Di hadapan para santri, Menteri Khofifah cerita soal karir suksesnya
Di hadapan para santri, Menteri Khofifah cerita soal karir suksesnya. Dia berkisah perjalanan karirnya selama ini tak lepas dari do'a guru dan orangtua. Menurutnya, garis keturunan tak menjamin seseorang bisa mendapatkan kesuksesan. "Tetesan keberkahan beliau Insya Allah yang mengantarkan ke kehidupan lebih baik."
Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa bertemu dengan santriwati-santriwati Pondok Pesantren (Ponpes) An Nuqoyah, Guluk-Guluk, Sumenep, Madura, Minggu sore (30/10). Dalam pertemuan itu, Khofifah sempat membocorkan kisah suksesnya.
Menurut Ketua Umum PP Muslimat NU ini, sukses tidak bisa didapat tanpa ridho dan ikhlasnya orangtua dan para guru.
-
Kapan Pondok Pesantren Musthafawiyah didirikan? Didirikan Abad 20 Melansir dari beberapa sumber, ponpes ini didirikan pada 12 November 1912 oleh Syeikh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily.
-
Kapan Kiai Ageung mendirikan pesantren di Purwakarta? Mulanya, Kiai Ageung datang ke Purwakarta untuk mengenalkan Agama Islam pada 1586.
-
Kapan Pondok Pesantren Langitan didirikan? Jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1852, Kiai Muhammad Nur mendirikan pondok pesantren di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.
-
Apa yang dilakukan K.H. Abbas Abdul Jamil di Pondok Pesantren Buntet? Selama memimpin Pondok Pesantren Buntet, Kiai Abbas (sapaannya) terus menyampaikan semangat nasionalisme kepada para santri yang ia asuh. Ia yakin, kekuatan santri yang jumlahnya tidak sedikit mampu menumbangkan bangsa penjajah yang sewenang-wenang di Indonesia.
-
Siapa yang Ganjar Pranowo temui di Pondok Pesantren Ma'Hadut Tholabah? Dalam sambutannya, Ganjar mengingatkan para santri-santriwati untuk mengejar cita-cita yang diinginkan.
-
Siapa santri yang meninggal di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin? Penjelasan Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin soal Kematian Santrinya Pihak Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin akhirnya angkat bicara mengenai kasus kematian santrinya, Airul Harahap.
"Karena tetesan keberkahan beliau (para guru dan kiai) yang Insya Allah yang mengantarkan kita untuk melanjutkan kehidupan ke depan kita yang lebih baik," kata Khofifah di depan para santri Ponpes An Nuqoyah.
Dia berkisah perjalanan karirnya selama ini tak lepas dari do'a guru dan orangtua. Menurutnya, garis keturunan tak menjamin seseorang bisa mendapatkan kesuksesan.
"Tetapi, bahwasannya karomah tidak begitu. Apa yang kita tandur, kita tanam itulah yang kita petik," ujar dia.
Wanita berhijab ini kemudian menceritakan perjalanan karirnya dari yang semula anak kampung biasa dan dari keluarga sederhana, kini menjadi menteri.
"Siapa yang kemudian bisa memprediksi perjalanan karir anak kampung dari keluarga sangat biasa-biasa saja, bukan putri kiai, bukan putri jenderal, bukan putri guru besar bisa menjadi menteri dua kali di kabinet yang berbeda," kisahnya.
Apa yang didapatnya saat ini, lanjut Khofifah, tentunya melalui proses yang panjang. "Ketika saya diberi ijazah, saya melakukan amalan-amalan itu, saya tidak pernah bermimpi suatu saat, yang anak kampung ini ternyata Allah memberikan anugerah luar biasa."
Di tahun 1990-an, Khofifah yang mengaku tak memiliki investasi politik apapun, tiba-tiba diminta mendaftar masuk calon anggota DPR. Dia diminta mengisi tiga formulir sekaligus, yaitu DPR RI, DPRD tingkat satu, dan DPRD tingkat dua.
Namun, dia tidak mengisi semua formulir itu, karena dia tidak mau melampaui para seniornya yang sudah banyak mendedikasikan dirinya di dunia politik, dan takut tidak amanah.
"Pada saat itu, saya sudah konsultasi dengan guru saya, seorang bu nyai yang hari ini masih bisa ditanya apa yang saya tanya saat itu, tahun 1991," ucapnya.
Khofifah kemudian mendapat nasihat dari bu nyainya itu. "Akhirnya guru saya memberikan nasehat kepada saya, nak khofifah, yang penting kamu berusaha dengan sungguh-sungguh, berijtihatlah kamu. Kalau kamu sudah berijtihat, Insya Allah di situlah pahalamu."
Selanjutnya, Khofifah muda pun menjadi pimpinan DPR RI termuda, pimpinan fraksi termuda, juga pimpinan komisi termuda saat itu. Tak cukup di situ, di era kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Tahun 1999, Khofifah juga diminta menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan.
"Ternyata bukan hanya ditugaskan di Kementerian Pemberdayaan Perempuan, juga merangkap Kepala BKKBN. Ndak ada Kepala BKKBN itu ndak dokter, itu ndak ada, kecuali Khofifah," cerita Khofifah disambut tepuk tangan haru para santriwati An Nuqoyah.
Khofifah mengajak para santriwati Ponpes An Nuqoyah, belajar mencari tahu semua ilmu yang didapat selama di pesantren.
Karir mulus Khofifah berlanjut di masa Presiden Joko Widodo (Jokowi) 2014/2019. Dia kini, menjabat sebagai Menteri Sosial di Kabinet Kerja Jokowi.
Seperti diketahui, di tahun 1982 hingga 1983, Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas juga pernah menimba ilmu di Ponpes An Nuqoyah, Guluk-Guluk, Sumenep, yang merupakan salah satu pesantren tertua di Jawa Timur, yang didirikan oleh KH Muhammad Syarqawi dari Kudus, Jawa Tengah di Tanhun 1887.
Baca juga:
Mensos ajak para guru Nahdlatul Ulama utamakan ajaran Aswaja
Mensos: Penerima PKH di Jatim tambah 591 ribu jiwa
Khofifah sebut paham ateis meningkat di sejumlah negara Islam
Datang di acara Mensos, Emil dan Arumi jadi rebutan ibu-ibu
Dengar Salawat Nariyah, Mensos menangis teringat gurunya
Khofifah sebut Indonesia belum aman karena kaum LGBT marak & terbuka
Begini pembelaan Ketum Kokpit kepada Mensos soal pungli Rp 2 juta