Dampak Gempa 4,9 Magnitudo di Kabupaten Bandung, Rumah Warga sampai Sekolah Hancur
Salah satu yang mengalami kerusakan parah adalah SDN Cirawa, di Kertasari, Kecamatan Cibereum, Kabupaten Bandung. Salah satu siswa bahkan menjadi korban.
Gempa bumi berkekuatan 4,9 magnitudo melanda wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat dan sekitarnya pada Rabu (18/09). Getaran mulai dirasakan sekitar pukul 09.41 WIB dengan durasi 3 sampai 5 detik.
Getaran yang cukup kuat seketika membuat warga berhamburan ke luar rumah. Mereka juga berteriak untuk mengingatkan para tetangga agar segera menyelamatkan diri.
-
Kerusakan apa yang terjadi akibat gempa Bantul? Bupati Halim menambahkan dampak dari gempa tersebut sebagian besar mengakibatkan kerusakan rumah ringan, rata-rata pada bagian atap. Sementara itu bangunan utama tetap utuh.
-
Apa dampak gempa Cianjur terhadap pendidikan? Tak sedikit sekolah rusak parah, berdampak pada para siswa dan tenaga pengajar terpaksa belajar dalam kondisi yang tidak layak.
-
Apa kerusakan akibat gempa di Bali? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mencatat kerusakan ringan dampak gempa berkekuatan 4.9 magnitudo di Kabupaten Gianyar. Getaran gempa sempat membuat penghuni hotel berhamburan meninggalkan gedung.'Kerusakan ringan, tembok retak dan genteng jatuh,' kata Kepala BPBD Made Rentin dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (7/9).
-
Apa dampak Gempa Bantul? Gempa M 6,4 Bantul berdampak pada sejumlah kerusakan.
-
Apa yang rusak akibat gempa Batang? Gempa itu menyebabkan kerusakan pada sejumlah bangunan.
-
Apa yang terjadi akibat banjir di Bandung? Hujan lebat yang melanda Bandung sepanjang Kamis (11/1) lalu menyebabkan bencana banjir hingga vira di media sosial.
Bencara tektonik ini dikabarkan terasa hampir seluruh wilayah di Jawa Barat, karena pusat gempa yang tak jauh dari ibu kota provinsi tersebut. Akibat kejadian ini, sejumlah bangunan rumah dan sekolah di wilayah Pangalengan hingga Kabupaten Garut rusak parah bahkan hancur. Berikut potret dampaknya.
Warga Masih Panik
Merujuk Twitter milik Daryono BMKG, terlihat sejumlah warga di wilayah terdampak gempa tampak masih berada di halaman luar rumah masing-masing.
Mereka langsung mengecek kondisi tempat tinggalnya, yang sebagian besar mengalami hancur. Ada beberapa rumah yang jebol pada bagian dinding, serta kerusakan terkait lainnya.
“Dampak Gempa Kab Bandung M4,9 hari ini menimbulkan kerusakan beberapa bangunan,” tulis Daryono, Rabu (18/9).
Rumah Sampai Sekolah Hancur
Bangunan rumah yang hancur rata-rata sudah terbuat dari tembok batu bata. Kondisi hancurnya juga beragam, ada yang rusak ringan hingga cukup berat.
Salah satu yang mengalami kerusakan parah adalah bangunan SDN Cirawa, di Kertasari, Kecamatan Cibereum, Kabupaten Bandung.
Mengutip Jabar Quick Response, dampak dari gempa ini membuat atap dari beberapa ruang kelas roboh. Akibat kejadian tersebut seorang siswa mengalami luka dan telah mendapatkan penanganan medis.
7 Kecamatan Alami Dampak Parah
Adanya gempa ini menyebabkan 7 kecamatan di wilayah Kabupaten Bandung mengalami dampak yang cukup signifikan.
Berdasarkan data dari Posgab Jawa Barat, 7 kecamatan itu yakni Ibun, Paseh, Majalaya, Ciparay, Pacet, Kertasari, Pangalengan di Kabupaten Bandung.
“Gempa Kab Bandung M4,9 dirasakan di Majalaya intensitas III-IV MMI, Banjaran III MMI , Lembang, Parompong, Bandung Barat, Baleendah, Garut, Cileunyi II-III MMI,” tambah Daryono
Akibat Sesar Garsela
Menurut analisa, gempa ini merupakan jenis dangkal tektonik dan bukan gempa laut. Sehingga masyarakat tidak perlu khawatir soal potensi Tsunami.
Dari catatan BMKG, lokasi gempa berada persis di 24 km Tenggara Kabupaten Bandung, 25 km Barat Laut Kabupaten Garut, 30 km Tenggara Kota Bandung, 37 km Tenggara Kota Cimahi dan 147 km Tenggara Jakarta. Persisnya kedalaman gempa mencapai 10 km di titik 7.19 LS dan 107.67 BT.
“Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa Kab Bandung M4,9 merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas Sesar Garsela. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan geser turun (oblique normal),” ujar Daryono