Derita Janda di Sikka, Rumah Porak Poranda Diterjang Puting Beliung
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehari-hari bertani dan jadi tukang pijat panggilan. Dari jasa pijat, dia mendapat Rp25 ribu per orang. Uang tersebut digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Wihelmina Weti, seorang janda tua di Kabupaten Sikka hanya bisa memandangi rumah peninggalan sang suami yang ditempatinya porak-poranda dan rata dengan tanah. Setelah diterpa puting beliung, Kamis (20/8) sekitar pukul 13.30 siang.
Kini, dia bersama anaknya terpaksa tinggal di gubuk reyot yang dibangun darurat. Warga RT 12/ RW 04, dusun Wairhabi, Desa Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka ini, hingga kini belum mendapat bantuan untuk memperbaiki rumahnya.
-
Kapan Siskaeee dan tersangka lain akan disidangkan? Dengan demikian, kasus yang menyeret para tersangka pemeran produksi film porno dalam waktu dekat akan segera naik ke meja hijau.
-
Apa itu angin puting beliung? Angin puting beliung adalah fenomena cuaca ekstrem yang terjadi dalam bentuk angin berkecepatan tinggi yang berputar atau berputar-putar di sepanjang garis badai atau awan badai.
-
Apa itu Songket Silungkang? Salah satu kerajinan tradisional kebanggaan masyarakat Minangkabau dan Sumatera Barat yaitu kain Songket Silungkang.
-
Siapakah Letkol Atang Sendjaja? Nama Atang Sendjaja diketahui berasal dari seorang prajurit kebanggaan Jawa Barat, yakni Letnan Kolonel (Letkol) Atang Sendjaja.
-
Kenapa Tahu Siksa dinamai begitu? Iman mengatakan, nama tahu siksa sebenarnya berasal dari proses membuatnya sebelum disajikan.Tahu kuning awalnya dipanggang di atas wajan atau nampan besi yang diberi minyak goreng sedikit. Katanya, memanggang tahu dengan cara tersebut mirip seperti penyiksaan.
-
Kapan Atang Sendjaja meninggal? Pada 29 Juli di tahun itu menjadi hari duka bagi AURI.
Dia mengaku sering mendapat bantuan sembako dari pemerintah. Tetapi untuk bantuan rehab rumah atau program bantuan sosial lainnya belum pernah didapat.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehari-hari bertani dan jadi tukang pijat panggilan. Dari jasa pijat, dia mendapat Rp25 ribu per orang. Uang tersebut digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
"Kalau untuk hasil kebun, tahun ini tidak ada hasil, karena hujan tidak menentu," ujar Mama Weti seperti dilansir Liputan6.com, Minggi (21/8).
Seharusnya masa tuanya menjadi waktu yang tepat untuk beristirahat dari segala macam aktivitas berat. Namun, kenikmatan waktu istirahat itu tidak dirasakan oleh ibu Weti, sebagaimana yang dirasakan lansia lain yang menikmati masa tua mereka.
Mama Weti masih harus terus berjuang menyambung hidup dengan bekerja sebagai petani dan tukang pijat orang sakit. Aktivitas tersebut, terpaksa masih ia jalankan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari bersama anaknya.
Sejak suaminya meninggal puluhan tahun lalu, Mama Weti hidup bersama kelima anaknya.
Namun, tiga orang anaknya kini berada di perantauan. Sementara satu anak laki-lakinya sudah berkeluarga dan tinggal di rumah lain bersama istrinya.
Saat ini, Mama Weti hidup bersama anak bungsunya di rumah sederhana, berdinding bambu berlantaikan tanah yang sudah reyot.
Dia hanya berharap mendapatkan bantuan dari pemerintah. Sehingga bisa membangun kembali rumahnya. Rumah peninggalan sang suami.
Repoter: Dionisius Wilibardus
Sumber: Liputan6.com