Dukun Wayan Suaka pembantai keluarga polisi akan dieksekusi mati
Wayan Suaka akan dieksekusi tahun ini. Namun untuk kepastiannya, hingga kini belum diketahui.
Terpidana mati I Wayan Suaka, dukun asal Buleleng pembantai keluarga polisi Aiptu Komang Alit Srinata anggota polisi asal Dusun Gamongan, Desa Tiyingtali, Kecamatan Abang, Karangasem, masih bisa bernapas lega untuk saat ini.
Suaka yang divonis mati oleh Hakim PN Amlapura tahun 2008, namanya belum masuk dalam daftar 14 orang terpidana mati yang dieksekusi mati regu tembak di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Kendati ditunda, tidak lantas membuat dukun sadis itu lolos dari bidikan eksekusi mati.
"Ya memang klien kami itu tidak masuk dalam daftar 14 orang yang dieksekusi mati. Sebelumnya sempat dipastikan akan dieksekusi setelah Lebaran, pikir saya bersamaan dengan para terpidana mati narkoba di Nusakambangan," kata I Made Ruspita selaku penasehat hukumnya saat dihubungi, Jumat (29/7).
Dirinya mengaku sudah berkoordinasi dengan Kejaksaan Negeri Amlapura sebagai eksekutor. Katanya, saat ini tengah dilakukan berbagai persiapan oleh Kejaksaan terkait eksekusi mati kliennya.
Artinya kata dia, eksekusi mati Wayan Suaka akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini. Namun Ruspita sendiri mengaku belum mendapat informasi pastinya kapan eksekusi mati itu akan dilaksanakan.
"Yang jelas eksekusi mati itu tetap akan dilaksanakan tahun ini, Kejaksaan juga sudah melakukan berbagai persiapan. Hanya waktunya kami tidak tahu," tandasnya.
Dirinya juga mengaku sudah menghubungi pihak keluarga Wayan Suaka terkait rencana eksekusi mati tersebut. jika sudah ditentukan, kata dia akan berupaya berkoordinasi dengan Desa Adat Jineng Dalem, Buleleng, tempat asal kliennya ini terkait upacara penguburan jenazah Wayan Suaka nantinya.
"Sejauh ini kami tidak tahu apakah nantinya jenazah Suaka boleh dibawa pulang dan diupacarai sesuai adat setempat. Ini akan kami koordinasikan nantinya," akunya.
Soal eksekusi mati kliennya, dia pun mengaku belum tahu di mana akan dilaksanakan. Pastinya tidak di Bali, karena ada penolakan dari masyarakat Bali.