Dubes RI Ungkap Alasan WNI Ramai-Ramai ke Singapura
Ada seribu warga Indonesia setiap tahun mengajukan diri pindah menjadi warga Singapura.
Ada seribu warga Indonesia setiap tahun mengajukan diri pindah menjadi warga Singapura.
Dubes RI Ungkap Alasan WNI Ramai-Ramai ke Singapura
Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk Singapura Suryo Pratomo mengungkap alasan warga Indonesia berbondong-bondong melepas kewarganegaraan ke Singapura. Ada seribu warga Indonesia setiap tahun mengajukan diri pindah menjadi warga Singapura.
Tommy sapaan Suryo Pratomo menduga ada pelbagai faktor mendorong warga Indonesia melepas kewarganegaraannya ke Singapura. Misalnya warga Indonesia itu menikah dengan orang Singapura.
Ikatan pernikahan itu membuat warga Indonesia itu memilih tinggal di negara berjuluk negeri singa tersebut.
Selain menikah, menurut Tommy, warga Indonesia itu memilih pindah lantaran mengikuti jejak orangtua yang lebih dulu tinggal atau menempuh pendidikan di Singapura. Misalnya dari SD, SMP kemudian SMA bahkan perguruan tinggi dan kemudian mereka dapat pekerjaan di Singapura.
"Mereka kemudian prepare menjadi warga negara apalagi orang yang sudah tinggal di Singapura atau lahir di Singapura itu pada usia 18 tahun kan ada kewajiban ikut wajib militer terutama laki-laki. Jadi mereka biasanya bisa memutuskan merasa prepare tinggal di Singapura," kata Tommy.
Dia menduga alasan warga Indonesia itu pindah menjadi kewarganegaraan Singapura, terutama generasi Z lantaran melihat Singapura memiliki perkembangan baik mengenai teknologi. Generasi Z yang menyukai IT tertarik dengan industri IT dan teknologi di Singapura sehingga oportuniti untuk bekerja di Singapura sangat tinggi.
Apalagi Tommy melanjutkan, semua kantor perwakilan bidang teknologi apakah itu yang bergerak di bidang digital seperti META, Facebook, Twitter dan Netflix berkantor di Singapura. "Jadi mereka itu mungkin generasi Z tertarik dengan peluang-peluang di Singapura dan mereka mendapatkan tawaran bahkan kemudian mendapat gaji yang baik sehingga memilih tetap bekerja dan tinggal di Singapura," ujar dia.
Dia mengambil contoh teman semasa kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) setelah memperoleh gelar dokter kemudian bekerja di Malaysia. Alasannya karena jumlah biaya penelitian riset and development di Indonesia yang tidak besar membuat para peneliti itu memilih tinggal di luar negeri. Dan pemerintah tidak bisa menahan keputusan warga negara tersebut.
"Kita kan tidak bisa menahan untuk mengaktualisasi diri, manusia itu butuh bekerja, butuh bekerja nah ketika dia orientasi kerja kalau peluang itu ada di depan mata dia ya orang akan ambil," kata Tommy.
Sebelumnya, Kementerian Hukum dan HAM mencatat ribuan warga negara Indonesia berpindah kewarganegaraan menjadi warga negara Singapura. Setidaknya, pada tahun 2021 dan 2022, ada sekitar 1.000 mahasiwa Indonesia berubah status menjadi warga negara Singapura.
Menurut Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Silmy Karim, tren seperti ini tidak boleh diabaikan. Sebab Indonesia juga harus memanfaatkan intelejensi anak bangsa dan tidak hanya mengandalkan sumber daya alam yang melimpah.
Dia bercerita, setiap kali dia ikut berangkat ke Australia bersama atasannya, pemegang paspor Singapura tidak perlu lagi antre. Mereka hanya cukup men-scan paspor dan proses tersebut tidak lebih dari 2 menit. Lain halnya dengan pemegang paspor Indonesia. Selain itu, pemerintah Singapura sangat terbuka menerima pekerja asing dengan kapabilitas terbaik. Dia mengatakan, setiap mahasiswa Indonesia yang lulus di Singapura akan lebih memilih bekerja di Singapura dibandingkan kembali ke Indonesia.