Dalam lima bulan, 1.870 hektar lahan terbakar di Riau
Sejak Januari hingga akhir Mei 2018, luas lahan terbakar di Riau mencapai 1.870 hektar. Kejadian itu mengakibatkan sebagian udara di sejumlah daerah berkabut asap.
Sejak Januari hingga akhir Mei 2018, luas lahan terbakar di Riau mencapai 1.870 hektar. Kejadian itu mengakibatkan sebagian udara di sejumlah daerah berkabut asap.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Edwar Sanger mengatakan, lima wilayah kabupaten mengalami kebakaran dengan luas di atas 100 hektar.
-
Kapan Hutan Pinus Pengger buka? Hutan Pinus Pengger buka setiap hari mulai pukul 07.00 pagi hingga 17.00 sore.
-
Di mana petani Pangandaran bercocok tanam di hutan? Mereka harus berjalan jauh dari tempat tinggal, bahkan harus menginap di saung-saung yang dibangun untuk beristirahat dan mengumpulkan hasil panen sayur dan buah.
-
Di mana letak Hutan Punti Kayu? Letaknya berada di tengah Kota Palembang tepatnya Jalan Kol. H. Burlian km 6,5.
-
Kenapa pondok perambah hutan dibakar? Petugas Balai Taman Nasional Tesso Nillo menemukan pondok yang dibangun perambah kawasan dilindungi. Tanpa basa basi, pondok itu langsung dibakar.
-
Dimana pondok perambah hutan dibakar? Pondok pertama ada di koordinat 0.241583 S, 101.912962 E.
-
Bagaimana Hutan Babakan Siliwangi menjadi tempat nongkrong kekinian? Terakhir, hutan Babakan Siliwangi direnovasi dan dijadikan tempat untuk berkumpul kalangan anak muda. Di sana ditambahkan fasilitas bangku dan balkon untuk melihat kawasan hutan dan lain-lain.
"Kebakaran terluas terjadi di Kabupaten Kepulauan Meranti, di sana sebanyak 896,61 hektar lahan terbakar," ujar Edwar, Senin (28/5).
Sedangkan di Bengkalis, kebakaran lahan mencapai 345,5 hektar. Untuk Kabupaten Siak, seluas 131,5 hektar terbakar. Selanjutnya di Indragiri Hulu, seluas 128,5 hektar serta Kota Dumai 120 hektar terbakar.
"Kabupaten Rokan Hilir lahan yang terbakar seluas 97,75 hektar, Pelalawan 63 hektar, Pekanbaru 34,6 hektar, Kampar 20,75 hektar, Indragiri Hilir 31 hektar dan Rokan Hilir satu hektar," ucap Edwar.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan Provinsi Riau akan kembali memasuki musim kemarau pada awal Juni hingga September 2018. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Riau sepakat memperpanjang status siaga darurat Karhutla hingga 30 November 2018. Status Siaga Karhutla sejak 19 Februari 2018 dan akan berakhir pada 31 Mei 2018. Saat itu, penetapan status tersebut dilakukan setelah sebagian besar wilayah Riau terjadi kebakaran lahan.
"Kita telah menetapkan perpanjangan status Siaga Darurat, mulai 1 Juni sampai 30 November 2018," kata Edwar.
Edwar menyebutkan, ada beberapa hal yang dibahas dalam rapat evaluasi di Posko Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin pekan lalu. Pertama, prakiraan BMKG Stasiun Pekanbaru, sebagian wilayah Riau segera memasuki kemarau.
"Kemarau di Riau diprediksi akan berlangsung hingga September mendatang. Terus kenapa kita tetapkan hingga November? Itu sebagai bentuk antisipasi kita," terangnya.
Selanjutnya soal pelaksanaan pemilihan kepala daerah, tepatnya pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Riau, serta Bupati dan Wakil Bupati di Indragiri Hilir, menjadi salah satu alasan perpanjangan status siaga tersebut.
"Dan terakhir tentu saja sesuai arahan presiden agar kita turut mensukseskan Asian Games," jelasnya.
(mdk/noe)