Fenomena Long Covid-19, Penyintas Diingatkan untuk Mengetahui Gejala
Timbulnya gejala long Covid-19 diakibatkan oleh rusaknya jaringan tubuh oleh virus sehingga terganggunya respons pada imun dan kondisi psikologis.
Fenomena long Covid-19 merupakan gejala bagi penyintas atau pasien yang sembuh dari Covid-19. Dokter spesialis paru dari Siloam Hospitals Surabaya, Isnin Anang mengatakan, timbulnya gejala long Covid-19 diakibatkan oleh rusaknya jaringan tubuh oleh virus sehingga terganggunya respons pada imun dan kondisi psikologis.
"Long Covid-19 sindrom itu memang ada, dan perlu memahami keluhan dan gejala pada pasien serta pendekatan komprehensif dan multidisiplin", kata dokter Isnin Anang dalam diskusi virtual bertema kesehatan. Dikutip dari keterangan tertulis kepada wartawan, Senin (11/10)
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Bagaimana mutasi virus Corona pada pria tersebut terjadi? Selama masa infeksi, dokter berulang kali mengambil sampel dari pria tersebut untuk menganalisis materi genetik virus corona. Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Di mana virus dapat menyebar? Virus juga dapat menyebar melalui udara, air, makanan, dan kontak langsung dengan individu yang terinfeksi.
-
Bagaimana cara kerja virus? Cara kerja virus adalah sebagai berikut:Virus masuk ke dalam tubuh inang melalui berbagai cara, seperti udara, darah, cairan tubuh, atau kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi virus.Virus mencari sel inang yang cocok untuk menginfeksi. Sel inang adalah sel yang memiliki reseptor yang sesuai dengan protein permukaan virus. Virus melekat pada reseptor sel inang dan memasukkan materi genetiknya (DNA atau RNA) ke dalam sel inang. Materi genetik virus dapat berbentuk untai tunggal atau ganda, linear atau sirkuler.Materi genetik virus mengambil alih fungsi sel inang dan membuat sel inang menjadi pabrik virus. Sel inang akan menghasilkan ribuan salinan virus baru dengan menggunakan bahan-bahan dari sel inang itu sendiri.Virus baru keluar dari sel inang dengan cara lisis (membuat sel pecah) atau budding (membuat kantung-kantung kecil di permukaan sel). Virus baru kemudian siap untuk menginfeksi sel-sel lain.
Gejala tersebut pada umumnya yaitu demam, kehilangan penciuman dan pengecapan, batuk berkelanjutan, sesak napas, nyeri dada, peradangan jantung, sakit perut, kesemutan, ruam pada kaki, lupa, depresi, sakit kepala, kelelahan, telinga berdengung hingga nyeri otot dan diare.
"Pascainfeksi akut dari virus Covid-19, terjadi kerusakan endotel dan inflamasi pada jaringan paru. Umumnya terjadi pada latihan dan riwayat memori traumatis akan penyakit yang berat juga perawatan yang lama di rumah sakit", tuturnya.
Disebutkan, mengacu pada data Kementerian Kesehatan, untuk pasien Covid-19 selama 1 bulan sekitar 53,7 persen pasien mengalami gejala long Covid-19 merupakan pasien perokok. 43,6 persen pasien selama 1 sampai 6 bulan mengalami gejala akut long Covid-19 dan sebanyak 2,7 persenn pasien selama lebih dari 6 bulan pasien berusia lanjut.
Hal lain yang signifikan selain mekanisme imunologis adalah rasa ketakutan akan penyakit Covid-19. Ketakutan akan masa depan yang tidak menentu, stigma, dan memori traumatis akan penyakit yang berat serta isolasi sosial.
Adapun disebutkan pula penyakit Insomnia merupakan penyakit yang umum diderita pada masa pemulihan. Ada pula faktor penyebab seperti nyeri kepala, yang dilaporkan banyak terjadi pada pasien terinfeksi Covid-19 akut maupun saat pemulihan.
"Hal ini dapat terjadi karena adanya multifaktor, yaitu karena stres dan rasa cemas terkait pandemi dan penyakit Covid-19. Perubahan Irama sirkadian dan masih ada gejala pernapasan sisa Covid-19(batuk, sesak), serta efek respons imun terhadap infeksi Covid-19 secara langsung maupun jangka panjang," ungkap Isnin Anang.
Menurutnya, Gejala long Covid-19 dapat ditangani dan disembuhkan. Isnin Anang menjelaskan, tidak semua pasien yang mendapatkan perawatan di rumah sakit dan sembuh dari infeksi Covid-19 akan mengalami gejala-gejala long Covid-19.
"Tapi kalau pasien merasa setelah sembuh punya gejala-gejala menetap, maka perlu penanganan komprehensif untuk pasien long Covid-19," ujarnya.
Meskipun gejala-gejalanya tampak seperti penyakit lain pada umumnya, untuk menegakkan diagnostik dan terapi yang tepat, pasien tetap memerlukan pemeriksaan dan rekomendasi dari dokter penanggung jawabnya. "Pun jika diperlukan melakukan konsultasi kepada psikiatri," imbuh Isnin Anang.
Sebab, setiap gejala akan diberikan treatment atau terapi yang berbeda-beda. Mulai dari manajemen penyakit penyerta, menjaga kesehatan mental, kondisi dukungan sosial, finansial serta budaya, dan lain sebagainya.
dalam penanganannya maka perlu dilakukan konsultasi oleh dokter atau bahkan psikiatri. Selain penanganan tersebut, mengkonsumsi makanan bergizi yang seimbang, melakukan rehabilitasi fungsi dari organ tubuh pun menyesuaikan kondisi fisik dan istirahat yang cukup.
Baca juga:
Mekanisme Kepulangan Atlet PON Papua Akan Diperbaiki Lewat Isoter
Update Kasus Covid-19 di RI per 11 Oktober: Bertambah 620 Orang Positif
Menko Luhut: 18 Negara Bisa Masuk Indonesia, Kecuali Singapura
Pemerintah Sebar 21.881 Sampel untuk Survei Seroprevalensi ke 34 Provinsi
7 Atlet PON Positif Covid-19 Kembali ke Daerahnya Sebelum Tuntas Masa Karantina