Cegah Covid-19, Wabup Garut Sarankan Akses Keluar Masuk di Pesantren Diperketat
Wakil Bupati, Garut Helmi Budiman, menjelaskan penerapan protokol kesehatan di pesantren merupakan upaya mencegah penularan Covid-19. Oleh karena itu, dia selalu mengingatkan agar memakai masker, rajin cuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, tidak berkerumun, makan yang bergizi, rajin olahraga, dan bahagia.
Wakil Bupati, Garut Helmi Budiman, meminta pengurus pondok pesantren di Kabupaten Garut, Jawa Barat, untuk memperketat akses keluar masuk orang. Tujuannya, agar terhindar dari wabah Covid-19 di lingkungan pesantren.
"Jika ada orang luar termasuk orangtua santri yang ingin menengok, ya, jangan diberi izin, kecuali sudah diperiksa terlebih dahulu, sudah jelas negatif," kata Helmi Budiman kepada wartawan di Garut. Demikian dikutip dari Antara, Jumat (13/11).
-
Apa yang dilakukan perajin batik di Giriloyo ketika pandemi COVID-19? “Pekerjaan kami hanya baca sholawat setiap hari. Saya berdoa sambil nangis,‘Ini kehendak-Mu ya Allah. Kalau memang Engkau menakdirkan seperti ini saya ikhlas’,” ujar Ninik mengenang kembali masa-masa sulit itu.
-
Kapan Pondok Pesantren Langitan didirikan? Jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1852, Kiai Muhammad Nur mendirikan pondok pesantren di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.
-
Keajaiban apa yang terjadi pada santri Pesantren Buntet tersebut? Yang lebih mengejutkan, saat Kiai Abbas tengah berdoa, tiba-tiba terdengar suara dari jenazah yang meminta agar tidak dikuburkan."Ya kiai, saya masih hidup, tolong jangan dikuburkan," kata jenazah tersebut.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Apa yang dilakukan pengasuh pondok pesantren terhadap para santriwati? Dari enam santriwati yang dicabuli, beberapa di antaranya bahkan diminta untuk melayani kebutuhan biologisnya. Pencabulan itu diketahui sudah dilakukan oleh terduga pelaku sejak dua tahun terakhir. Terakhir kali, terduga pelaku mencabuli salah satu santrinya pada 17 Agustus 2023.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
Helmi menambahkan jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Garut sudah menembus angka seribu kasus. Tentunya, kata Helmi, hal ini menjadi perhatian serius pemerintah untuk terus mencegah dan memutus rantai penularannya.
Ia menjelaskan penerapan protokol kesehatan di pesantren merupakan upaya mencegah penularan Covid-19. Oleh karena itu, dia selalu mengingatkan agar memakai masker, rajin cuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, tidak berkerumun, makan yang bergizi, rajin olahraga, dan bahagia agar imun naik.
"Bagi pondok pesantren diharuskan dapat menerapkan protokol kesehatan, karena sesuai dengan tuntunan Nabi, ketika kita bertemu dengan wabah itu harus menghindar," katanya.
Helmi menambahkan, saat ini ada beberapa pondok pesantren di Garut yang ditemukan kasus terkonfirmasi positif Covid-19, terakhir dilaporkan pesantren di Kecamatan Samarang.
Pesantren tersebut, sesuai aturan harus diberlakukan pembatasan sosial berskala mikro (PSBM) kemudian dilakukan sterilisasi dan memeriksa kondisi kesehatan seluruh santri maupun pengurus pondok pesantren.
Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 Garut mencatat kasus positif Covid-19 secara akumulasi sebanyak 1.162 kasus, sebanyak 513 kasus isolasi di rumah sakit, 628 kasus dinyatakan sembuh dan 21 kasus meninggal dunia.
(mdk/lia)