Eijkman Khawatir Mutasi Virus Corona Turunkan Sensitivitas PCR
Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio mengatakan, potensi penurunan sensitivitas tes PCR tidak signifikan. Menurutnya, metode itu masih bisa digunakan untuk mendeteksi Covid-19 di Indonesia, sehingga belum perlu untuk diubah.
Pemerintah mengumumkan telah menemukan 6 kasus varian baru Covid-19, yakni B117, di 5 provinsi di Indonesia. Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio khawatir virus yang bermutasi ini berpotensi menurunkan sensitivitas tes PCR.
Penurunan sensitivitas ini dipengaruhi perubahan gen dalam varian B117. Seperti diketahui, sifat dari B117 dari Inggris berbeda dengan Covid-19 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Kapan virus menginfeksi sel inang? Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Dalam kehidupan sehari-hari, virus tidak lagi terdengar asing bagi kita. Bermacam-macam virus dapat menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh manusia yang tidak diinginkan. Jika tubuh kita dalam kondisi menurun (lemah), maka kita dapat dengan mudah terserang penyakit atau virus. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen.
"Karena ada perubahan di dalam gennya, maka dikhawatirkan diagnosis molekuler dengan PCR juga akan terganggu atau menurun sensitivitasnya. Dengan PCR tidak terdeteksi, jadi negatif (hasil tesnya). Padahal orang itu positif (Covid-19). Itu yang kita khawatirkan," kata Amin saat konferensi pers ”Pemantauan Genomik Varian Baru SARS-Cov2 di Indonesia” yang disiarkan di YouTube BNPB, Jumat (12/3).
Meskipun begitu, Amin mengatakan, potensi penurunan sensitivitas tes PCR tidak signifikan. Menurutnya, metode itu masih bisa digunakan untuk mendeteksi Covid-19 di Indonesia, sehingga belum perlu untuk diubah.
"Dikhawatirkan memang ada penurunan (sensitivitas) tapi penurunannya belum signifikan. Jadi belum dianggap perlu untuk mengubah PCR-nya," ungkapnya.
Selain itu, Amin juga mengatakan, perubahan genom dalam B117 itu menyebabkan antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi tidak lagi mengenali virus. "Dikhawatirkan virus ini nanti tidak bisa dinetralisasi oleh antibodi setelah vaksinasi," jelasnya.
Saat ini, LBM Eijkman masih meneliti efek mutasi virus corona dengan populasi warga yang sudah mendapat dua dosis vaksin. Penelitian ini kata dia akan dijalankan secara acak.
"Kita sedang merencanakan untuk memantau seberapa tinggi kekebalan, sedang dipelajari kemungkinannya. Namun tidak seluruhnya yang vaksinasi diperiksa, secara random saja," ucapnya.
Meskipun begitu, dia meminta masyarakat Indonesia tidak perlu mengkhawatirkan keefektifan vaksin Covid-19 yang digunakan Indonesia saat ini. Karena kata dia, berdasarkan penelitian para ahli, vaksin Covid-19 masih efektif untuk mencegah penularan B117.
"Jadi vaksin-vaksin yang sekarang beredar itu dianggap masih efektif untuk B117," sebut Amin.
Dia pun mendorong pemerintah untuk mempercepat program vaksinasi sebelum semakin banyak mutasi baru Covid-19. Di sisi lain, dia juga berharap masyarakat ikut mendukung program vaksinasi ini dengan tidak menolak untuk disuntik vaksin.
"Sebelum musuh (virus) berubah bentuk, ganti baju (bermutasi) dan sebagainya, sistem kekebalan kita harus segera dibentuk. Jadi jangan ditunda atau menolak (divaksin) lagi," pinta Amin.
Baca juga:
Sejumlah Wisatawan di Yogyakarta Tidak Dapat Menunjukkan Hasil Tes Antigen
Layanan Tes Virus Corona dengan GeNose C19, Biayanya Rp40 Ribu
BPPT Kembangkan Rapid Antigen dan Kit Deteksi Antibodi untuk Covid-19
Garuda Indonesia Sediakan Layanan Tes Cepat Antigen Gratis Selama Maret 2021
Menristek Sebut Banyak Pemilik Pabrik Butuh GeNose
Wapres Ma'ruf: GeNose Kemajuan Anak Bangsa Karena Sangat Diperlukan