Penjelasan Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin soal Kematian Santrinya
Pihak Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin akhirnya angkat bicara mengenai kasus kematian santrinya, Airul Harahap.
Pihak Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin akhirnya angkat bicara mengenai kasus kematian santrinya, Airul Harahap.
-
Siapa yang dianiaya di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin? 'Saya mondok di sana selama enam tahun, tiga tahun MTs dan Aliyah. Selama 6 tahun di situ cukup banyak perubahan, baik dari pembangunan dan gurunya,' kata Adi Maulana kepada merdeka.com. Menurut Adi Maulana, Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin merupakan yang terbaik di Provinsi Jambi, apalagi Kabupaten Tebo, baik dari sisi pendidikan, pengembangan multimedia, dan lainnya. 'Kalau untuk segi pembelajaran nilainya plus kemudian santri di pondok Raudhatul Mujawwidin itu paling banyak santri se-Jambi. Pada waktu saya masuk pondok santri hanya 800, sekarang sudah lebih dari dua ribu santri,' ujarnya. Namun, pondok pesantren ini juga ada minusnya. Adi Maulana menceritakan, salah satu kejelekannya adalah selalu menutupi masalah kecil ataupun masalah besar. Sepengetahuan dia, kasus santri meninggal baru pertama kali ini terjadi. Namun tindak kekerasan, seperti bullying sudah lama berlangsung. 'Zaman saya juga sudah ada, tapi tidak sampai meninggal seperti ini,' paparnya.
-
Siapa yang meninggal dunia di Pesantren Raudhatul Mujawwidin? Saat itu hari Selasa (14/11/2023) sekitar pukul 17.00 WIB. Besok harinya memang waktu kunjungan di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin. Ketika Airul menelepon ibunya, sang ayah Salim Harahap tengah beraktivitas membuat pagar rumah mereka di Dusun Kumpul Rejo, Desa Muara Kilis, Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo.
-
Siapa yang menjadi korban santet? 'Semua permukaan eksterior dari guci awalnya tertutup teks yang mengandung lebih dari 55 nama yang diukir, puluhan di antaranya sekarang hanya bertahan sebagai huruf-huruf terpisah yang mengambang atau coretan pensil yang samar,' jelas Lamont.
-
Dimana penganiayaan terhadap Airul terjadi? Di sanalah terjadi penganiayaan terhadap Airul. Pelaku R dan A bergantian memukuli tubuh dan muka korban.
-
Siapa yang pernah menjadi santri di Pondok Tegalsari? Salah satu sosok yang pernah jadi santri di Pondok Tegalsari adalah pujangga Ronggowarsito.
-
Siapa pendiri pondok pesantren Langitan? Jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1852, Kiai Muhammad Nur mendirikan pondok pesantren di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.
Penjelasan Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin soal Kematian Santrinya
Salah seorang pengurus ponpes itu, Ustaz Ahmad Karimudin menyatakan mereka mendapat laporan bahwa santri itu tersengat listrik.
Berikut wawancara Ustaz Ahmad Karimudin dengan wartawan:
Bagaimana awal mula korban ditemukan hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia akibat tersengat listrik?
Kalau secara detailnya tidak mengetahui, tapi hasil dari visum Klinik Rimbo Medical korban mengalami kesetrum listrik.
Kita mendapat kabar dari pondok bahwa ada musibah, ada anak di rumah sakit yang lagi tersengat listrik.
Jelang waktu Magrib ada seorang santri melapor ke wali kamar terkait ditemukannya Airul di lantai tiga asrama akibat tersengat listrik.
Ngalapornya gini, Mas Mas, Airul kesetrum, kemudian wali berlari dan menengok anak tersebut dalam keadaan lemas dan pingsan, saat itu juga langsung dibawa ke Rumah Sakit Central Medical Kecamatan Rimbo Bujang.
Kemudian pihak klinik memanggil dan memberitahu bahwa anak tersebut tidak bisa ditolong lagi.
Pada saat jenazah akan dibawa pulang, salah satu perawat yang ia tidak tahu namanya itu memanggil dan mengatakan, "Pak tunggu sebentar". "Ada apa Mbak?" saya jawab gitu, ini ada yang tunggu sebentar ya akan kita kasih surat keterangan kematian begitu.
Akhirnya saya jawab, itu langsung dengan saya dan akhirnya saya jawab kalau kawan saya yang nunggu gimana? Oh ya bisa kata perawat itu, kalau gitu kawan sayalah yang nunggu di sini. Akhirnya jenazah itu kami bawa pulang menggunakan ambulans rumah sakit ke pondok pesantren.
Karena jangka waktu peristiwa sudah lama sehingga itulah statementnya. Kalau berbeda ketakutannya akan digoreng oleh media lagi.
Alasan tidak menghubungi pihak keluarga malah tetangga?
Pihak pengurus pondok akhirnya melakukan musyawarah untuk mengambil langkah yang terbaik. Dan akhirnya pihak ponpes sepakat untuk memberitahu pihak keluarga langsung bukan melalui telepon.
Karena ini masalah besar, janganlah menyampaikan ke pihak keluarga melalui telepon ataupun WA, dikarenakan kami tidak tahu masuk ke jalur rumah duka, akhirnya kami menelepon salah satu wali santri yang rumahnya dekat dengan rumah Airul.
Akhirnya kita telepon, Pak minta jemput kami di Simpang Tower. Loh ada apa Pak? Kami mau silaturahmi mau datang ke rumah Airul yang saat ini kena musibah di pesantren meninggal kena sengatan listrik. Kita juga bilang agar hal itu jangan disampaikan ke pihak korban karena biar kami yang menyampaikan secara lisan ke pihak korban.
Kenapa ayah Airul tidak boleh lihat jasad korban?
Tidak ada! Kita dari pesantren kita tidak bicara itu kalau jasad sudah dikafankan kalau ada kepentingan boleh dibuka. Itu kan korban sudah meninggal dunia sehingga dilangsungkan untuk disucikan.
Bagaimana keseharian korban dan santri lain di asrama?
Untuk keseharian santri di pondok pesantren itu semua baik berjalan, sesuai dengan aturan yang ada. Kalaupun ada kenakalan anak, itu kenakalan seperti tidak jemaah saja.
Bisa diceritakan latar belakang pesantren ini?
Pondok Pesantren Raudhatul Mujawidin berdiri di Desa Tirta Kencana, Kecamatan Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo. Ponpes yang terkenal sebutan ROMU ini menjadi salah satu pondok pesantren terbesar di provinsi Jambi.
Sejak berdiri 23 Oktober 1995, Pondok Pesantren ROMU sudah mendapat kepercayaan masyarakat Jambi sebagai lembaga pendidikan agama yang handal.
Sekarang ini, jumlah santrinya mencapai 2.028 orang.
Di usianya yang ke-28 tahun, Ponpes yang didirikan pasangan KH M Burhan Jamil MY (alm)–Nyai Ulil Azmi Dewi Hafshoh ini telah berkiprah mendidik generasi bangsa.
Ponpes Romu menaungi sepuluh lembaga formal yang dimilikinya, yaitu Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Taman Pendidikan Alquran (TPQ), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Burhaniyah Syafiiiyah (MBS), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Program Tahfidz.