Genggam Merah Putih, Saman Perjuangkan Toleransi di Fakfak
Satu tungku tiga batu juga seiring dengan Bhineka Tunggal Ika. Makanya, untuk mempertahankan kerukunan di Fakfak, aksi Saman tak pernah goyah dalam mempertahankan NKRI di kampungnya.
Samanhudin Iha (40), warga Fakfak, Papua Barat menceritakan upayanya menjaga toleransi di tempat tinggalnya. Kala itu, dia mengibarkan bendera merah putih mengadang kerumunan massa pendemo yang membawa bendera bintang kejora.
Saman lalu meneriakkan pekik merdeka. Dengan gagah berani, ia membawa bendera dan menggerakkan ke kanan dan kiri di tengah massa pendemo yang beringas yang mengibarkan, simbol perlawanan pergerakan Papua merdeka.
-
Kenapa situasi baku tembak di Papua semakin memanas? Anggota Brimob dan TNI pun kerap terlibat baku tembak dengan para teroris di Papua yang semakin lama mulai berani menyerang TNI dan Polri yang berjaga di sana.
-
Apa yang dilakukan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo di Papua? Pak Kapolri beliau jam 5 sudah berada di Papua, dengan Panglima TNI. Jadi beliau tidak bisa hadir, karena beliau tidak bisa hadir tentunya kita tidak mengikutsertakan para pejabat lainnya. Sehingga murni kita adalah PP Polri pada acara hari ini ya.
-
Kapan benua ini tenggelam? Sekitar 70.000 tahun yang lalu, daratan luas yang kini tenggelam di lepas pantai Australia kemungkinan pernah ditinggali setengah juta manusia.
-
Bagaimana cara menyelesaikan konflik Papua, menurut para akademisi dan ahli? Semua itu dilakukan melalui pendekatan pengakuan hak sipil politik, ekonomi sosial budaya, memperkuat pendidikan untuk kesadaran hak, dan memperkuat kualitas SDM anak muda dengan pendidikan adat dan pendidikan nasional.
-
Apa yang ditemukan di Papua yang viral di TikTok? Viral di TikTok Ditemukan di Papua Penemuan tank yang terpendam di dalam tanah ini diketahui berlokasi di Sarmi Kota, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Indonesia.
-
Kenapa konflik Papua semakin meningkat, meskipun pembangunan di wilayah tersebut digalakkan? Sekretaris Gugus Tugas Papua UGM Arie Ruhyanto mengatakan bahwa angka kekerasan di Papua meningkat di tengah gencarnya proses pembangunan oleh pemerintah.
"Saya tidak takut mati untuk merah putih. Hari ini saya menangis untuk merah putih. Tete (kakek) saya pejuang, saya makan uang pejuang. Jangan dengar dorang (mereka), kita ada untuk merah putih. Merah putih jaga toleransi torang di Fakfak," kata Saman kepada Liputan6.com, saat menceritakan video dirinya yang viral terkait aksi gagah berani Saman di tengah massa pendemo anti rasis yang digelar di Fakfak pada Rabu (21/8).
Aksi Saman memegang bendera merah putih akhirnya diikuti oleh massa yang lebih banyak lagi. Mulai dari anak kecil, mama-mama hingga orangtua. Mereka berlarian keliling kota sambil mengibarkan bendera merah putih. Tujuan gerakan ini hanya satu, yakni untuk massa pro Papua merdeka menurunkan bendera bintang kejora yang juga dipegangnya.
"Dorang (massa pro Papua merdeka) tidak mau turunkan benderanya. Kami juga pasti lawan. Kitorang (kami semua) sama-sama keras. Sa (saya) keras, dorang (mereka) juga keras. Kitorang baku tahan bendera. Sa dan masyarakat tak mau turunkan merah putih, tapi massa merah putih semakin banyak. Massa pro Papua merdeka akhirnya kalah dan mereka lari ke pinggiran kota. Kami pukul mundur mereka keluar kota," kata Sama mengisahkan.
Aksi Saman dan warga di Kota Fakfak tak pernah direncanakan. Warga marah, aksi unjuk rasa yang sebelumnya digagas damai menjadi brutal. Padahal kesepakatannya, demo akan berlangsung damai dan mengusung anti rasisme dan seluruh masyarakat Fakfak pasti mendukung.
Tapi rencana itu tinggal rencana. Saman menceritakan mulai pukul 09.00 WIT hari Rabu (21/8), massa pro Papua merdeka sudah beringas dan membakar Pasar Thumburuni, pasar terbesar di Kota Fakfak. Massa tiba-tiba datang dari arah kota, secara brutal membakar deretan kios di Jalan Baru Kota Fakfak.
"Sa lihat dorang bawa bendera bintang kejora. Pikiran saya su (sudah) tra (tidak) beres. Ada apa ini? Makanya kami lawan juga dengan bendera merah putih, sebagai simbol perlawanan kami dengan dengan dorang," katanya.
Aksi anarki massa tak terbendung lagi, hingga akhirnya massa merah putih membakar kantor Dewan Adat Papua (DAP) di Fakfak. "Kami menganggap DAP tak merah putih, makanya kami bakar. Terlebih di sanalah kelompok bintang kejora berkumpul," ujar Saman.
Kabupaten Fakfak selalu dikenal sebagai kota yang menjunjung tinggi nilai toleransi dan keberagaman. Fakfak menjadi salah satu simbol ketentraman di tanah Papua, dengan berbagai macam etnis dan agama yang tercamput di dalamnya.
Kota Fakfak berada di Provinsi Papua Barat. Fakfak menjadi kota tertua di provinsi tersebut. Fakfak menjadi penghasil pala, maka itu Fakfak dikenal dengan sebutan Kota Pala dan menjadi penghasil rempah-rempah terbaik di tanah Papua.
Kabupaten Fakfak terletak di kepala burung bagian selatan, letaknya sangat strategis karena mempunyai hubungan dengan Kota Ambon yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan kota-kota lain di pulau Papua.
Faisal, pemuda setempat menyebutkan kekerabatan di Fakfak usianya lebih tua dibandingkan agama yang dianut warga. "Kami berasal dari satu rahim, sehingga kami tak pernah terpecah belah hanya kerena perbedaan. Maka dari itu, aksi massa kemarin, kami tak ingin ada kelompok massa yang ingin memecah belah persatuan di tanah ini," jelas Faisal.
Faisal menceritakan masyarakat Fakfak memiliki filosofi satu tungku tiga batu yang dikenalkan nenek moyang sejak zaman dulu. Tungku adalah simbol dari kehidupan, sedangkan tiga batu adalah simbol dari kau, saya dan dia yang melambangkan agama, suku, status sosial dalam satu wadah persaudaraan.
Kadang satu tungku, tiga batu juga diartikan persatuan di Fakfak tak tergoyahkan karena pemerintah, adat dan agama menyatu bersama.
Batu dalam arti di sini adalah kokoh dan tak mudah pecah. Semua harus seimbang jika ada yang tak seimbang, maka kuali akan jatuh dan pecah. "Filosofi ini yang menjadi pegangan kami masyarakat Fakfak, walaupun berbeda suku, ras dan agama tetap menyatu dalam toleransi," ucapnya.
Filosofi warga fakfak satu tungku tinga batu juga mengajarkan masyarakat Fakfak tak pernah membedakan agama satu dan yang lain, termasuk suku atau dari mana masyarakat berasal.
"Masyarakat Fakfak banyak yang kawin campur, dari suku lain, bahkan dari agama lain. Tetap kami satu dan tak pernah pecah. dalam satu rumah, kadang ada 2-3 agama yang berbeda. Kitorang tetap rukun. Hanya dari tata cara ibadah yang berbeda, tujuannya satu yakni Tuhan yang Maha Esa," ujarnya.
Satu tungku tiga batu juga seiring dengan Bhineka Tunggal Ika. Makanya, untuk mempertahankan kerukunan di Fakfak, aksi Saman tak pernah goyah dalam mempertahankan NKRI di kampungnya.
"Kami cinta Indonesia, tak ada yang bisa renggut bendera ini dari tangan saya. Saya rela mati demi NKRI," suara Saman bergetar.
Reporter: Katharina Janur
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Aksi Kamisan Minta Pemerintah Hentikan Rasisme dan Diskriminasi Papua
Jokowi Perintahkan Kapolri Tindak Tegas Pelaku Diskriminasi Etnis & Rasisme
Undang Tokoh Adat Papua & Papua Barat, Jokowi Akan Bahas Percepatan Pembangunan
NasDem Minta Negara Hadir Tangani Isu SARA
Satpol PP Solo Hapus Tulisan Terkait Papua di Sejumlah Bangunan
Mendagri Wajibkan Kepala Daerah Terima Unjuk Rasa Warga Papua
Fadli Zon Minta Jokowi Segera ke Papua Bicara dengan Tokoh Masyarakat