Cerita Natalie, Bule Rusia Bertahan Hidup di Bali karena Terdampak Perang
Semenjak terjadinya invasi Rusia ke Ukraina, warga Rusia dikabarkan kesulitan ekonomi karena tidak bisa menarik uang di mesin ATM lantaran terblokir.
Semenjak terjadinya invasi Rusia ke Ukraina, warga Rusia dikabarkan kesulitan ekonomi karena tidak bisa menarik uang di mesin ATM lantaran terblokir. Hal itu juga dirasakan oleh Natalie Kambaratova (23), seorang perempuan asal Rusia, yang menceritakan kehidupannya selama berada di Pulau Dewata di tengah perang Rusia ke Ukraina.
Ia mengaku sudah tiga bulan berada di Bali dan saat ini kondisi perekonomian jauh berbeda, setelah adanya peperangan antara Rusia dan Ukraina.
-
Apa yang terjadi pada Bule Rusia tersebut? Bule tersebut, saat diamankan di Kantor Satpol PP Kota Denpasar, Bali, sempat membuka pakaian dan celananya hingga telanjang dan sempat memanjat pintu sel. "Mungkin dia depresi. Iya (Telanjang) saat baru di ruangan karena depresi ngamuk-ngamuk buka baju itu mungkin, di ruangan binaannya," kata Kepala Satpol PP Kota Denpasar, AA Ngurah Bawa Nendra saat dikonfirmasi, Kamis (31/8).
-
Bagaimana Bule Rusia tersebut diamankan? Bule tersebut, diketahui linglung di Lapangan Puputan, Badung, Kota Denpasar, pada Rabu (30/8) kemarin sekitar pukul 20:39 WITA.
-
Kenapa Bule Rusia tersebut diamankan? Seorang perempuan warga Negara Asing (WNA) asal Rusia bernama Xenia (25) diamankan oleh Satpol PP Kota Denpasar, diduga depresi dan mengalami gangguan jiwa.
-
Mengapa dunia khawatir dengan Rusia? Namun, perhatian dunia saat ini sepenuhnya tertuju pada Rusia seiring dengan invasinya ke Ukraina.
-
Siapa yang mengamankan Bule Rusia tersebut? Seorang perempuan warga Negara Asing (WNA) asal Rusia bernama Xenia (25) diamankan oleh Satpol PP Kota Denpasar, diduga depresi dan mengalami gangguan jiwa.
-
Apa yang ditemukan oleh para peneliti Rusia di Punggung Bukit Atlantik Tengah? Mereka menangkap ikan yang tampak mirip dengan yang ditemukan di Kanada. Setelah para peneliti mengataminya lebih dekat, ikan tersebut memiliki kepala berukuran sedang, mata “sangat kecil” yang memiliki pupil tetapi tidak memiliki lensa dan gigi melengkung.
Natalie berasal Kota Nizhny Novgorod yang merupakan salah satu kota terbesar di Rusia. Saat tiba di Bali, ia menilai semua kebutuhan hidupnya sangat murah dan dia bisa membeli apa yang dia inginkan.
Tetapi kondisi itu tidak lama. Tepatnya ketika terjadi invasi Rusia ke Ukraina sehingga kurs uang Rubel Rusia rendah dan uang dolar Amerika Serikat naik.
"Awalnya di sini semuanya lebih murah, tapi sekarang jadi sedikit lebih mahal bagi saya. Karena USD naik tinggi dan kurs kami jadi lebih rendah. Tapi Bali masih lebih baik karena orang-orangnya baik," kata Natalie saat ditemui di Pantai Berawa, Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali, Jumat (18/3).
Bukan hanya Natalie, sejumlah warga Rusia yang ada di Bali juga mengalami nasib serupa. Mereka tidak bisa menarik uang dari mesin ATM karena transaksinya diblokir. Namun dia mengaku bisa bertahan karena kondisi keuangannya saat ini mengandalkan aset digitalnya yaitu Kripto untuk keperluan sehari-harinya.
"Semua orang Rusia tidak bisa menggunakan ATM-nya. Waktu itu kita diberi tahu oleh bank bahwa kita tidak akan bisa menggunakan kartu kami untuk semua transaksi, dan hanya diberi waktu lima jam untuk menarik uang di ATM," ujarnya.
©2022 Merdeka.com
"Kami sangat terkejut dan harus berusaha untuk mendapat uang kami dan kami sekarang menggunakan Kripto. Rencana saya ke depannya, saya sudah bekerja di bidang online untuk mendapatkan uang dari klien saya. Dan saya juga punya Kripto dan saat ini saya mempunyai kartu lokal (ATM Indonesia)," sambungnya.
Selain itu untuk bertahan hidup di Bali, dia kini lebih lebih berhemat dalam keperluan sehari-harinya. Awalnya, saat tiba Bali dia dan teman-temannya sering sekali pergi ke kafe atau tempat lainnya untuk refreshing. Namun saat ini dia mengaku sudah tidak melakukan hal itu.
Kemudian untuk hemat pengeluaran dia bersama kawan-kawan berbagi kamar di hotel atau menyewa satu kamar dan ditempati bersama. "Saya harus lebih irit sekarang, share kamar hotel dengan teman, pergi ke kafe hanya sekali," ungkapnya.
Natalie juga menyebutkan, bahwa dirinya masih bisa berhubungan dengan keluarganya yang ada di Rusia. Kendati Facebook, Instragram, TikTok sudah diblokir. Tapi masih ada whatsApp dan Telegram untuk menghubungi keluarganya di sana.
Wanita berambut pirang ini memilih tinggal di daerah Canggu, Bali, dan belum berpikir untuk kembali ke negaranya karena selain harga tiket mahal dan kondisi politik di Rusia menurutnya masih belum baik.
"Saya bisa kembali ke Rusia kapan saja. Tapi kondisi Rusia dengan isu politik sedang tidak bagus. Sekarang tidak punya sosmed, saya harus berusaha beradaptasi," ujarnya.
"Kakak saya seorang freelance dan dia memberi tahu bahwa akses internet semakin terbatas tiap hari, dan semua produk harganya dua kali lipat. Saya bisa saja pergi, saya sudah punya tiket, tapi saya tidak bisa pergi karena isu politik dan lebih aman tinggal di Bali," ujarnya.
(mdk/cob)