Gedung Setneg, tempat kongko sosialita di zaman Belanda
Tahun 1985, Gedung Harmonie Societiet dirobohkan untuk pelataran parkir.
Gedung Sekretariat Negara (Setneg) yang berada di lingkungan Istana Kepresidenan terbakar pada Kamis (21/3) sore. Amukan si jago merah itu mengakibatkan rapat terbatas SBY dengan para menteri terpaksa dihentikan. Meski api melalap hampir sebagian besar gedung, pihak istana menegaskan, tidak ada korban atau dokumen penting yang terbakar.
Gedung Setneg merupakan bangunan peninggalan Belanda yang berada di lingkar Jalan Medan Merdeka Utara, Jalan Juanda, dan Jalan Veteran III, Jakarta Pusat. Gedung tersebut salah satu saksi sejarah pemerintahan Belanda di Indonesia.
Zaman kolonial Belanda, gedung tersebut bernama Harmonie Societiet ketika didirikan pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Reinier de Klerk tahun 1776. Sebenarnya Gedung Harmonie berada di kawasan benteng pertahanan bernama Rijswijk yang bertujuan untuk menjaga jalan masuk kota dari arah selatan.
Namun seiring waktu, bangunan itu beralih menjadi tempat perkumpulan (societeit) dan pesta orang Belanda. Sementara pengerjaannya mulai dilaksanakan pada tahun 1810, pada pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels.
Daendels memerintahkan anak buahnya bernama Mayor Schultze yang telah merancang istana di lapangan Banteng untuk merancang gedung perkumpulan di Rijswijk. Awalnya, bangunan untuk pertemuan itu berada di Jalan Pintu Besar Selatan. Namun, karena kawasan itu semakin kotor, Daendels memindahkan bangunan tersebut ke pojok Jalan Veteran dan Majapahit.
Pembangunan Daendels kemudian dilanjutkan oleh Gubernur Jenderal Inggris Raffles dan dibuka secara resmi pada Agustus 1868. Pembukaan gedung ini bertepatan dengan perayaan ulang tahun Ratu Charlotte dari Inggris.
Pada tahun 1985, untuk kebutuhan pelebaran jalan dan tempat parkir kantor Sekretariat yang mengakibatkan, gedung Harmonie dirobohkan.