Dari Sabang sampai Merauke, berjajar miras lokal
Sejak Majapahit miras lokal dipuja. Tapi diburu saban ada kasus oplosan.
Tragedi dipicu minuman keras (miras) oplosan jenis Cherybelle di Garut, Sumedang, dan kota lain Jawa Barat dua pekan lalu mengejutkan publik. Sejauh ini 27 orang tewas, ratusan masuk rumah sakit. Korban baru masih bisa jatuh. Insiden itu melecut polisi bergegas menyisir lokasi peracik alkohol lokal lainnya. Belakangan produsen ciu di Bekonang, Sukoharjo, ambil contoh, ramai-ramai diburu aparat.
Situasi begini merupakan lingkaran setan. Polisi bergerak setelah muncul korban jiwa. Padahal penyebabnya selalu sama, miras oplosan. Muaranya melulu kriminalisasi miras lokal dan peracik kelas rumahan.
-
Apa yang ditawarkan oleh merek tas wanita lokal? Banyak tersedia merek tas wanita lokal dengan harga terjangkau dan kualitasnya terjamin, berikut rekomendasinya.
-
Siapa yang cocok memelihara kelinci lokal Jawa? Kelinci jenis ini sangat cocok bagi Anda yang baru ingin memelihara kelinci. Kelinci ini juga sangat ramah untuk pemula karena perawatannya yang mudah dan sederhana.
-
Produk apa saja yang terkenal di dunia dan ternyata asli produk lokal Indonesia? Tak banyak yang tahu banyak produk-produk yang terkenal di dunia ternyata berasal dari Indonesia. Wajar saja, sebab produk tersebut umumnya menggunakan merek dengan bahasa asing.
-
Apa saja isi dari hampers produk kreatif lokal? Memberi hampers ini menjadi cara unik untuk mendukung pengrajin lokal Bali dengan mempromosikan kerajinan tangan dan seni lokal mereka, seperti Tenun ikat, Kain Songket, dan Batik Bali.
-
Kapan Emping Beras biasanya disajikan? Adanya tradisi tahunan yang digelar oleh Orang Darat, Emping Beras ini menjadi sajian utamanya saat merayakan Maras Taun. Bahkan, Emping Beras hanya bisa dijumpai saat momen tradisi Maras Taun berlangsung.
-
Produk dan merek lokal apa saja yang dijual Mendag Zulhas saat live shopping? Produk dan merek yang dipamerkan Mendag Zulkifli Hasan saat live shopping antara lain produk perpaduan (fusion) kain tenun dengan busana, tas, dan sepatu dari Mejikuhibiniu. Selain itu, terdapat ragam tas dan wadah ramah lingkungan dari demibumi. Ia juga memamerkan ragam masakan rendang siap saji dari Uni Lili.
Respon ala 'pemadam kebakaran' pula yang diambil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Pria akrab disapa Ahok ini pilih memberantas miras lokal, lantas melegalkan miras yang membayar cukai. Harapannya konsumsi lebih aman dan terkendali.
"Di hotel boleh, justru kami mesti ketat. Jangan biarkan kampung-kampung produksi. Kalau produksi pabrik beneran boleh enggak? Boleh," ujarnya di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (12/12).
Tak urung pilihan pemprov itu dikritik sana-sini. Politikus PPP Okky Asokawati menilai kunci pemberantasan miras harusnya preventif dari sisi penegakan hukum. Partai Kabah pun mengusulkan ada revisi dalam Peraturan Presiden No 74 Tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol.
"Fraksi PPP sejak awal mengkritik regulasi tersebut karena sama saja memberi celah peredaran miras di Indonesia," kata Okky kepada merdeka.com.
Bandingkan lintang pukang polri dan pemprov akibat Cherrybelle belakangan, dengan pola pemberantasan miras periode 1920-1925 (merujuk arsip Rapport van de Alcoholbestrijdings Weltevreden, Landsdrukkerij). Korban bergelimpangan gara-gara minum miras, lalu polisi Hindia Belanda memberangus produsen. Hasilnya yang disikat sebatas pemain lokalan di Madiun, Gombong, atau Bekonang.
Jenewer dan Gin bikinan Belanda aman. Sebaliknya ciu, badeg, atau tuak diberangus. Rasionalisasi aparat Hindia Belanda dan Ahok tak jauh beda. 'Kearifan lokal' itu belum berizin, boro-boro membayar cukai, sehingga tidak standar seperti minuman keras ala Barat.
Nyaris seabad penanganan miras lokal tidak kunjung berubah. Didiamkan saat tak ada kasus, baru kebakaran jenggot ketika muncul korban.
Maka, pada Liputan Tematik Minggu (14/12), merdeka.com mengangkat sisi melik miras lokal. Ciu, lapen, arak bali, tjap tikoes, dan sebangsanya adalah khazanah kebudayaan nusantara. Suka tidak suka, budaya mabuk bukan barang baru. Pun bukan hasil impor kebiasaan penjajah Belanda seperti disangka khalayak.
Kitab Negarakertagama mencatat minum-minum arak beras adalah kebiasaan khas penggede Majapahit usai pesta panen. Demikian pula untuk ciu, yang di Banyumas dinilai ramuan paten sebelum para petani kelapa memanjat pohon. Supaya mereka lebih bertenaga dan tidak lelah. Ini belum memperhitungkan arak Bali yang bahkan memiliki nilai spiritual.
Tentu, liputan ini tidak berusaha mempromosikan miras lokal, apalagi mendorong anak muda mengonsumsi alhkohol. Bahkan merujuk data Gerakan Anti Miras Nasional yang digawangi Fahira Idris, sampai 2013 sekurang-kurangnya 18 ribu warga Indonesia tewas sia-sia akibat miras.
Tujuan utama liputan ini mengungkap pelbagai sisi fenomena miras lokal pada publik. Setiap tulisan diupayakan merangkum sejarah singkat, bagaimana minuman ini muncul di tengah masyarakat dan mengapa alkohol kelas rakyat ini selalu yang dituding memicu maut. Paling penting, menjelaskan bagaimana miras lokal selalu bertahan walau diberangus bagaimanapun juga.
Kami menyajikan cerita dari Garut, Manado, hingga gang-gang gelap Jogja. Melacak bagaimana budaya oplosan berkembang di kalangan konsumen kelas bawah, hingga sisi lain yang tak banyak orang tahu: miras lokal merupakan komoditas ekspor.
Sebagai negara yang kini mayoritas muslim, sudah pasti Indonesia tak akan ramah pada segala jenis alkohol. Tapi, banyak hal yang menunjukkan budaya mabuk sulit begitu saja hilang karena melibatkan putaran besar uang dan bau amis bekingan aparat
Ujung-ujungnya, membicarakan miras lokal semacam kisah rindu-benci. Masalahnya, lingkaran persoalan ini seringkali baru putus kala maut menjemput.
Selamat membaca tematik hari ini!
Baca juga:
Para lelaki pecinta dosa di Yogya melawan miras pabrikan
'Kearifan lokal' pencabut nyawa asal Yogya
Siapa aktor di balik 'Cherrybelle maut'?
Kisah 'Cherybelle' tewaskan puluhan orang di Garut dan Sumedang