Demo aktivis di sidang kasus Salim Kancil tuntut pelaku dihukum mati
Para demonstran menyebut Salim Kancil sebagai simbol perlawanan rakyat kecil atas kesewenang-wenangan pejabat.
Sidang pembunuhan Salim Kancil, warga Selok Awar Awar, Lumajang, Jawa Timur kembali digelar hari ini di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Kamis (25/2). Agenda sidang mendengarkan keterangan saksi, diawali dengan demonstrasi massa dari Solidaritas Aktivis Anti Kekerasan (Santika) di depan gedung pengadilan.
Selain berorasi dan membawa poster tuntutan, para demonstran juga menggelar tabur bunga sebagai simbol masih adanya kekerasan di negeri ini. Mereka menuntut, para pelaku dijatuhi hukuman mati, dan aparat dapat mengungkap aktor intelektual di balik penganiayaan Salim Kancil dan Tosan.
Dalam orasinya, para demonstran menyebut Salim Kancil sebagai simbol perlawanan rakyat kecil atas kesewenang-wenangan pejabat, cukong, atau apapun namanya.
"Tambang pasir besi di Lumajang, menjadi ajang kerakusan, yang mengabaikan harkat dan martabat manusia, bahkan nyawa manusia seolah tidak ada harganya. Ini terbukti dengan adanya pembantaian Salim Kancil dan Tosan," teriak koordinator Aksi Yanto Ireng.
Pembantaian secara vulgar di depan umum dan di depan anak-anak TK, masih kata Yanto, menunjukkan sikap biadab dan tidak manusiawinya para pelaku.
"Apa pun argumentasinya dari para pelaku, pembantaian atau pun dalangnya jelas sangat bertentangan dengan norma hukum maupun Pancasila. Untuk itu, kita harus kawal persidangan ini. Para pelaku harus dihukum mati."
"Dan Santika patut memberi apresiasi kepada aparat kepolisian yang berhasil menangkap pelaku dan dalang pembantaian. Sekarang pertanyaannya, apakah hukum tetap tegak berdiri? Tentu ini yang menjadi harapan kita. Untuk itu, sidang ini harus kita kawal terus," sambungnya.
Para demonstran juga menuntut penegak hukum menangkap seluruh pelaku, yang saat ini masih menghirup udara bebas.
"Dalam kesaksiannya, Haryono (otak pembantaian) mengaku ada yang memerintah. Itu artinya, ada orang lain lagi dan masih belum ditangkap. Makanya kami pesimis kalau Haryono selaku otaknya. Pasti ada otak lain, di atas Haryono," tandasnya.