Gunung sampah terbakar dan cemari lingkungan, warga minta TPA Peh ditutup
Diperkirakan api baru bisa padam total sekitar tiga sampai satu minggu ke depan.
Tumpakan sampah yang menggunung setinggi lebih dari 15 meter di TPA Peh, Desa Kaliakah, Negara, Jembarana, Bali, terbakar subuh tadi sekitar pukul 04.00 WITA. Kebakaran sampah tersebut mengepulkan asap yang cukup tebal dan menerjang rumah-rumah warga setempat.
Kondisi tersebut mendapat protes warga sekitar dan beramai-ramai ke TPA meminta agar TPA Peh ditutup. Warga mengaku geram dengan kepulan asap sangat mengganggu pernapasan, terlebih di wilayah tersebut banyak anak kecil.
-
Apa yang diresmikan oleh Kemenparekraf di Desa Wisata Jerowaru? Ekowisata Bale Mangrove adalah bukti nyata kolaboraksi yang kuat dari keberlanjutan program Kampanye Sadar Wisata (KSW) 5.0 di Desa Wisata Jerowaru,” kata dia.
-
Kapan Kirab Kebo Bule di Surakarta diadakan? Surakarta memiliki tradisi pada perayaan malam 1 Suro atau bisa disebut malam tahun baru Hijriah.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Apa yang terbakar di Kebagusan? Sebuah bangunan rumah dua tingkat yang berada di Jalan Kebagusan Raya, RT. 004, RW.04, Nomor 5, Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan wabah kelaparan terjadi di Semarang? Pada tahun 1901, muncul wabah kelaparan di Semarang dan Demak.
Kebakaran sampah menurut warga sudah terjadi tiga kali selama TPA Peh berdiri. Karena itu warga meminta Pemkab Jembrana menutup TPA Peh karena sangat merugikan warga sekitar.
"Intinya kami meminta TPA ini ditutup. Sudah sangat merugikan masyarakat, Pemkab juga harus memperhatikan masyarakat," ucap, Ketut Witama, warga setempat, Selasa (24/7).
Bukan itu saja, sejak lama warga sangat keberatan dengan keberadaan TPA itu karena berdampak buruk baik polusi udara (bau) maupun polusi air bawah tanah (sumur) mereka. Bukan itu saja, air yang menggenang di sekitar areal TPA menimbulkan jentik-jentik nyamuk dan warna airnya sangat pekat.
Air itu juga mengalir ke sekitar saluran air dan irigasi yang digunakan subak sekitar. Salah satu Krama Subak Tegalasih, Nengah Wisana mengungkapkan air subak terdampak karena bercampur air rembesan sampah di TPA. Sebagian besar warga di Peh sudah cukup bersabar dengan kondisi tersebut. Namun dengan kejadian kebakaran yang ketiga kalinya ini mereka mengaku sudah tidak kuat.
Mereka mendesak agar pemerintah bertindak sebelum warga anarkis karena dampak TPA ini. Aksi protes tersebut sempat ditenangkan petugas dari desa dan Dinas Lingkungan Hidup. Warga selanjutnya memilih membubarkan diri setelah mendapat pembagian masker dari BPBD yang sebelumnya diterima oleh Perbekel setempat.
TPA Peh diketahui terbakar pada Selasa dinihari. Diperkirakan api berasal dari gas metan yang timbul akibat tumpukan sampah. Sejumlah mobil pemadam kebakaran hilir mudik berusaha memadamkan api. Namun hingga siang tadi asap masih mengepul tinggi dan api masih terlihat membakar sampah.
Perbekel Kaliakah Made Bagiarta dikonfirmasi di lokasi kejadian mengaku pihaknya sudah sering menerima keluhan dari warganya terkait keberadaan TPA tersebut. Keluhan warga tersebut juga telah dilaporkan ke Pemkab Jembrana berulang-ulang namun hingga saat ini belum ada solusi untuk mengatasi hal tersebut.
"Saya sudah sering laporkan keluhan warga terkait keberadaan TPA ini. Bahkan Bapak Wakil Bupati sudah dua kali turun ngecek, tapj belum ada solusi yang baik untuk mengatasi masalah ini," ujarnya.
Menurutnya kebakaran sampah di TPA Peh tersebut sudah yang ketiga kalinya dan sulit untuk memadamkan api hanya dengan penyemprotan air lantaran apinya ada di bagian bawah tumpukan sampah. Diperkirakan api baru bisa padam total sekitar tiga sampai satu minggu kedepan.
Baca juga:
Sampah di Jabar didominasi sisa makanan dan plastik
Pemprov DKI Jakarta kaji teknologi ubah sampah jadi listrik
Warga DKI banyak mudik, volume sampah di DKI jadi 2.060 ton
Selama Ramadan, Kota Tangsel hasilkan 300 ton sampah tiap hari
Selama Ramadan, volume sampah di Jakarta meningkat
Anies blak-blakan ungkap asal pohon plastik dan tong sampah Jerman