Dubes: Setiap Tahun Ada Seribu WNI Pindah Kewarganegaraan Singapura
Setidaknya, pada tahun 2021 dan 2022, ada sekitar 1.000 mahasiwa Indonesia berubah status menjadi warga negara Singapura.
Warga Indonesia yang melepas kewarganegaraan mendaftarkan diri di Ditjen AHU Kemenkum HAM
Dubes: Setiap Tahun Ada Seribu WNI Pindah Kewarganegaraan Singapura
Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk Singapura Suryo Pratomo buka suara terkait ribuan warga negara Indonesia (WNI) berpindah kewarganegaraan menjadi warga negara Singapura. Tommy, sapaan akrab Suryopratomo membenarkan kabar warga negara Indonesia berpindah ke Singapura.
"Angka yang ada di Singapura memang tahun lalu itu sekitar 1.090 orang, tahun sebelumnya lagi sekitar 1.080 orang, sebelumnya lagi bahkan di bawah 1.000," kata Tommy saat dihubungi merdeka.com, Senin (10/7).
Namun menurut dia, data mengenai warga negara yang melepaskan kewarganegaraan maupun warga negara ingin masuk menjadi warga negara Indonesia tercatat lengkap di Kementerian Hukum dan HAM. Sebab, siapa pun yang ingin mengajukan kewarganegaraan Indonesia termasuk di luar negeri lebih mudah dengan mendapatkan melalui online dengan sistem aplikasi di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (Ditjen AHU) Kemenkum HAM.
"Angkanya bukan ribuan tapi seribu. Kalau ribuan kan kesannya ada puluhan ribu, bisa sepuluh ribu, dua puluh ribu, jadi angkanya cuma seribu orang," kata Tommy.
Sebelumnya, Kementerian Hukum dan HAM mencatat ribuan warga negara Indonesia berpindah kewarganegaraan menjadi warga negara Singapura. Setidaknya, pada tahun 2021 dan 2022, ada sekitar 1.000 mahasiwa Indonesia berubah status menjadi warga negara Singapura.
Menurut Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Silmy Karim, tren seperti ini tidak boleh diabaikan. Sebab Indonesia juga harus memanfaatkan intelejensi anak bangsa dan tidak hanya mengandalkan sumber daya alam yang melimpah.
Merdeka.com mewawancarai Nani, seorang warga negara Indonesia yang sudah bekerja di Singapura selama 23 tahun. Sepanjang yang dia ketahui, perpindahan warga negara Indonesia ke Singapura bukan hal baru.
"Sudah lama seperti itu, tapi itu hanya dilakukan oleh orang-orang kaya," kata Nani, Senin (10/7).
Dia menuturkan, jika dinilai secara bobot pendapatan dan pengeluaran hidup, maka akan terlihat sama saja dengan tinggal di Indonesia. Namun, selama dia bekerja di Singapura, kenyamanan dan keamanan hidup akan sangat dirasakan di negara tetangga itu. "Gaji tinggi, tapi cost food juga mahal jadi sebenarnya sama saja. Cuma di sini aman sekali, kita jalan pagi jam 5 subuh, di tas ada uang SGD1.000 enggak akan takut dicopet," ucapnya. "Yang membuat betah di sini juga the best transportation, penegakan hukum, budaya queue up," sambungnya.
Di satu sisi, kehidupan di Singapura sangat individualis. Bahkan tidak mengenal antar sesama tetangga. Prinsipnya, sepanjang seseorang memiliki uang dan asuransi, kehidupan akan tenang.
Satu hal yang juga menjadi perhatian Nani adalah kedisiplinan sumber daya manusia di Indonesia.
"SDM Indonesia kurang disiplin," tutupnya.
Hani Zia yang bekerja di Singapura selama 5 tahun sebagai programmer mengaku cukup nyaman tinggal di Singapura. Meski biaya hidup mahal, itu bukan menjadi masalah. Sambil berkelakar, Hani mengatakan bahwa Singapura cocok untuk tempat tinggal orang-orang introvert. "Cocok buat yang introvert dan tidak mudah ikit campur urusan pribadi orang, enggak perlu nunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan gaji dua digit," kata Hani.
Meski begitu, Hani enggan berpindah kewarganegaraan. Baginya seburuk apapun Indonesia, sikap gotong royong tetap perlu dijunjung dalam situasi dan kondisi tertentu.
"Orang-orang di Singapura seperti hilang rasa "manusia" yang bebas," ungkapnya.