Cerita Anggiet Ariefianto selesaikan aplikasi beasiswa dalam 5 jam
Kesempatan belajar ke luar negari digunakan Anggiet untuk mempelajari budaya lokal.
Ketiadaan biaya bukan menjadi penghambat keinginan untuk bersekolah di luar negeri. Hal itu dialami oleh Anggiet Ariefianto. Anggiet berasal dari keluarga dengan latar belakang ekonomi menengah.
Menurut Anggiet, orang tuanya tidak sanggup menyekolahkannya ke luar negeri. Bahkan untuk melanjutkan sekolah ke universitas swasta di Indonesia pun tak sanggup.
Meski demikian, Anggiet mendapat dorongan dari orang tuanya untuk terus menimba ilmu dan menjadikannya sebagai investasi masa depan. Oleh sebab itu, Anggiet lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar, kursus, dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan menuntut ilmu.
"Semua difasilitasi orang tua saya. Berbagai informasi sekolah di luar negeri, buku-buku IELTS dan TOEFL selalu tersedia di rumah," tutur Anggiet seperti tercantum dalam buku 'Beasiswa Erasmus Mundus: The Stories Behind', Selasa (21/4).
Gigihnya orang tua Anggiet untuk mendorong anak-anaknya sukses di dunia pendidikan sudah dirasakan oleh kakak-kakak Anggiet yang juga penerima beasiswa internasional. "Saya, kakak-kakak dan ipar-ipar saya semua minimal bergelar S2 dari luar negeri, semua melalui beasiswa. Bagi keluarga saya, memperoleh beasiswa untuk S2 dan S3 di luar negeri adalah suatu keharusan," imbuh Anggiet.
Awalnya, Anggiet hanya mendaftar program Network on Humanitarian Assistance (NOHA) karena iseng dan sebagai alasan untuk tidak kembali ke Indonesia. "Saat itu saya sedang berada di China dalam rangka riset melalui beasiswa ASF Ford Foundation dan informasi NOHA tiba-tiba muncul di milist mahasiswa," jelas Anggiet.
Anggiet pun mempelajari dengan seksama tawaran beasiswa tersebut. Untuk mendaftar NOHA, Anggiet berhasil menuntaskan semua persyaratan dan mengirimkannya hanya dalam waktu 5 jam. Tentu saja, Anggiet sudah terlebih dahulu memiliki kesiapan dokumen yang dibutuhkan untuk aplikasi beasiswa.
Kesempatan belajar di luar negeri melalui jalur beasiswa dimanfaatkan Anggiet untuk mempelajari budaya lokal, berkunjung ke tempat-tempat sejarah negara tersebut dan mempelajari kebiasaan warga lokal. Oleh sebab itu, Anggiet selalu menghindari komunitas Indonesia di luar negeri agar bisa beradaptasi dengan budaya lokal tanpa melupakan budaya Indonesia.
"Menurut saya beasiswa itu lebih dari sekadar memperoleh gelar," tutup Anggiet.
Baca juga:
Ini 4 universitas negeri terbaik di Indonesia
Masyarakat diminta waspadai tawaran beasiswa ke luar negeri & umroh
Ke Solo, Dubes Robert Blake ajak mahasiswa kuliah di Amerika
Pelajar Pontianak dijanjikan motor bila tembus peringkat nasional UN
-
Kapan Ali mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya dalam cerita inspiratif kelima? Akhirnya, seorang dermawan terinspirasi oleh dedikasi Ali dan memberinya beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya.
-
Siapa saja yang menjadi korban tawuran pelajar di Jakarta? Dahulu, korbannya tidak hanya sesama pelajar, namun juga para guru juga rentan menjadi sasaran.
-
Siapa yang menginspirasi dengan kisahnya? Perempuan 22 tahun itu baru saja mengikuti program Singapore-Indonesia Youth Leaders Exhange Program (SIYLEP). Dia didapuk menjadi Duta Pemuda Indonesia 2023 dan mewakili Provinsi Banten di Program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) yang diselenggarakan oleh Kemenpora RI. Kisahnya turut menginspirasi. Banten provinsi wisata dan budaya Disampaikan Sheila, dirinya bersama 34 perwakilan dari berbagai daerah di Indonesia lainnya bertandang ke Singapura selama lima hari.SIEYLAP sendiri mengusung tema pariwisata yang dikenalkan secara maksimal oleh dirinya. "Sekaligus memperkenalkan tentang Banten dan mengenalkan potensi wisata Banten kepada delegasi Singapura.
-
Apa saja jenis beasiswa Banyuwangi Cerdas? Beasiswa Banyuwangi Cerdas terdiri atas dua skema. Pertama, beasiswa pembiayaan penuh selama delapan semester alias empat tahun, termasuk menerima uang saku bulanan. Beasiswa jenis ini juga biasa disebut "bidik misi". Kedua, beasiswa insidentil, untuk mahasiswa yang sudah menjalani perkuliahan namun mengalami kesulitan biaya di pertengahan jalan. Besarannya menyesuaikan dengan kebutuhan.
-
Siapa yang kuliah di Jogja? Perempuan yang tidak diketahui namanya itu kerap berdoa agar diberi kekuatan untuk selalu mencari nafkah demi keluarga. Terutama anaknya yang sedang menempuh pendidikan tinggi di Yogyakarta.“Anak saya juga kuliah di situ, di Jogja. Sekarang semester akhir, makanya saya ada di sini itu karena ya butuh biaya,” ucap perempuan tersebut.
-
Kenapa beasiswa Banyuwangi Cerdas diberikan? "Ini adalah upaya menjamin pendidikan bagi siswa yang berprestasi namun tidak mampu secara ekonomi. Pendidikan adalah hak setiap anak bangsa, untuk itu perlu menjamin pendidikan mereka, untuk bisa meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi," kata Ipuk.