Cerita Warga saat Gempa Banten: Kerasnya Suara Gemuruh Menyelamatkan Jiwa
Suara gemuruh terdengar cukup kuat. Tak lama muncul getaran. Warga berlarian ke area hutan dan juga persawahan.
Kegiatan masyarakat di perkampungan Ciawi, Desa Sumur, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Jumat (14/1) berjalan normal. Sebagian ibu rumah tangga ada yang memasak. Sebagian berada di masjid melaksanakan salat Ashar. Para petani dalam perjalanan menuju rumah.
Suara gemuruh terdengar cukup kuat. Tak lama muncul getaran. Warga berlarian ke area hutan dan juga persawahan. Mereka menyelamatkan diri dari gempa Banten, yang disampaikan BMKG berkekuatan magnitudo 6,6 itu.
-
Di mana gempa Bantul berpusat? Gempa bumi yang berpusat di Kabupaten Bantul menjadi sebuah alarm pengingat tentang keberadaan zona subduksi yang masih aktif di wilayah selatan Pulau Jawa.
-
Kapan Bumi terbentuk? Dengan mengukur usia bebatuan di bulan, dan meteorit yang ditemukan di Bumi, para ilmuwan memperkirakan Bumi terkonsolidasi 4,54 miliar tahun lalu.
-
Di mana lokasi gempa bumi tersebut? Hasil analisa BMKG menunjukkan gempa bumi yang terjadi jenis dangkal akibat aktivitas sesar aktif di darat.
-
Di mana situs Banten Girang berada? Lalu, ada juga situs Banten Girang yang berbentuk gua dan merupakan peninggalan Kerajaan Sunda saat masih menguasai Banten, sebelum berdirinya Kesultanan Surosowan tahun 932 dan 1030 masehi.
-
Bagaimana kekuatan getaran gempa Bantul di berbagai wilayah? Dari intensitas guncangan dengan skala MMI, BMKG mengidentifikasi wilayah Kulon Progo, Nganjuk, Kebumen, kekuatan gempa berada pada skala IV MMI. Sedangkan di Kediri pada skala III MMI. Lalu di Mojokerto III MMI. Semakin tinggi tingkat MMI maka dampak yang dirasakan semakin besar.
-
Bagaimana dampak gempa bumi bagi warga? Getaran yang cukup kuat seketika membuat warga berhamburan ke luar rumah. Mereka juga berteriak untuk mengingatkan para tetangga agar segera menyelamatkan diri.
Rumah-rumah warga mengalami retak hingga roboh , karena pusat gempa cukup dekat di Perairan Sumur dengan titik koordinat 7,01 lintang selatan (LS) dan 105,26 bujur timur (BT) dengan kedalaman 40 kilometer.
"Beruntung, dengan suara gemuruh itu bisa menyelamatkan jiwa diri kami dan keluarga, " kata Dasih (45), seorang warga Ciawi, Desa Kertamukti, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang saat ditemui, Minggu (16/1). Dilansir Antara.
Masyarakat perkampungan Ciawi, yang lokasinya berada di sekitar Perairan Sumur sejak tahun 2021 sudah mengalami kejadian tiga kali gempa. Namun tidak sekuat yang terjadi di awal tahun 2022.
Getaran gempa bumi itu hingga menimbulkan suara gemuruh selama 15 detik dan puluhan rumah mengalami kerusakan.
"Hampir sebagian kondisi rumah warga rusak berat hingga bagian penyangga atap dan tembok miring dan nyaris roboh," kata Dasih.
Dibayangi ketakutan
Dasih bersama tetangga masih dibayangi rasa ketakutan setelah gempa Banten. Mereka khawatir terjadi gempa susulan. Saat ini, gempa bumi yang berpusat di Perairan Sumur itu masih dirasakan getarannya, namun skala getaranya relatif kecil.
Masyarakat tetap waspada dan tidak menempati rumah yang kondisi nyaris roboh akibat gempa bumi.
"Kami sendiri kebingungan untuk kembali ke rumah yang nyaris roboh, karena tidak memiliki uang untuk membangun, " katanya.
Begitu juga warga lainnya, Kusni (40). Dia bersama keluarga merasa ketakutan jika mendengar suara gemuruh. Khawatir kembali diguncang gempa tektonik.
Perkampungan di pesisir Perairan Sumur sudah biasa terjadi gempa tektonik, namun kali pertama getaran awal 2022 itu adalah yang terbesar hingga kondisi rumah warga mengalami kerusakan.
Pengalaman gempa yang lainnya tidak seperti ini, hingga kondisi rumah miliknya bagian depan roboh.
"Kami tentu sangat ketakutan gempa berkekuatan 6,6 itu, namun beruntung keluarga selamat setelah mendengar gemuruh itu, " katanya.
Kepala Dinas Sosial Provinsi Banten Nurhana mengatakan telah menyalurkan bantuan kedaruratan tambahan logistik ke Dinas Sosial Kabupaten Pandeglang untuk membantu masyarakat yang terdampak gempa berkekuatan yang terjadi Jumat (14/1) itu.
Pemprov Banten telah melakukan pengiriman logistik ke Dinas Sosial Kabupaten Pandeglang berupa perlengkapan dapur keluarga sebanyak 100 paket dan "kidsware" 100 paket.
Selanjutnya, Pemprov Banten akan mengirim bantuan logistik tambahan ke Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak.
Bantuan logistik tambahan itu berupa makanan siap saji, air minum kemasan, kidsware, popok bayi, pembalut wanita, tenda gulung, tenda keluarga, tenda serba guna keluarga, matras, kasur, serta selimut.
Penyaluran bantuan untuk warga terdampak bencana gempa tersebut guna meringankan kehidupan ekonomi masyarakat setempat.
"Kami juga mendirikan fasilitas dapur umum disesuaikan dengan kebutuhan," kata Nurhana.
Terkait penanganan warga terdampak gempa, Dinas Sosial Provinsi Banten berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Pandeglang, Pemerintah Kabupaten Lebak, TNI, Polri, serta lembaga masyarakat lainnya.
Koordinasi itu untuk kemudahan menyalurkan bantuan hingga diterima masyarakat yang benar- benar terdampak bencana gempa.
"Kami berharap bantuan itu dapat memenuhi kebutuhan pangan bagi warga yang terkena musibah, " katanya.
Kerusakan Akibat Gempa
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) Kabupaten Pandeglang Girgi Jantoro menyebutkan sebanyak 1.904 rumah mengalami kerusakan, yang tersebar di 29 kecamatan dan 138 desa.
Dari 1.904 unit tersebut masuk kategori rusak ringan 1.144 unit, rusak sedang 423 unit dan rusak berat 337 unit. Selain itu juga kerusakan gedung sekolah sebanyak 34 unit, puskesmas 14 unit, masjid 10 unit, kantor desa tiga unit.
"Semua rumah warga yang mengalami kerusakan tentu akan mendapatkan bantuan, terutama rumah yang rusak berat," katanya.
BPBD Pandeglang hingga kini terus melakukan pendataan kerusakan rumah maupun warga yang terdampak bencana gempa agar mereka menerima bantuan bahan pokok.
Pemerintah daerah berkomitmen untuk membantu masyarakat yang dilanda musibah agar mereka hidup yang layak dan tidak mengalami kerawanan pangan.
Selain itu masyarakat yang rumahnya rusak berat akan menerima hunian tetap ( huntap).
"Kami mengoptimalkan pendataan agar warga korban bencana alam itu menerima bantuan tepat sasaran," katanya.
Dia mengatakan, gempa tektonik itu berdampak pada 29 kecamatan dan 138 desa dan dilaporkan dua warga mengalami luka-luka dan nihil korban jiwa.
Di antaranya kecamatan yang masuk kategori terparah Kecamatan Sumur, Cikeusik, Cimanggu dan Cibaliung.
Gempa tektonik di Kabupaten Pandeglang cukup kuat getarannya hingga dirasakan di berbagai daerah seperti Tangerang Selatan, Kota Bandung, Jakarta, Bogor dan Lampung.
Namun demikian, pemerintah daerah tetap mengutamakan pelayanan terbaik agar warga korban bencana agar tidak mengalami kerawanan pangan.
"Kami berkomitmen untuk membantu pelayanan dasar, sehingga penyaluran bantuan dioptimalkan kepada masyarakat korban bencana itu," katanya.
Gempa susulan
Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono yang dikutip dari akun Twitternya, gempa susulan di Banten hingga Minggu (16/1) Subuh, tercatat sudah terjadi 39 gempa bumi.
Sebelumnya hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi 32 kali aktivitas gempa susulan (aftershock). Gempa susulan terjadi dengan magnitudo terbesar 5,7 dan magnitudo terkecil adalah 2,5.
Gempa Ujung Kulon itu disebut bukan ancaman sesungguhnya karena segmen "megathrust" Selat Sunda mampu memicu gempa dengan magnitudo tertarget mencapai magnitudo 8,7.
"Dan ini dapat terjadi sewaktu-waktu, inilah ancaman yang sesungguhnya, kapan saja dapat terjadi," ujarnya.
Menurut dia Perairan Selat Sunda ini merupakan salah satu zona "seismic gap" di Indonesia yang selama ratusan tahun belum terjadi gempa besar sehingga patut diwaspadai.
Karena berada di antara 2 lokasi gempa besar yang merusak dan memicu tsunami yaitu Gempa Pangandaran magnitudo 7,7 (2006) dan Gempa Bengkulu magnitudo 8,5 (2007)
Berdasarkan catatan sejarah gempa dan tsunami, di wilayah Selat Sunda memang sering terjadi tsunami.
Tsunami Selat Sunda pada tahun 1722, 1852, dan 1958 disebabkan oleh gempa.
Selanjutnya, tsunami tahun 416, 1883, 1928, 2018 berkaitan dengan erupsi Gunung Krakatau. Sedangkan, tsunami tahun 1851, 1883, dan 1889 dipicu aktivitas longsoran.
Gempa kuat dan tsunami merupakan proses alam yang tidak dapat dihentikan, bahkan memprediksi kapan terjadinya pun juga belum bisa.
Namun, sejauh ini kapan terjadinya tsunami itu, sehingga pemerintah harus segera menyiapkan mitigasi untuk kemungkinan menghadapi potensi bencana tersebut.
"Yang penting menyiapkan mitigasi dengan baik guna mengurangi risiko kebencanaan," katanya.
(mdk/noe)