Cerita penjual obat enteng jodoh, diminati remaja hingga pejabat
Mani Gajah dan Bulu Perindu memang bukan barang yang lazim diperdagangkan.
Kawasan Kota Tua, Jakarta Pusat jadi salah satu tujuan warga ibu kota menghabiskan waktu libur Lebaran. Kawasan yang berisi bangunan-bangunan bergaya arsitektur Belanda itu dikunjungi ratusan bahkan ribuan orang dari pelosok Jakarta dan sekitarnya.
Ramainya pengunjung Kota Tua saat hari libur otomatis mengundang pedagang yang mencoba mengais rezeki di hari raya. Salah satunya Amay Rau (63). Dia menjual obat enteng jodoh.
-
Kapan Ayam Kodok menjadi makanan khas Jakarta? Menurut kisah, menu ini sudah ratusan tahun digemari warga ibu kota, bersamaan dengan kuliner legendaris lainnya yakni ikan gabus pucung dan sup daging sapi.
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Kapan Kota Tua Jakarta didirikan? Sejarah Kota Tua Jakarta berawal pada 1526, ketika Fatahillah, seorang komandan dari Kesultanan Demak, menyerang Pelabuhan Sunda Kelapa yang merupakan milik dari Kerajaan Pajajaran.
-
Dimana lokasi wisata Kota Tua Jakarta? Kota Tua terletak di Jakarta Pusat, wilayah utara.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Bagaimana prajurit Mataram akhirnya berjualan di Jakarta? Meskipun kalah perang, para prajurit yang kalah justru mulai berjualan di Jakarta dengan dua menu yaitu telur asin dan orek tempe.
Di lorong pintu masuk Kota Tua, lelaki asal Kalimantan Tengah ini menggelar dagangannya yakni Bulu Perindu dan Mani Gajah. Sekalipun tak mau mengakui secara langsung khasiat dua benda yang dijualnya, Amay mengklaim banyak remaja hingga pejabat membeli dagangannya itu.
"Tiga hari ini rata-rata yang beli Bulu Perindu itu remaja. Mungkin karena harganya murah. Ada juga pejabat yang minat Mani Gajah," cerita Amay kepada Merdeka.com di Kota Tua, Jakarta Pusat, Minggu (19/7).
Dalam selebaran yang pajang Amay, Mani Gajah mempunyai khasiat secara positif yakni untuk mengembalikan keutuhan keluarga yang retak, mengembalikan pacar yang minggat dan istri batal cerai. Sementara itu, khasiat Bulu Perindu adalah untuk enteng jodoh dan meningkatkan kepercayaan diri.
"Ini bukan magis. Orang sudah banyak yang tahu kok. Cuma kalau dipakai negatif akibatnya fatal, bisa gila," cerita dia.
Amay menjual Mani Gajah dan Bulu Perindu ini dengan harga terjangkau. Untuk sehelai Bulu Perindu dijual Rp 20.000, sedangkan Mani Gajah berkisar Rp 50.000-500.000.
"Tergantung jenisnya. Ada yang murah, ada juga yang mahal. Tapi itu masih murah kalau dibandingkan harga yang dijual orang lain," lanjut dia.
Amay mengaku Mani Gajah dan Bulu Perindu memang bukan barang yang lazim diperdagangkan. Namun, kata dia, rata-rata masyarakat sudah mengetahui khasiatnya.
(mdk/noe)