi Amran Sulaiman mengatakan, dampak perubahan iklim menjadi tanggung jawab bersama.
Untuk itu, Mentan Amran meminta jajarannya agar terus bersinergi dengan berbagai pihak terkait demi memitigasi dampak perubahan iklim yang begitu ekstrem.
Khususnya di sektor pertanian maupun perkebunan.
“Kami mengimbau kepada sahabat petani seluruh Indonesia, jangan melakukan pembakaran pada penyiapan lahan perkebunan,” tegas Amran.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan, bahwa emisi GRK di bumi harus dikurangi.
Emisi terbesar perubahan lahan dari hutan menjadi bukan hutan. Kemudian adalah industri, pembakaran dan selanjutnya adalah dari sektor pertanian.
“Maka, kita harus mempunyai varietas yang toleran terhadap pertanian, produktivitas yang rendah, tingkat kesuburan yang rendah,” jelas Dedi saat acara Mentan Sapa Petani Penyuluh (MSPP) volume 13, Jumat (26/4) di AOR BPPSDMP.
Dedi mengimbau agar dapat beradaptasi dengan perubahan iklim supaya terjadi penurunan emisi atau mitigasi.
Diperlukannya komitmen dan implementasi terhadap penerapan standar untuk aksi adaptasi mendukung peningkatan produktivitas padi dan jagung.
Sementara itu, Kepala Balai Pengujian Standar Instrumen Agroklimat dan Hidrologi Pertanian, Rima Purnamayani mengatakan, akibat perubahan iklim global, diproyeksi dalam periode 2020 – 2049 sebagian besar wilayah Indonesia Panjang musim hujannya berkurang 10-20 hari.
Bahkan di beberapa wilayah akan semakin mundur dan pendeknya musim tanam.
Saat ini posisi sektor pertanian dalam perubahan iklim adalah sebagai korban dari perubahan iklim, sebagai sumber emisi. Namun berpeluang berkontribusi dalam penurunan emisi atau sekuestrasi.
Selanjutnya dampak dari perubahan iklim dalam sektor pertanian yaitu peningkatan suhu global dan kekeringan semakin sering.
“Selain terjadi kerugian ekonomi dan peningkatan musim kemarau juga perubahan fisiologis tanaman padi yang meningkatkan potensi penurunan produksi tanaman padi,” kata Rima.