Derita Anik wanita paruh baya tinggal di tempat pembuangan sampah
Sejak bayi, dia sudah ditinggal oleh kedua orangtuanya. Menurut pengakuannya, sejak kecil diasuh oleh orangtua angkat yang merupakan tetangga dari orang tuanya dahulu.
Sudah puluhan tahun Anik Subaidah (52) hidup sebatang kara. Kesehariannya makan dari hasil penjualan barang rongsokan. Bahkan untuk tidur, dia memilih di bawah pohon dekat pembuangan sampah pelabuhan Gilimanuk, Bali.
Sejak bayi, dia sudah ditinggal oleh kedua orangtuanya. Menurut pengakuannya, sejak kecil diasuh oleh orangtua angkat yang merupakan tetangga dari orang tuanya dahulu.
"Yang asuh saya sudah meninggal dan rumah dijual. Jadi saya terbiasa seperti ini sudah puluhan tahun," aku Anik sambil memilah tumpukan sampah plastik yang didapatnya.
Anik menceritakan kalau ayahnya hilang saat melaut. Saat itu dirinya masih dalam kandungan, ketika lahir belum genap sebulan, ibunya meninggal. Sejak itu dirinya diasuh oleh tetangganya.
-
Apa yang dilakukan Ki Arsantaka di Desa Masaran? Sesampainya di desa itu, ia diangkat menjadi anak oleh Kiai Wanakusuma yang masih anak keturunan Ki Ageng Giring dari Mataram.
-
Apa yang terjadi di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali? Tanah longsor menimpa sebuah rumah di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali, pada Jumat (7/7) pagi.
-
Kapan Wisata Perahu Kalimas diresmikan? Bertepatan dengan Hari Jadi Kota Surabaya ke-729, pada Selasa (31/5/2022) malam, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meresmikan wisata “Perahu Kalimas Reborn”.
-
Kapan KEK Singhasari diresmikan? KEK Singhasari berlokasi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, wilayah ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus sejak 27 September 2019.
-
Tarian apa saja yang ditampilkan oleh Kota Denpasar? Duta kesenian dan kebudayaan Kota Denpasar menyuguhkan tiga pementasan, yakni Tari Legong Tri Sakti, Tari Baris, dan Tari Barong Ket Prabhawaning Bharuang pada malam pementasan budaya serangkaian Rakernas Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) Kamis (24/8).
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
Setiap malam, dia tidur di bawah pohon, tanpa atap dan dinding, hanya beralas tikar pandan serta berselimut awan.
Dia mengaku tidak pernah mengemis selama ini. Meski hasil mengumpulkan sampah plastik baru dua bulan bisa terjual. Itu pun tidak seberapa, kadang hanya Rp 200 ribu sekali jual.
Untuk makan, Anik lebih sering ngutang di sebuah warung langganannya di Gilimanuk dan dibayar ketika hasil memilah sampahnya sudah terjual.
"Orangnya baik ngasih saya ngebon makan. Jika mandi saya bayar Rp 3000 sambil nyuci di terminal manuver. Saya tidur disini karena tidak punya rumah,” tuturnya.
Jika hujan, dia mengungsi ke depan pertokoan. Dia mengaku tidak ingin pindah kemana-mana. Justru karena sudah ber-KTP Gilimanuk dan meskipun tidak punya rumah akan bertahan hidup di Gilimanuk.
Sementara itu, Kepala Lingkungan Jineng Agung, Gilimanuk Gede Yasa yang dikonfirmasi mengaku tidak tahu jika ada warga yang tinggal di tempat pembuangan sampah tersebut.
"Saya sering lewat tapi kok tidak tahu kalau ada yang tinggal di situ (tempat sampah)," kata Yasa.
Menurut dia, pihaknya akan berkoordinasi masalah ini ke Dinas Sosial Pemkab Jembrana dan mengharapkan ada solusi untuk Ibu Anik.