Dihimpit ekonomi, Desi berjualan air mineral demi menyambung hidup
Desi berjualan karena sudah berpisah dengan suami.
Sambil memangku putranya yang terlelap, Desi Pansari (40 tahun) terkantuk-kantuk di tepi Jalan Razak, Medan, Sabtu (19/9). Dia mencari nafkah di sana.
Di depan perempuan berkulit sawo matang itu tersusun beberapa botol air mineral. Jumlahnya hanya delapan berukuran 600 mililiter. Selain itu, di sana ada botol susu kosong. Bagian dotnya dibiarkan tidak ditutup.
Desi merupakan warga Pasar VIII Helvetia, Medan. Dia mengontrak satu rumah di sana dengan sewa Rp 150 ribu per bulan.
Perempuan ini mengaku terpaksa berjualan air mineral karena perlu uang buat memenuhi kebutuhan hidup bersama kelima anaknya. Dia harus berjuang sendiri karena sudah berpisah dengan suaminya.
"Anakku ada lima. Yang paling besar 17 tahun tamatan SMP tapi belum bekerja, yang kubawa ini Rafa yang paling kecil. Umurnya baru 2 tahun 3 bulan," kata Desi.
Perempuan ini memilih berjualan air mineral karena tidak ada modal. "Sebelumnya jual mainan, tapi enggak ada modal, jadi aku jual Aqua," ucap Desi.
Desi berjualan di Jalan Razak sejak Desember 2014. Alasannya lokasi itu ramai tapi tenang. Banyak kendaraan melintas di sana, meski umumnya melaju kencang. Dia jualan di sana mulai sekitar pukul 09.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB.
Sebotol air mineral dijual Desi Rp 5.000. Modalnya hanya Rp 2.000. "Aku buat harganya Rp 5.000, kalau di bawah itu dapat apa? Ongkosku dari rumah saja nggak cukup," lanjut Desi.
Setiap harinya Desi mengaku bisa menjual 10 hingga 30 botol air mineral. Namun ada kalanya dagangannya itu tak laku.
Desi juga sering menerima sedekah dari pengendara yang melintas. "Kadang ada yang prihatin lihat anak saya. Kadang ngasih nasi, kadang ngasih susu," ucap Desi.
Walau menerima sedekah, tetapi Desi menolak disebut mengemis. "Kalau mengemis itu meminta begini, ini kita dikasih orang," lanjut sambil membuka kepalan tangan dan mengulurkannya ke atas.
"Kalau soal anak kubawa bukan untuk buat orang kasihan. Anak ini kubawa karena tidak ada yang menjaga," imbuh Desi.
Desi mengaku tidak malu berjualan air mineral. "Pekerjaan ini halal," tambah Desi.
Di lokasi itu, Desi tidak berdagang sendiri. Tak jauh dari tempatnya ada lapak penjual mainan anak-anak. Hanya tampak beberapa mainan kecil di sana, tetapi hampir semua terlihat tak mengkilat lagi layaknya mainan baru.
Pedagang mainan itu bukan orang lain bagi Desi. Pria bernama Muhadi (56) ini merupakan paman kandungnya. "Dulu aku jualan di Jalan Meranti, baru sekitar tiga bulan ini ikut jualan di sini. Aku diajaknya (Desi) ke sini. Katanya di sini enak," kata pria lajang ini.
-
Kapan KEK Singhasari diresmikan? KEK Singhasari berlokasi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, wilayah ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus sejak 27 September 2019.
-
Apa saja yang menjadi ciri khas Kota Medan tempo dulu? Kota Medan atau dikenal dengan julukan Kota Melayu Deli ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Pada zaman dahulu, Kota Medan hanyalah sebuah rawa-rawa seluas 4.000 hektare. Ketika Belanda tiba di kota ini, mereka menjadikan wilayah ini sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan serta membangun tata kota yang besar nan rapi.
-
Apa ciri khas unik Kelurahan Josenan, Kota Madiun? Kelurahan Josenan di Kota Madiun memiliki ciri khas unik, yakni keberadaan patung harimau di area masuk wilayahnya.
-
Apa yang menjadi ciri khas kerajinan di daerah Karet Tengsin? Di wilayah Karet Tengsin, kerajinan yang jadi andalan adalah industri kulit dan batik Betawi.Perkembangannya mulai melesat pada 1950-an, dan ditandai dengan tingginya permintaan pasar dan hadirnya berbagai motif.
-
Kapan Kapolda Kepri mencium istrinya? Kapolda Kepulauan Riau, Irjen Yan Fitri Halimansyah tertangkap kamera sedang mencium istrinya saat melantik ratusan calon anggota Polri di Polda Kepri.
-
Apa yang menjadi ciri khas dari Kampung Melikan? Walaupun lokasinya cukup terpencil, kampung ini memiliki lingkungan yang bersih dan kondisi kampungnya sudah cukup maju dan modern.
Muhadi blak-blakan tidak berharap uang dari penjualan mainan yang didagangkannya. Dia lebih mengharapkan bantuan pengguna jalan. "Siapa yang mau membeli mainan ini? Enggak ada modalnya ini. Kita dapat uang kalau ada yang perhatian, nah ini Pak," ujar Muhadi sambil memperagakan orang melemparkan sesuatu.
Apapun motivasi Muhadi maupun Desi, faktanya banyak orang di negeri ini yang bekerja banting tulang demi menyambung hidup. Bahkan orang tua renta juga kerap terpaksa melakukannya. Negara seharusnya hadir.
(mdk/ary)