Banyak Warga Buang Sampah di Pinggir Sungai, Pria Rembang Ciptakan Alat Pemusnah Sampah Ini
Hasil pembakaran sampah itu bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, sementara asapnya bisa disuling menjadi pupuk cair.
Hasil pembakaran sampah bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, sementara asapnya bisa disuling menjadi pupuk cair.
Banyak Warga Buang Sampah di Pinggir Sungai, Pria Rembang Ciptakan Alat Pemusnah Sampah Ini
Dewasa ini, masih banyak warga yang suka buang sampah di pinggir sungai. Kondisi ini bisa menimbulkan keresahan.
Hal inilah yang membuat Suko “Tiwil” Siswanto, warga Desa Meteseh, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang tercetus ide untuk membuat alat pemusnah sampah dari bahan drum bekas.
-
Apa yang ditemukan pemuda di Rembang? Awalnya saat sedang berburu, seorang pemuda di Desa Kebonagung Kecamatan Sulang, Rembang, memergoki adanya kucing hutan di pinggir sungai yang terletak di sebelah barat desa. Namun saat dikejar, kucing hutan itu masuk bersembunyi di dalam lubang.
-
Siapa yang mengolah sampah plastik di Bandung? Mengutip laman resmi Pemkot Bandung, hasil kreativitas warga Bandung yang pertama adalah berhasil mengolah sampah plastik menjadi bahan bangunan paving block.
-
Kenapa warga Sarijadi mengolah sampah? Kegiatan ini dilakukan guna mengurangi penumpukan di tengah kondisi darurat sampah yang dialami Kota Bandung.
-
Apa yang dilakukan warga Sarijadi untuk mengatasi sampah? Mengolah sampah yang sulit terurai menjadi aktivitas rutin warga di wilayah Sarijadi, Kota Bandung, Jawa Barat.
-
Bagaimana sampah di Banyumas diolah? Sampah organik mereka pisahkan untuk dijadikan maggot atau larva dari lalat yang bisa digunakan sebagai pakan ternak. Sedangkan sampah anorganik diolah menjadi berbagai produk seperti bahan bakar pabrik semen, paving blok, dan masih banyak lagi.
-
Bagaimana Pemkab Sleman atasi masalah sampah? Pemkab Sleman menetapkan beberapa kebijakan dalam pengelolaan sampah rumah tangga agar semakin dapat terkelola dengan baik.
Alat pemusnah sampahnya terbuat dari tumpukan tiga buah drum bekas. Drum bekas itu dimodifikasi. Di bagian atasnya terdapat lubang untuk memasukkan sampah sekaligus berfungsi sebagai cerobong asap.
Sementara bagian tengahnya disekat dengan penyaring sehingga sampah yang dimusnahkan abunya turun ke bawah. Sementara di bawah terdapat abu untuk membakar dan abu sisa pembakaran sampah.
Suko menceritakan, pada tahun 2022 kampungnya dilanda banjir besar. Bencana banjir tersebut menyisakan banyak sampah.
Kondisi ini diperparah dengan warga yang sering membuang sampah di dekat jembatan yang berada tak jauh dari rumahnya.
Karena sampah semakin menggunung, ia pun tercetus ide untuk membuat alat yang bisa memusnahkan sampah dengan cepat.
Mengutip YouTube Musyafa Musa pada Senin (5/2), pembuatan satu alat pemusnah sampah itu diperkirakan menghabiskan dana sekitar Rp2-3 juta. Untuk bahan bakarnya, ia biasa menggunakan oli bekas.
(Foto: YouTube Musyafa Musa)
Suko mengatakan, sisa pembakaran sampah di dalam drum yang menjadi abu selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Sementara asapnya dapat disuling dan kemudian diolah menjadi pupuk cair.
(Foto: YouTube Musyafa Musa)
“Dulu di bawah ini sampahnya full. Karena bingung bagaimana menanganinya saya buka-buka di YouTube ada alat namanya incinerator atau pembasmi sampah. Jadi sampah kering sama sampah basah bisa kering pakai alat itu,”
kata Suko menjelaskan latar belakang ia membuat alat pemusnah sampah itu, mengutip YouTube Musyafa Musa.
Sejak awal, Suko menyadari bahwa pembakaran sampah juga menimbulkan efek negatif. Namun cara itu tetap harus dilakukan daripada sampah dibiarkan berserakan hingga menciptakan polusi dan bau busuk yang berbahaya bagi kesehatan.
Warga Desa Meteseh lainnya, Muhammad Maji’in, menilai bahwa alat pemusnah sampah yang dibuat Suko kemungkinan satu-satunya yang ada di Kabupaten Rembang.
Ia prihatin di banyak lokasi, kebiasaan buruk warga buang sampah sembarangan semakin sulit dikendalikan.
Jika pemerintah desa sudah bingung mencari solusi, menurutnya alat pembakar sampah bisa jadi alternatif pilihan dan cocok dikembangkan di lokasi lain.
“Bahkan juga sudah dikasih tulisan kalau membuang sampah di sini kena denda Rp50 juta. Itu juga tidak dihiraukan. Makanya kami sebagai warga resah sekali,”
kata Maji’in, mengutip YouTube Musyafa Musa.
merdeka.com